21. Avra Baru

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Lan POV

Aku menyibak daun di depanku dan melihat sekeliling sejenak sebelum kembali melihat Razor di depan. Sudah beberapa menit kami berjalan mengikuti Razor memasuki hutan. Walau pun kepalaku terisi dengan berbagai pertanyaan, aku akan memilih diam sambil terus mengikutinya.

Hal yang membuatku semakin penasaran bahwa semakin lama aku merasakan bahwa keadaan semakin terang. Bukankah seharusnya semakin gelap, mengingat lama perjalanan kami? Tetapi perasaan ini seperti saat aku bersama Valna. Apa mungkin?

Tak lama Razor berhenti, berbalik dan duduk di salah satu batu. "Kita sudah sampai," katanya yang terdengar lembut.

Di depanku terlihat beberapa daun yang lebih besar dibandingkan daun pisang. Aku menatap Razor bingung.

"Bukalah," kata Razor yang sedikit mengangguk.

Tanganku menyibak daun itu ke atas dan terkejut melihat isinya. Sebuah gua yang di penuhi dengan batu-batu berwarna jingga. Ini hampir mirip seperti yang ada di ras elf. Aku langsung berbalik dan menemukan Ardeys dan Asha sama-sama kagum melihat gua ini.

"Merasa nostalgia?" tanya Razor di dekatku.

"Tunggu, jangan bilang ... ini beneran?" tanyaku gagap. Rasanya mulutku kelu untuk bertanya lebih lanjut.

"Jika pertanyaanmu adalah mendapat avra baru, maka jawabannya, benar," kata Razor yang duduk di sebelahku.

Aku menarik dan menghembuskan nafasku. "Oke, akan aku coba," kataku lalu berjalan di lingkaran yang ada di tengah gua.

Aku menenangkan nafasku dan menutup mataku perlahan. Kira-kira bagaimana caranya agar aku bisa bertemu dengan si doi yang di katakan Valna saat itu?

"Apa yang kau lakukan saat itu?"

Saat itu aku memikirkan perkataan Eras yang harusnya tidak aku pikirkan .... huh? Aku membuka mataku dan melihat seekor serigala berbulu putih dengan sedikit warna biru melapisi bulunya, bahkan ukurannya lebih besar dibandingkan singa.

"Matamu seperti hampir lepas dari tempatnya," katanya yang terlihat tertawa pelan.

"Maaf, tapi anda?" tanyaku sungkan. Walau pun begitu aku bisa melihat ekornya yang banyak bergerak pelan dan warna putih yang membuatnya menjadi lebih indah.

"Terima kasih," katanya.

"Ya?" tanyaku sambil mengedipkan mataku bingung.

"Atas pujiannya."

"Oh, sama-sama ... eh? Dari mana tau? Aku tidak bicara keras-keras bukan?" tanyaku panik.

"Keduanya bisa aku dengar dan kita hanya berdua di sini," katanya sambil duduk dengan dua kaki depan yang menyilang.

"Ya memang berdua sih," kataku melihat sekeliling yang pemandangannya hampir seperti lukisan, sama seperti bertemu Valna. "Tadi anda bilang keduanya bukan? Apa anda bisa mendengar pikiranku?" tanyaku horor apalagi di balas anggukan olehnya.

Terdengar tawa yang sangat halus dari arahnya. "Kau bisa mengatakan apa pun di sini. Jangan terlalu kaku.

"Tetapi bukankah hal biasa jika seseorang yang lebih muda menghormati seseorang yang lebih ... ya lebih," kataku ragu-ragu mengatakan-

"Tua."

"iya ... itu," kataku yang sedikit menyeret kata-kataku lalu menunjuknya takut.

"Ayolah, abaikan saja mengenai hal itu. Vupilla yang sudah lebih dari seribu akan menjadi makhluk abadi dengan tubuh seperti ini. Jadi, sudah tidak ada lagi tubuh mortal," Jelasnya sembari berdiri lalu mataku langsung auto fokus ke ekornya yang bergoyang pelan. Pasti halus banget itu.

"Tapi ... LEBIH DARI SERIBU TAHUN?!" seruku kaget. "Tapi itu, anda ..." Rasanya ingin protes tetapi tidak ada kata-kata yang muncul di kepalaku.

"Jangan panggil dengan sebutan 'anda'. Panggil saja Elgin," katanya dengan nada yang sangat bersahabat.

"Oh, iya, aku Lan," kataku yang masih shock.

"Jangan terlalu kaku ya, aku tidak suka dengan kecanggungan," kata Elgin dengan nada cerianya. "Oh, apakah lebih nyaman jika memakai wujud lain?" tanya Elgin.

Detik berikutnya terlihat asap yang sangat banyak yang mengelilingi Elgin. Cahaya yang terang muncul sebelum asap itu menghilang. Aku membuka mataku dan terlihat seorang laki-laki dengan rambut panjangnya yang berwarna putih dan sedikit berwarna biru. Matanya yang teduh berwarna biru laut menatapku dengan senyuman.

"Bagaimana?" tanyanya dengan tangan yang di rentangkan seakan-akan ingin memeluk.

"Suara itu ... Elgin?!" seruku kaget yang di balas dengan senyumannya. "An- maksudku, kau cantik banget," kataku kagum.

"Cantik? Bukan tampan?" tanya Elgin dengan wajah sedih.

"Jangan memasang ekspresi sedih pada wajah manismu! Aku bisa meleleh!" seruku sambil menutup kedua mataku.

"Mengapa bisa meleleh?" tanya Elgin dengan nada polos.

"Susah juga sih di jelasin, yang penting itu hanya kata yang di lebih-lebihkan. Tapi kalau Elgin pakai wajah manis kayak gitu sih aku bisa diabetes," kataku asal walau ada kebenarannya 100%.

"Itu pujian bukan? Aku akan merimanya, walau telingaku sedikit gatal mendengarnya," kata Elgin yang tertawa dengan anggun.

"Tentu saja itu pujian." Tetapi ejekan kalau buat cowo. Tunggu, dia bisa baca pikiran bukan?

"Baiklah, ini sudah 697 kata, ini saatnya kita membicarakan alasan dari waktu yang pas itu," kata Elgin yang merentangkan tangannya ke arahku.

"Author membiarkanmu untuk mengintip huh?" tanyaku sambil menerima uluran tangannya.

Cahaya jingga tercipta saat tangan kami saling bersentuhan. Kehangatan dapat aku rasakan dari cahaya yang menyebar bagaikan sulur.

"Warna jingga melambangkan kehangatan, nyaman, dan ceria. Walau mereka awalnya tidak menyambutmu dengan hangat, tetapi bulu mereka akan tetap hangat," kata Elgin yang tersenyum jail, tetapi terlihat manis.

"Itu benar sekali," kataku lalu tertawa.

"Keceriaan adalah sebuah kekuatan. Dengan adanya kepercayaan diri yang di salurkan dari sebuah keceriaan bisa membawa dampak yang besar. Jangan takut dengan kekalahan," kata Elgin yang tersenyum manis. Aku menatapnya lalu membalas dengan senyuman miring. "Tutup matamu dan rasakan," kata Elgin yang menutup kedua matanya.

Aku ikut menutup kedua mataku. Perasaan hangat dan kenyaman seakan-akan masuk ke dalam diriku. Di saat yang bersamaan ada juga gejolak yang membuatku lebih bersemangat, apa ini bagian ceria itu?

Kedua mataku aku buka dan melihat telapak tanganku sendiri yang seakan-akan di lahap oleh cahaya jingga. Tetapi tidak ada perasaan takut melihat hal ini.

"Dengan begini kau sudah menguasai dua avra," kata Elgin yang masih memasang senyuman manisnya.

"Tetapi cara pakainya?" tanyaku yang melihat telapak tanganku dan Elgin bergantian.

"Sama seperti kau menggunakan avra hijaumu. Semuanya sama," kata Elgin lembut.

Ada sedikit keraguan menguasai avra ini dan ketakutan, apa aku bisa memakai pada saat yang tepat? Bukankah di cerita banyak yang tidak bisa menggunakan kekuatan hebatnya saat krisis? Yah, walau pun banyak juga yang memakai kekuatan mereka di saat yang benar-benar tepat.

"Jangan pikirkan." Aku menatap Elgin yang masih diam di tempatnya. "Tidak perlu kau pikirkan sampai sekeras itu, kami yakin kau bisa melakukannya," kata Elgin yang mengangguk sedikit.

"Kami, huh?" ulangku dengan senyuman miring dan alis yang sedikit terangkat.

Elgin kembali mengangguk. "Semoga kita bisa bertemu di lain waktu," kata Elgin. Detik berikutnya cahaya yang silau kembali memaksa diriku untuk menatap mata.

....

"Butuh berapa lama?" Ini suara Asha.

"Entahlah, tidak ada yang tahu. Bisa saja sampai beberapa hari," kata Razor yang sepertinya menebak.

"Wah, aku hibernasi dong," kataku jail. Aku membuka mataku dan menatapi Razor, Ardeys, dan Asha melihat ke arahku.

"Sudah selesai?" tanya Ardeys yang mendekatiku dan aku balas dengan anggukan.

"Mengapa cepat sekali?" tanya Razor yang mendekatiku lalu duduk.

"Benarkah? Rasanya aku sudah beberapa jam berbicara dengan Elgin," kataku sambil mengira-ngira.

"Siapa Elgin?" tanya Asha dengan wajah bingungnya.

"Tetuanya mereka," kataku sambil menatap Razor.

"Itu benar."

Aku menoleh ke belakang dan terlihat Elgin yang duduk di salah satu batu yang cukup untuk tubuhnya. Tubuhnya kembali ke wujud serigala.

"Tunggu, kalau bisa langsung ketemu di sini, kenapa harus di kirim ke tempat itu?!" tanyaku kesal dan bingung.

Elgin menutup matanya dan terlihat seperti berpikir. "Fomalitas?"

"Tapi kau sendiri yang meminta aku tidak bertindak formal?!?!?!" seruku kesal. Jika ini anime pasti gua ini sudah berguncang.

.
.
.
.
.
.

Aku sudah sempat menggambar Elgin terlebih dahulu sebelum mengetik ciri-ciri fisiknya. Sungguh jauh dari kata "laki-laki". Kapan-kapan akan aku tunjukan.

-(18/11/2019)-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro