31. Kembali

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Esoknya aku kembali bertarung melawan Zale, yang juga kembali menjadi tontonan. Sebelumnya aku sudah mengatakan kepada Zale untuk lebih bersungguh-sungguh.

Aku melompat dan mulai menyerang terlebih dahulu. Zale langsung menahan pedang kayuku dengan santainya. Dengan posisi berdiri yang sama aku mengayunkan pedangku ke arah kananku 90°, Zale yang menyadari itu langsung mengubah posisi pedangnya dengan cepat. Aku mengarahkan pedangku lurus, mengarah ke leher Zale  dan menjauhkan tubuhku dari arah ayun pedang Zale.

Zale langsung menunduk, menghindari pedangku. Tidak berhasil mengenai leher Zale, aku langsung mengayunkan pedangku ke arah punggunh Zale dan mengenainya.

"Aw!"

"Eh, sorry sorry!" kataku panik.

"Tidak apa-apa," kata Zale yang sangat terlihat menahan sakitnya.

"Mau aku sembuhkan?" tanyaku merasa bersalah.

"Tidak perlu, ini bukan apa-apa," kata Zale yang mulai berdiri tegak tapi aku yakin itu masih terasa sakit.

"Yakin?" Zale membalasku dengan anggukan. Rasa bersalah masih meliputiku.

"Dia itu laki-laki, jadi harusnya lebih kuat." Aku menoleh dan melihat Amroth berjalan pelan ke arah sini. Benar-benar berjalan. "Lan, aku punya kabar untukmu," kata Amroth yang menunjukan wajah seriusnya.

"Kabar apa?" tanyaku yang menyibak sedikit kerah bajuku karena kepanasan.

"Ras Elf diserang."

"Apa?"

....

Aku menunggagi Koni yang memakai ukuran yang sedikit lebih besar dari singa. Berlari melewati banyak pohon dengan cepat.

"Maaf merepotkanmu Koni," kataku di dekat telinganya yang dibalas lolongan kecil.

"Benar arahnya di sini?" tanya Zale ,yang berpegangan ke baju luaranku, di belakang.

"Menurut kompas yang diberikan Elgin, harusnya lurus di depan tapi entah apa saja yang ada di depan," kataku sambil melihat lurus ke depan. "Maaf ya jadi menyeretmu," kataku sambil melirik ke Zale.

"Tenang saja, sudah aku katakan tidak masalah," kata Zale yang entah ekspresi apa yang ia munculkan.

#Flashback On#

Aku berlari ke ruangan Ratu Khaera. "Maaf ratu, aku mohon pamit secara mendadak. Ada hal mendesak!"

"Aku sudah mendengarnya dari raja pertama. Banyak pasukan sudah aku siapkan," kata Ratu Khaera yang beridiri dari duduknya.

"Tidak perlu, aku akan pergi sendiri. Aku tidak ingin merepotkan kalian lagi," kataku dengan senyuman kecil.

"Setidaknya bawa Zale untuk menemanimu," kata Amroth melirik ke arah Zale yang tadi mengikutiku.

Mataku melihat ke arah Zale yang di balas anggukan olehnya. "Baik aku akan ikut."

"Setidaknya bawa peserdiaan yang sudah di siapkan," kata Ratu Khaera pasrah.

"Tetapi aku menolak makanan, sudah banyak." Perkataanku membuat Ratu Khaera menampakkan wajah sedih.

"Lan, aku tau ini terlalu mendadak tetapi aku akan memberikan avra merah kepadamu."

"Memangnya aku sudah cocok memegang avra marah?" tanyaku iseng.

"Tentu saja tidak. Tetapi kalau perkembanganmu masih sama, maka tidak lama lagi pasti akan bisa menyaingi avra merah," kata Amroth dengan senyuman.

#Flashback Off#

Aku melihat telapak tanganku sendiri dan memunculkan sedikit avra merah di sana.

"Apa kamu merasakan sesuatu yang berbeda?" tanya Zale.

"Tidak," kataku dengan pandangan yang kembali ke depan. "Sama seperti lainnya. Tidak ada perubahan sebelum memakainya."

"Itu artinya kamu cocok memakainya."

"Kenapa begitu?" tanyaku sambil melirik ke arah Zale. Aku tidak berani menoleh ke belakang karena angin kencang dari depan.

"Aku pernah dengar ada yang tidak cocok menggunakan avra dan lumpuh," jelas Zale.

"Hah? Sampe segitunya?" tanyaku kaget.

"Iya tapi itu aku hanya mendengarnya saja, tidak pernah melihatnya secara langsung. Siapa yang dibicarakan juga aku tidak tahu," kata Zale.

"Seram juga," kataku masih shock.

"Itu benar."

Mataku melihat pemandangan yang ada di sampingku. Kota-kota besi yang terlihat hancur.

"Kita sudah dekat."

"Tau dari mana?" tanya Zale bingung.

"Kota itu adalah pemandangan kedua yang aku lihat saat sampai di sini," kataku dengan mata yang tidak lepas dari bangunan besi yang sudah rusak.

"Sampai di sini? Sebelumnya dimana?" tanya Zale yang membuatku terdiam.

"Nanti ... nanti aku jelaskan," kataku ragu. "Koni, berhenti," kataku saat melihat satu arah.

Dengan perlahan Koni berhenti, saat benar-benar berhenti aku turun dan berjalan ke arah yang aku pandangi dari tadi. Perlahan aku mengulurkan tanganku ke depan. "Pelindungnya tidak ada," kataku pelan.

"Apa maksudmu?" Aku langsung berlari masuk, mengabaikan panggilan Zale dari belakang.

Author POV

Di dalam, para Elf dan Eras melihat ke satu orang yang berhasil menyandra satu gadis Elf.

"Kenapa? Tidak ada yang mau menolongnya?" tanya penyandra itu.

Mereka terdiam dengan kesal. Dibelakang mereka juga banyak yang harus mereka lindungi. Mereka juga khawatir jika komplotan lainnya menyerang mereka yang sedang dilindungi.

Tiba-tiba saja ada suara keras dari balik punggung si penyandra hingga pegangannya lepas. Dengan cepat gadis elf itu lari ke arah para Elf lainnya.

"Hei, jangan sama yang lemah dong. Ga adil banget," kata Lan yang sebelumnya membenturkan ujung tongkatnya ke arah si penyandra. Tanpa Lan ketahui semuanya lega melihat Lan kembali.

"Hei kau itu ... hah! Kita sama-sama ras manusia. Ayo kita bekerja sama," ajak penyandra dengan senyuman sinis.

"Mari kupikirkan," kata Lan dengan menutup mata. Saat menutup mata itu Lan bisa merasakan siapa saja yang ada di sekelilingnya, termasuk mereka yang datang bukan dengan maksud damai.

Senyuman sinis muncul di wajah penyandra, sedangkan mereka yang di belakang melihat Lan dengan panik.

Lan membuka matanya dan tersenyum lebar. Detik berikutnya ia mengayunkan tongkatnya ke ulu hati penyandra. "Ogah," kata Lan masih dengan senyuman lebar.

Sorakan bahagia terdengar dari belakang tetapi berganti dengan sorakan panik. Lan mengaktifkan avra jingganya cepat dan merasakan ada serangan dari belakang. Lan memutarkan tongkatnya hingga mengenai kaki penyerangnya membuat orang itu terjatuh.

Zale terdiam di posisi ingin menyerang orang yang tadi jatuh. "Sepertinya memang tidak perlu dibantu ya," kata Zale dengan tawa pelan.

"Siapa bilang? Perlu kok," kata Lan dan detik berikutnya mereka yang bersembunyi langsung keluar. "Yang kuat bertahan, yang gesit bantu menyerang dan sisisanya bagi dua kelompok untuk membantu kedua sisi!" seru Lan sambil berlari menuju salah satu penyerang.

 Lan maju dan menggunakan tongkatnya untuk  menyandung musuh di depannya. Setelah melihat beberapa musuh jatuh, Zale dengan inisiatif melumpuhkan mereka. Sedangkan Koni ikut bagian yang menjaga beberapa Elf dan menampakkan gigi-gigi tajamnya ke arah musuh yang datang. Eras yang berdirinya cukup jauh dari Lan, hanya bisa menatapi punggung Lan dan menyerang musuh di sekitarnya. Tiba-tiba ada sesuatu yang kecil melesat menuju ke arah belakang Lan.

Cling!

 Sebuah belati kecil jatuh di dekat kaki Lan yang sebelah tangannya memegang pisau kecil pemberian Eras. Bahkan Lan sampai terdiam karena gerakannya yang sangat cepat karena menggunakan avra merah.

"Woaaah!!" Lan merasa kagum dengan dirinya sendiri, yang memakai avra merah.

"Gadis itu! Incar gadis itu!" Tidak ada waktu untuk Lan menikmati avra barunya. Semua penyerang sama-sama berlari ke arah Lan yang memilih untuk menyimpan kembali tongkat kayunya.

 Lan berputar dengan sebuah pedang pemberian Amroth yang keluar dari tas kecilnya. Pedang besar ia gunakan untuk menahan serangan  yang baru datang, sedangkan pedang kecil menyerang perut penyerang.  Setelah satu orang lumpuh, Lan mulai mengayunkan kembali untuk menahan dan menyerang dari arah samping dan depannya.

Tubuh Lan tidaklah sempurna, ia sudah hampir berada di ujung batasnya. Walau berperang, tiga pasang mata tidak benar-benar lepas dari setiap gerak-gerik Lan, hingga menyadari hembusan nafas berat mulai terlihat dari Lan. Sebuah panah melesat ke arah Lan, dengan gampangnya Lan menangkis serangan tersebut tetapi saat berputar ia kehilangan keseimbangan hingga jatuh.

Kesempatan itu tidak disia-siakan oleh pihak musuh dan langsung menyerang Lan yang kembali berdiri tetapi pergerakannya berhenti saat di dekat Lan. Sebuah pedang di perutnya, dadanya, dan gigitan besar di sebelah kaki. Lan menaikan kepalanya, melihat Zale, Eras, dan Koni menyerang orang yang kini sudah tergeletak di depannya.

"Masih bisa berdiri?" tanya Zale yang mengulurkan tangannya ke arah Lan yang tersenyum dengan anggukan dan menerima uluran tangan Zale. "Tenanglah aku akan menjaga belakangmu."

"Aku sama sekali tidak khawatir akan hal itu," kata Lan dengan senyuman.

.
.
.
.
.
.

-(25/02/2021)-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro