LBS-1

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Lagi, jantungku bertalu. Sama seperti saat aku dan kamu menyatu. Dulu.

🔥

MON MAAP RADA NGANU PART INI.

“Tenang, Rish. Semua akan baik-baik aja.”

Keraguan yang tadi memenuhi dada Irish, terurai sedikit demi sedikit. Sentuhan hangat dan lembut itu menyingkirkan keresahan Irish, menggantikannya dengan rasa ketergantungan yang tak bisa gadis itu jabarkan. Seulas senyum laki-laki di hadapannya juga memantapkan hati Irish tentang kalimat semua akan baik-baik aja.

Kala wajah di hadapannya mendekat, Irish hampir lupa cara bernapas. Dan semakin tak bisa menghirup udara ketika bibir itu bersentuhan. Mulanya hanya menempel, lalu jadi kecupan lembut yang membuai. Kemudian berlanjut dengan lumatan yang terasa nikmat untuk gadis itu. Deru napas keduanya bersahutan, menyalakan tanda bahwa langkah mereka semakin jauh.

Tak ada bunga di sana, tapi wanginya bisa Irish hidu, atau mungkin tepatnya bukan wangi bunga, melainkan aroma tubuh laki-laki itu yang manis. Perasaannya kian membuncah ketika detik demi detik masih saja berlalu dalam keintiman. Dirinya yang pasif dipimpin secara baik, hingga Irish tak menampik bahwa ciuman memang nikmat sekaligus menyenangkan.

Kaki sang gadis tak sanggup berpijak lebih lama saat ciuman yang tengah dirasakannya semakin dalam dan menuntut. Seakan mengerti, laki-laki itu meletakkan kedua tangannya di pinggang Irish, lalu mengangkat tubuh ramping di depannya. Hebatnya, Irish juga cepat membaca situasi. Kedua kaki perempuan itu  melingkar di pinggang teman berciumannya, tangannya juga melingkar di tempat semestinya.

Tanpa melepas lumatan yang tiap detik semakin dalam dan panas, laki-laki tadi berjalan menuju tempat yang sekiranya adalah pilihan terbaik saat ini. Panas dan jantung yang berpacu cepat dirasakan oleh keduanya. Bergerak, saling menyentuh, dan terakhir terbaring lelah dengan penuh keringat di ranjang, setelah memenuhi ruang dengan erangan dan desahan.

“Mbak Irish, maaf. Mbak, Mbak, Mbak.”

Suara itu berhasil menarik Irish dari tidur. Dia mengerjap, lalu tersadar bahwa kepalanya menyentuh meja kerja, posisi tidur yang cukup membuat badannya pegal. Lenguhannya terdengar bersamaan dengan badan yang dia tegakkan. Baru akan menjawab kenapa sang pegawai membangunkannya, Irish teringat jelas pada mimpinya tadi.

Wajahnya seketika merah dan berbagai umpatan dia keluarkan dalam hati. Mimpi sialan itu telah mengubah tidur siangnya menjadi perusak sisa hari. Mimpi yang bisa Irish pastikan hal terburuk sepanjang hidupnya. Karena di dalam mimpi itu, Irish dengan tubuh telanjangnya sedang dicumbu.

Segala rasa, sensasi, dan debar juga bisa Irish rasakan secara nyata. Hangat napas laki-laki itu, sentuhannya yang membuat melayang, atau suaranya yang serak dan seksi ketika menyebut nama Irish. Konyolnya lagi, setelah terbangun Irish menyadari dirinya basah. Karena itu, Irish benar-benar benci mimpinya tadi.

Mimpi terkutuk!

“Mbak,” panggil Rasti lagi.

“Oh, ya, ya, kenapa?”

Mengusap-usap wajah sejenak, Irish akhirnya fokus pada Rasti. Pegawainya tampak bingung dengan tingkah atasannya. Namun, memilih tidak menanyakan apa pun.

“Saya mau ijin sebentar jemput anak pulang sekolah, karena adik saya yang SMA itu ternyata nggak bisa jemput. Di sekolahnya lagi ada kelas tambahan untuk kelas 3, jadi adik saya pulangnya telat.”

“Ya udah, pergi aja, Ras.”

“Masalahnya Danu lagi keluar, Mbak. Beli makan siang.”

Irish segera bangkit setelah paham situasi. Rasti ingin pergi menjemput anaknya yang masih SD, sedangkan Danu belum kembali. Artinya ... tidak ada orang yang berjaga di depan.

“Gih, buruan pergi. Saya yang jaga.”

“Makasih, Mbak, makasih. Maaf udah ganggu tidur Mbak. Saya pamit, ya.”

Gadis 26 tahun itu mengangkat jempolnya seraya tersenyum mendengar suara ceria Rasti. Padahal hanya diizinkan pergi, tapi senangnya sangat terlihat.

Selepas mencuci wajah dan memakai apron, Irish berdiri di belakang mesin kasir. Pandangannya menyapu pada bangku-bangku yang diisi oleh beberapa orang. Hari Senin di jam makan siang memang biasanya tidak ramai yang datang. Kebanyakan pesanan mereka akan dibawa untuk dinikmati di jalan atau kantor.

“Terima kasih. Silakan datang kembali,” ucap Irish sambil tersenyum pada satu pelanggan yang berjalan menuju pintu keluar.

Salah satu hal yang selalu Irish pertahankan di coffee shop-nya adalah keramahan. Mengucapkan terima kasih ditambah senyuman sudah menggambarkan bahwa si pengucap memang sungguh-sungguh.

Satu per satu pelanggan meninggalkan ruangan. Tinggal Irish sendiri yang kini sedang membersihkan meja. Coffee shop itu miliknya, maka tak segan-segan Irish juga ikut bekerja selayaknya mendapat bayaran dari atasan.

Lonceng pada pintu berbunyi, menandakan ada yang datang. Irish sudah bersiap menyambut, tapi urung saat tahu yang datang adalah Danu.

“Duh, Mbak, biar saya aja yang bersihin. Rasti ke mana?”

Danu tampak panik melihat atasannya membawa tray dan meng-clear up meja.

“Santai ajalah. Kamu makan dulu sana. Rasti jemput anaknya, bentar lagi palingan udah balik. ”

“Udah cantik, baik sama pegawai, jadi pengen saya lamar, deh,” kelakar Danu tiba-tiba.

“Yeee! Itu pacar kamu mau di kemanain? Saya, sih, nggak mau diteriakin jalang lagi sama dia.”

“Aduh, Mbak Irish bikin saya malu lagi.”

Irish tertawa melihat Danu yang salah tingkah dan wajah kecokelatannya yang agak merah. Setiap kali menyentil insiden itu, Danu akan menciut. Untungnya Irish Belen adalah perempuan yang memiliki kesabaran cukup baik.

Tiba-tiba muncul dan berniat memberi Danu kejutan dengan menyambangi tempat kerja, perempuan itu jelas terkejut dengan adegan menyentuh kaki di depannya. Danu yang membantu melepas heel setelah Irish terkilir di depan toko, menimbulkan kesalahpahaman. Tanpa bertanya, Irish malah diteriaki dan disebut selingkuhan.

Bagusnya, meski ditimpa hal memalukan, Irish tidak memotong gaji Danu atau yang lebih parah memecatnya. Karena Irish mengerti bagaimana rasa dari dada yang sesak sebab kekasih hati terlihat mengecewakan. Perempuan itu paham bahwa setiap orang ingin menjaga cintanya dengan cara masing-masing. Dan teriakan juga cacian yang dia dapat dari pacar Danu, Irish anggap sebagai sebuah cara mempertahankan kepemilikan.

“Benar, nih, saya makan dulu, Mbak?” Danu memastikan sembari mengikuti Irish.

“Iya, bawel,” jawabnya setelah meletakkan tray di troli. “Langsung cuci cangkir abis makan.”

“Oke, sip!”

Irish keluar dari bagian lain tokonya. Bagian belakang yang digunakan sebagai membuat dessert, penyimpanan barang-barang, sekaligus tempat mencuci peralatan kotor. Tentunya ada sekat agar semuanya tidak langsung berbaur di satu ruangan.

Perutnya berbunyi, tapi dia masih harus menjaga kasir. Yang Irish lakukan selanjutnya adalah membuka etalase untuk mengambil red velvet cake sebagai pengganjal perut. Baru satu suap, lonceng kembali berbunyi. Kali ini perempuan itu tersenyum lebar pada seseorang yang memasuki tokonya.

“Sayang!” serunya senang.

“Biar aku tebak, kamu pasti belum makan siang.”

“Dan kamu udah bawain makan siang,” balas Irish, lalu meletakkan cake-nya demi menghampiri Keenan.

Keenan meletakkan paper bag yang dia bawa di salah satu bangku, lalu menarik pinggang Irish dan mendaratkan kecupan di pipi mulus itu.  Tangannya mengelus lengan sang pacar yang tidak tertutup kain, karena Irish memakai tank top hari ini.

“Yang, jangan seksi kayak gini kenapa, sih?” bisik Keenan. 

“Kamu horny?”

Bibir laki-laki itu menjelajahi leher Irish, lalu menggumam untuk membenarkan pertanyaan kekasihnya. Kumis tipisnya bergesekan dengan kulit halus Irish, mengantarkan sensasi geli dan meremang untuk gadis itu. Irish menggeleng pelan sebelum mendorong tubuh Keenan.

“Tolong jangan terlalu terus terang kalau ngomong. Aku bisa pusing sendiri karena kamu nggak mau tanggung jawab.”

Belum sampai sepuluh menit berduaan, Keenan sudah terpancing oleh Irish. Pacarnya yang merasa tidak tabu jika membicarakan seks, tapi tidak pernah mau jika diundang untuk bergerak bersama di ranjang.

“Sana ke kamar mandi kalau nggak tahan. Lihat tuh muka kamu gelisah banget.”

“Sama kamu, ya?”

Tak bisa menahan, Irish tertawa geli melihat ekspresi Keenan yang tampak butuh bantuan. Suara memelas laki-laki itu juga sangat menggemaskan di mata Irish.

“Sabarlah. Ayo, buruan nikah kalau kamu udah nggak sabar.”

Kalau sudah mengeluarkan kalimat itu, Keenan mau tak mau harus bungkam. Mau berdebat selama apa pun Irish akan tetap pada pendiriannya yang tidak mau bercinta sebelum mereka resmi menikah.
Mengembuskan napas frustrasi, Keenan menyerah untuk melancarkan niat menggoda Irish. Semakin digoda, malah dirinya yang pusing.

“Aku ke toilet bentar. Habis itu mau balik ke hotel. Jam makan siang udah mau habis.”
Irish mengangguk setuju.

“Eh, pinjam HP bentar, Yang. Aku mau transfer. M-banking-ku lagi eror.”

Tanpa bertanya, Keenan langsung memberikan ponselnya, lalu pergi ke toilet. Irish segera membuka ponsel itu. Jarinya bergerak di layar untuk mencari aplikasi M-Banking, tapi seketika terhenti saat melihat sebuah aplikasi lainnya.

Madam Rose, itu nama aplikasi tersebut. Warna putih pada font serta kelopak-kelopak mawar di sekitarnya sangat eye catching. Namun, bukan kagum pada tampilannya, Irish terpaku karena berpikir bagaimana bisa Keenan mengunduh itu.

Meskipun tidak ikut mengunduh, tapi Irish tahu benar apa itu Madam Rose. Bagaimana tidak? Aplikasi dating tersebut sedang digandrungi para single bahkan double di Indonesia Raya. Aplikasi yang katanya bisa mempertemukan seseorang dengan teman baru, jodoh, bahkan selingkuhan bagi mereka yang ingin tidak setia pada kekasih. Ya, tentu saja manfaat itu tergantung pada siapa dan jenis manusia apa yang memakainya.

Namun ... pertanyaan besar yang telah bersarang di kepala Irish adalah kenapa Keenan memiliki aplikasi ini?

Enam bulan pendekatan, sebelas bulan pacaran, dan total tujuh belas saling mengenal, perempuan itu sangat yakin bahwa kekasihnya tidak sedang berniat mencari teman dekat. Irish tahu pass code ponsel Keenan, PIN ATM, bahkan memegang kunci ganda kamar kekasihnya. Dari tiga hal tadi, bukankah sudah cukup membuktikan kalau dirinya ada di level tinggi dalam hidup laki-laki itu?

Namun, tetap saja Irish terusik. Pikirannya saat ini dipenuhi oleh hal-hal negatif. Mustahil jika alasan Keenan mengunduh Madam Rose untuk mencari teman. Keenan punya sangat banyak kenalan di dunia nyata.

Terus buat apa?

Ingatan tentang slogan Madam Rose berputar-putar di kepala Irish. Cari teman atau pasangan? Come to Madam.

Pemikiran negatif lainnya berlarian di benak Irish. Gimana kalau dia niat nyari pasangan beneran, bukan cuma iseng?

“Ah! Nggak! Nggak! Nggak!” bantahnya pada pemikiran sendiri.

“Udah, Yang?”

Sampai lupa mau transfer gara-gara bengong!

Buru-buru Irish mengunci layar dan menyarahkan pada Keenan yang sudah berdiri di depannya.

“Nggak jadi transfer, Yang. Barusan OS-nya ngabarin kalau barang yang aku mau habis.”

Keenan mengernyit.

“Kok, aneh? Udah mau transfer baru dikabarin habis?”

Aihhh!

“Ya gitu. Belum jodoh aja barangnya sama aku,” kilahnya dengan senyum terpaksa.

“Mau cari langsung? Aku temenin nanti malam.”

Baik dan perhatian kayak gini, nggak mungkinlah selingkuh.

Mengulas senyum tulus, Irish mengulurkan tangan untuk menangkup wajah di hadapannya. Tubuhnya condong agar mudah memberi kecupan di pipi Keenan. Tak ingin melewatkan kesempatan, kekasihnya membalas dengan sebuah ciuman singkat.

“Sabar, ya, Yang. Aku ijinin, kok, kalau kamu main solo sambil bayangin aku.”

Tawa Keenan terdengar sebelum berkata, “Aku akan tahan, Rish. Tapi dengan senang hati kalau kamu mau bantuin aku dengan mulut atau tanganmu.”

Mata Irish melebar dan disambut senyum jahil Keenan.

“Ishhh! Sana, sana pergi kerja lagi! Cari cuan yang banyak buat biaya nikah!” usirnya sembari melotot.

Punya pacar semenggemaskan itu, bagaimana bisa Keenan memaksa Irish? Meski berkali-kali dibuat dalam mode turn on, nyatanya Keenan menghormati keputusan Irish.

Oh, tentu saja hubungan mereka tidak selugu itu. Mereka sering berciuman, saling memberi tanda di leher ataupun dada, dan yang paling jauh Irish pernah membuka kaki di meja kerjanya. Hanya sebatas membuka kaki dan Keenan berdiri di antaranya, lalu sibuk berciuman.

Bye, Sayang. Jangan lupa makan.”

Laki-laki itu sudah keluar dari toko, sempat melambai pada Irish sebelum benar-benar menghilang bersama mobilnya dari parkiran. Setelahnya, Irish duduk lemas dan menelungkupkan wajah di meja.
Dia baik, kok. Selama ini nggak pernah macam-macam.

Belum bisa tenang, Irish masih memikirkan perihal penemuan sesuatu yang baginya aneh itu. Sejak kapan Keenan mengunduhnya, Irish juga tak tahu pasti. Selama ini dia sangat percaya pada Keenan yang tak keberatan jika privasinya dimasuki Irish. Untuk itu pula, Irish malah tak pernah menggeledah ponsel tersebut.
Masih sibuk dengan pikirannya sendiri, bunyi lonceng terdengar beberapa kali. Irish enggan bangkit dari posisinya karena sudah mendengar suara Danu dan Rasti yang menyambut pelanggan.

“Kamu mau pesan apa?” Suara salah satu pelanggan terdengar.

Vanilla latte ajalah. Si Atala pesanin apa, ya? Tadi dia nggak ada bilang pengen apa?”

Deg!
Deg!
Deg!

Dada Irish seketika penuh dan jantungnya memompa dengan cepat. Dua laki-laki itu sedang membicarakan seseorang yang bernama Atala dan Irish terusik karenanya.

Laki-laki lain menyahut, “Si Atala Elard emang nyebelin. Barusan ditelpon malah jawab terserah, kayak cewek aja.”

Irish ingin menjerit. Ada banyak orang yang memiliki nama sama di bumi, tapi kenapa baru sekarang Irish kembali mendengar nama itu? Setelah delapan tahun berlalu, banyak cerita baru yang sudah Irish rajut, kenapa nama itu akhirnya bergaung lagi di telinganya?

Beda orang? Semogaaaaa! Ah, tapi kenapa juga kalau sama? Nggak ngaruhhh!

Demi membuktikan sedikit prasangkanya, Irish bangkit serta meraih paper bag Keenan. Ditatapnya tiga laki-laki yang sedang menunggu pesanan. Lalu dia menghela napas panjang menuju ruangannya.

Sama sekali nggak pernah lihat wajah mereka. Terus belum tentu juga mereka temannya Atala berengsek yang itu, ‘kan?

Hati Irish dongkol, pasalnya hari ini banyak hal yang baginya menyebalkan. Rasa lapar yang tadi melilit perutnya juga lenyap, berganti ingin mengunyah sesuatu yang ekstrem karena terlalu bad mood.

Lebih nafsu makan bata deh kayaknya sekarang!

🌺🌺🌺

Seminggu berlalu, tapi Irish belum bisa melenyapkan segala ragu. Nyaris setiap hari bertemu Keenan, tapi tak sekali saja penasarannya dia coba utarakan. Segalanya dia tahan dan pendam sendiri. Uring-uringan saat bekerja, susah tidur, dan nafsu makan berkurang. Lengkap sekali efek yang Irish dapat dari aplikasi Madam Rose.

“Mau kopi atau teh, Mbak? Kayaknya Mbak butuh, deh. Seharian nggak bagus gitu mood-nya,” tawar Danu.

Irish mengembuskan napas panjang. Ingin menjawab, ya aku nggak mood atau ini, tuh, gara-gara aplikasi makanya aku jadi gini, rasanya tak mungkin.

“Kamu tahu Madam Rose, nggak?”

“Woahh! Ya tahulah, Mbak!”

Irish terkejut mendapati reaksi tidak terduga Danu. Pegawainya itu bahkan segera menarik kursi dan duduk di dekat Irish.

“Kan gara-gara Madam Rose saya bisa ketemu sama pacar yang sekarang.”

“Hah? Serius?”

Dua kali. Dua kali Irish terkejut.
Danu mengangguk mantap. Inginnya Irish bertanya lebih, tapi urung. Dia hanya meminta dibuatkan teh chamomile.
Diamatinya ponsel yang teronggok di meja, juga melayangkan pikiran pada ucapan Danu tadi.

Sedahsyat itu ya bisa bikin orang jadian. Bisa bikin orang ketemu selingkuhan juga, dong! Aihhh!

Lelah memikirkan sendiri dan tersiksa atas segala terkaan yang menyesakkan dada, Irish memantapkan hati untuk mengunduh Madam Rose. Langkah pertama dia harus melakukan registrasi dengan data asli. Selanjutnya, mengisi beberapa kolom sebagai pelengkap akun.

“Jadi juga,” gumamnya seraya mengembangkan senyum.

Senyum itu tepatnya untuk bio yang dia tulis. Cewek random. Nggak usah mendekat kalau cuma mau main-main.

Irish menggeser layar ke kiri. Ada banyak akun yang dia lihat dengan berbagai macam pose foto. Lalu jarinya terhenti ketika dengan yakin melihat foto itu. Foto seorang laki-laki dengan kemeja cokelat. Tiga kancing teratasnya terbuka, sedikit mempertontonkan dada yang rasanya sangat nyaman untuk disentuh.

Ketegangan Irish semakin menjadi. Jantungnya tak bisa diajak kerja sama, iramanya seperti sedang dikejar-kejar preman, bisingnya bagai mesin pabrik. Irish sendiri tak dapat mengontrol reaksi tubuhnya. Konyolnya setelah membuka profil itu, entah dorongan dari mana, dia menggeser kanan profil dengan nama Atala Elard.

“Hah?! Gimana?! Gimana?!” teriaknya sesaat setelah mendapat balasan suka dari akun itu.

Tidak cukup sampai di sana, keterkejutan Irish bertambah berkali-kali lipat saat mendapat pesan, “Hai, cewek random. Kenalin, aku cowok random yang nggak niat main-main. Jadi kita match, ya.”

“Hah?! Gimana?! Gimana?!” ulang Irish kali ini sembari menelungkupkan ponsel.

Suaranya yang keras terdengar oleh pengunjung toko, mengundang beberapa pasang mata untuk menatapnya yang kini mondar-mandir tidak keruan.

“Mati kamu, Irish!” umpat perempuan berambut sedada pada dirinya sendiri.

TBC

Sorrry telat update. Mestinya kemarin, ya.

Ditunggu tanda cinta dari kalian.

Love from Bali❤️

Mantan yang bikin berdebar


pacar yang bikin cemas

Yang sedang cemas + berdebar 😂

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro