Part-14

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Seperti yang disuruhkan oleh Jungkook, selepas dari kampus Jihyo harus berkemas untuk keperluan saat berada di Paris dan sekarang ia sudah selesai dan sibuk dengan Ponselnya.

Ia mencari-cari tempat wisata dan hiburan di kota yang terkenal akan menara Eiffelnya itu. Walaupun, Jungkook hanya bilang mereka kekota Paris karena urusan bisnis tetapi sebagai wanita yang baru pertama kali keparis, tidak mungkin Jihyo membuang-buang waktu yang berharga itu.

"Terserah, Jungkook ingin melarangku untuk keluar Hotel! Lagipula, bukan Jihyo jika ia tak bisa melakukan suatu hal" Cengirnya.

"Wah, bagaimana jadinya yah kalau aku melihat secara langsung menara Eiffel?" Monolognya.

Ceklek!

Pintu terbuka dan menampakan seorang pria yang agak brantakan. Jas digenggam ditangan kanan, ponsel menempel di telinga sebelah kirinya, rambut agak berantakan membuat Pria Bernama Jungkook sedikit menyedihkan.

"Jemput kami lima belas menit lagi! Jangan terlambat dan aku tutup teleponnya."

Bip!

"Hei gadis gila! Kau sudah berkemaskan? Cepat ganti pakaianmu!" Perintah Jungkook seenaknya sambil memanggil Jihyo dengan sebutan gadis gila.

Jihyo menyimpan ponselnya secara kasar diatas Kasur. "What? Gadis gila?" Ucap Jihyo.

Jungkook mengambil handuk dan pakaian yang berada dilemari. "Kau memang gila! Aku akui itu" Ucapnya yang beranjak kekamar mandi.

"Bukankah Ke Parisnya besok?" Tanya Jihyo yang bingung. Sebab, saat Jungkook mengiriminya pesan, disitu tercetak jelas bahwa mereka akan Ke Paris besok.

"Memang! Tapi terserah dengan diriku ingin pergi kapan dan pulang kapan!" Santainya sebelum ia memasuki kamar mandi.

"Sombong sekali kau jadi pria!" Batin Jihyo yang pergi bersiap-siap juga.

●○●

Jihyo's Pov.

Setelah beberapa menit perjalanan, Mobil mewah Jungkook akhirnya berhenti di bandara udara international incheon. Jarum jam menunjukkan angka delapan malam.

Aku turun dari mobil, disusul dengan keberadaan mama mertuaku dibelakangku. Jungkook mendorong koper besar milikku dan miliknya sendiri. Disini bukan mama mertuaku saja yang datang untuk mengantar kami berdua melainkan Taehyung pun juga berada disini.

Sedikit aneh jika kau memutuskan kekasihmu karena hal perjodohan. Kau dijodohkan dengan adik mantan kekasihmu sendiri dan bahkan mereka saudara kembar.

Aku hanya heran dengan takdirku sendiri. Takdir yang membuat ikatan suci dengan seseorang yang kau benci. Aneh memang, namun aku tidak bisa berbuat apa-apa.

Aku hanya bisa terdiam saat Mama mertua, Jungkook dan Taehyung bercengkeramah. Apa yang bisa aku katakan? Malah aku akan dikatai gadis gila lagi seperti apa yang dikatakan oleh Jungkook.

Disampaikan kepada para penumpang dengan penerbangan ke Kota Paris! Untuk memasuki kawasan penerbangan sebab pesawat akan siap landas. Sekian dan terima kasih.

Terdengar suara staff bandara dibalik mikrofon yang menyuruh kami untuk segera masuk.

"Mama, jaga dirimu" ucapku.

Ibu Jungkook tersenyum, ia memelukku dan membisikkan sesuatu di telingaku.

"Jaga suamimu dan cepatlah berikan aku cucu" ucapnya yang membuatku malu.

Jihyo's Pov End.

"Mamah jangan mulai lagi!" Ujar Jungkook yang mendengar bisikan itu.

Nyonya Kim tertawa melihat tingkah anaknya itu. "Oke! Pergilah sekarang dan semoga kalian berbahagia disana." Nyonya Kim mendorong tubuh Jungkook.

"Iya, Iya. Aku pergi! Sampai jumpa, Ma, Taehyung." Pamitnya.

"Sampai jumpa" Singkat Taehyung yang disertai dengan senyumannya. Sebuah senyum yang ia paksa dan menjadi tembok kesedihannya.

Hingga Jungkook dan Jihyo memasuki pesawat yang akan membawa mereka ke kota Paris. Raut wajah gelisah terpampan jelas diwajah mata bulat ini. Seperti banyak hal yang ia pikirkan saat ini.

"Kenapa kau diam dan berdiri terus menerus?" Tanya Jungkook yang terus memerhatikan Jihyo yang masih berdiri dipendiriannya.

Jihyo tak mendengar ucapan Jungkook karena ia sibuk dengan pikirannya. Tapi, itu tak lama sebab ada yang membuyarkan lamunannya itu.

"Excuse me!" Ucap seorang wanita yang kira kira berumur tiga puluhan keatas dengan rambut pirang dan mata hijau yang ia miliki.

"Oh? Sorry!" Jihyo kemudian berpindah dan duduk disamping Jungkook yang lebih tepatnya ia duduk didekat jendela.

"Kau kenapa? Apakah kau baik-baik saja atau kau sedang sakit?" Khawatir Jungkook yang tak mendapat jawaban apapun dari Jihyo sampai Pesawat lepas landas dan terbang tinggi keawan.

Semakin tinggi terbangnya pesawat, semakin erat juga genggaman tangan Jihyo ketangan Jungkook. Ia juga menangis seseguk-segukkan yang membuat Jungkook semakin gelisah. Terlebih lagi banyak mata asing yang memandang kearah Jungkook dan tatapan itu tatapan maut untuk seorang pebisnis macam Jungkook.

"She's my wife and now he is containing the first child. Sometimes the mood likes to change, so sorry if disturbing you!" [Dia adalah istri saya dan sekarang dia mengandung anak pertama. Terkadang moodnya suka berubah, jadi maaf jika mengganggu Anda!] Ucap Jungkook dalam berbahasa inggris. Dan untungnya, Jihyo tidak mendengar ucapan Jungkook sehingga ia tak perlu mendengar teriakan singa betina dimalam hari yang dingin ini.

"Nenek! Kakek!"

Beberapa tahun yang lalu. Terlihat anak yang baru lulus dari sekolah menengah pertamanya. ia juga mendapat nilai yang paling tinggi dikelas dan bahkan disatu sekolahnya.

"Lihat! Aku dapat Peringkat satu dikelas dan lihat nilainya!" Pinta gadis bermata bulat dan temben ini pada kakek-neneknya.

"Wah! Cucuku memang pintar! Bagaimana kalau kita ke America untuk liburan?" Ujar Kakek Jihyo yang membuat Jihyo girang.

"Aku mau, tapi kalau kita bertiga saja!" Seru Jihyo.

"Tentu saja! Apa yang tidak boleh untuk cucu kesayangan Kakek!" Ucapnya sambil memeluk tubuh cucunya.

"Hiks! hiks!"

"Jihyo, Kau kenapa?" Jungkook memegang kedua pundak dari Jihyo.

Bukan jawaban yang didapatkan Jungkook karena Jihyo langsung mendekapkan wajahnya ke pelukan Jungkook yang mau tak mau Jungkook hanya pasrah karena keadaan.

Jihyo menangis dan terlelap begitu saja, terlelap dalam pelukan Jungkook, Pria yang baru saja menjadi suaminya.

●○●

Jihyo menguap dan meregangkan otot ototnya yang terasa pegal. Ia mengingat terakhir kalinya ia berada di dalam pesawat dan sekarang? Ia malah tertidur manis disebuah kamar yang mewah. Dengan spontan ia mengecek tubuhnya apakah ia masih perawan atau tidak. Namun, ia melihat dirinya masih memakai pakaian semalam dan itu membuatnya lega.

Ia mengalihkan pandangannya untuk mencari tubuh dari Jungkook. Dan ia melihat seorang pria yang tak lain Jungkook tertidur diatas sofa.

Jihyo sebenarnya tak ingin membangunkan Jungkook, namun ia secara tidak sengaja menjatuhkan beberapa buku yang terletak diatas meja dan itu membangunkannya.

"Kau sudah bangun?" Tanya Jungkook yang mengucek kedua matanya.

"Seperti yang kau lihat!" Ujar Jihyo.

"Eh? Kalau boleh tahu kau kenapa saat didalam pesawat?" Tanyanya lagi.

Jihyo menatap lekat mata Jungkook. "Aku mengingat kematian kakek dan nenekku yang meninggal karena kecelakaan pesawat. Diantara mereka, hanya aku saja yang selamat dalam kecelakaan itu. Banyak orang bilang, aku patut bersyukur karena selamat namun aku malah berpikir kenapa aku tidak sekalian mati saja bersama mereka." Cerita Jihyo.

"Dan disitu juga kau trauma dengan ketinggian?" Ujar Jungkook yang diangguki oleh Jihyo.

"Yah, maaf karena telah menyusahkanmu!" Ucap Jihyo.

"Tak masalah."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro