Part-30

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hari ini cuacanya sangatlah cerah. Mentari pagi sudah mulai nampak disisi timur. Udaranya yang sejuk membuat siapapun terlihat tenang. Seperti Jihyo yang terlihat tenang dan cerah. Senyumnya terus saja terukir dari tadi.

Jihyo saat ini sedang berada didapur. Ia melakukan tugasnya yang sudah menjadi kewajiban seorang Istri.

PRANG!

Tangan mungil milik Jihyo tak sengaja menjatuhkan piring, dan alhasil piring itu pecah diatas lantai.

"Biarkan saya yang membereskan ini, Nyonya" Ucap seorang wanita paruh baya. Wanita itu adalah kepala pelayan dari Rumah besar milik keluarga Kim. Kepala pelayan itu bernama Bae Yon dan sering dipanggil dengan nama Bibi Yon.

"Tidak! Biar saya saja." Jihyo menyingkirkan tangan Bibi Yon. Namun Bibi Yon bersikeras untuk tidak membiarkan Nyonyanya untuk melakukan hal ini.

"Tidak, Nyonya! Nyonya lebih baik keruang makan saja dan kami akan menyajikan sarapannya" Jihyo tak bisa melawan orang tua sehingga ia membiarkan Bibi Yon untuk membereskan pecahan Piring itu.

Sudah ada beberapa pelayan yang ada disini. Hanya beberapa yang Jihyo kenali, tidak semuanya sebab Jihyo sudah kapok dengan hapalan buku Dokter dan jangan suruh ia untuk menghapal nama-nama mereka. Cukup ia kenali saja dari Wajahnya.

Setelah melihat hal-hal tentang didapur, ia pun memilih untuk menuju kekamarnya untuk mengambil Laptop dan tasnya.

Jungkook, Taehyung, Rose dan Somi sudah berada di meja makan. Mereka sudah tidak sabar untuk mengisi kekosongan perut mereka.

"Aunty Jihyo kemana?" Tanyanya pada ketiga orang yang berada dimeja makan.

Rose dan Taehyung sontak menatap kearah Jungkook. "Why? Kenapa kalian menatapku seperti itu?" Jungkook sangat risih memang saat banyak pasang mata yang menatapnya seperti itu.

"Jihyo. Dimana Jihyo?" Tanya Rose.

"Oh, Jihyo. Dia sedang ada didapur tadi" Ucapnya.

Somi dan Rose mengangguk, Taehyung menghela napas pelan.

Sarapan untuk pagi ini pun sudah datang dan tersaji diatas meja. Datangnya makananan itu bersamaan dengan adanya Jihyo yang membawa tasnya yang isinya adalah laptop dan lain-lain.

Jihyo berjalan anggun ke kursi disamping Rose. Jungkook dan Taehyung bahkan melongo melihat kecantikan yang terpancar dari diri Jihyo.

"Mau kemana Aunty?" Tanya Somi saat Jihyo mendudukkan dirinya dikursi.

Jihyo pertama-tama membungkukkan tubuhnya tanda hormatnya. Setelah itu, kini ia menatap kearah Somi. "Aunty akan kekampus dan kerumah sakit nanti" Ucapnya.

Jungkook menaikkan alisnya. "Rumah sakit?" Tanyanya.

Jihyo mengangguk.

"Aku akan menemani Dr. Min selama Seminggu ini" Ucap Jihyo yang kini memakan Sandwich Isi Daging plus Sayur.

"Wow! Aku sudah tidak sabar untuk melihatmu memakai baju wisuda, Jihyo" Binar Rose.

Jihyo terkekeh. "Sudah tidak lama lagi." Ujarnya.

Mereka berempat pun memakan sarapan yang disajikan. Jungkook dan Taehyung nampak tenang dengan sarapannya sedangkan Somi, Jihyo dan Rose berbincang banyak hal. Bahkan sesekali mereka tertawa terbahak-bahak akibat ucapan dari Rose.

"Rose, kau sangat beda hari ini"

Rose mengerucutkan bibirnya. "Beda bagaimana?" Tanyanya.

"Abaikan saja!" Ucap Jihyo yang membuat Rose penasaran. Jujur! Jihyo kali ini merasa khawatir dengan keadaan Sahabatnya ini. Jihyo takut hal yang tak diinginkan akan terjadi padanya.

"Kau menyebalkan" Cicit Rose yang melanjutkan makannya.

Jungkook berdiri. "Jihyo, kau butuh tumpangan?" Tanyanya.

Jihyo berpikir sejenak. Ia terlalu malas untuk naik Taxi ataupun Bis. Jadi ia pun mengiyakannya dan ikut berdiri juga.

"Aku lagi buru-buru, jadi aku terima dan terima kasih atas tawarannya" Ucap Jihyo.

"Aku dan Jihyo pamit dulu. Kita akan bertemu di jam makan malam nanti" Pamitnya dan mereka berdua pun keluar dari Rumah ini.

Tinggallah Taehyung, Rose dan Somi diruang makan ini. Somi memerhatikan Rose yang sedang gelisah akan suatu hal.

"Apakah Aunty baik-baik saja?" Somi bertanya. Rose yang mendengar pertanyaan itu, tersenyum dan menggeleng.

"Oke. Uncle! Aunty! Aku kekamarku dulu. Sampai jumpa" Somi berlari kecil menuju kamar miliknya. Kamarnya berada dilantai bawah, jadi ia tak perlu menaiki tangga.

Taehyung masih memikirkan sesuatu. Sesuatu yang membuatnya pusing.

"Taehyung!" Panggil Rose yang seketika membuyarkan pikiran Taehyung. Ia menoleh dan menunggu jawaban.

"Aku sangat takut Taehyung. Takut akan suatu hal yang susah aku jelaskan dan bahkan ini membuatku bingung sendiri" Rose memulai pembicaraannya.

Taehyung memijit pelipisnya. "Maksudnya?"

Rose menghela napas. "Aku tahu! Kau pasti sedang bekerja sama dengan Tzuyu untuk mendapatkan apa yang kalian inginkan. Aku tahu semuanya." Rose menatap Taehyung penuh kesedihan. Taehyung yang mendengar itu terkejut akan apa yang didengar oleh pendengarannya.

"Itu tidak seper--"

"Biarkan aku bicara dulu! Oke?" Rose memotong ucapan Taehyung. Taehyung hanya menundukkan kepalanya.

"Aku mendengarmu berbicara dengan Tzuyu waktu itu. Aku hanya heran denganmu. Kau itu sangat tampan Taehyung! Kau bahkan dalam sekejap dapat menemukan pelabuhanmu. Aku tidak meragukan hal itu, tapi kenapa kau masih saja ingin mendapatkan Jihyo? Biarkan Jihyo bahagia dengan hidupnya! Kau tidak perlu lagi menambah beban kesedihannya. Aku tahu kau masih dan selalu mencintainya tapi kau juga tidak bisa melawan kehendak jika Takdir memang mempersatukan Jihyo dan Jungkook" Ucap Rose panjang lebar.

Taehyung diam seribu bahasa.

"Kenapa kau diam?"

"Jujur aku bingung, Rose! Kau pasti sangat tahu akan perasaanku" lirihnya.

"Aku tahu tapi kau juga harus memahami takdir Tuhan. Tuhan sudah menyiapkan sosok wanita yang sangat tepat untukmu dan untuk itu? Kau harus sabar dan berusaha" jawab Rose.

"Memang benar tapi..."

"Taehyung, Aku mohon..." Rose menatap Taehyung dalam-dalam.

Taehyung menghela napas. "Mohon apa?"

"Seperti yang aku katakan tadi. Jangan incar-incar Jihyo lagi. Kalau perlu jadikan dia sebagai adikmu sebagaimana dia telah menikah adikmu dan buat mereka jatuh cinta!" Mata itu penuh harap.

Taehyung mencernanya. Hatinya sedikit teriris. Apakah dia harus mengiyakan ucapan sepupunya? Atau ia tetap membuat rencana bersama Tzuyu?, yang jelasnya ia bingung.

"Taehyung!"

"Hm..."

"Bagaimana?"

"Akan aku usahakan"

"Tapi, kau harus janji" Rose mengacungkan jari manisnya yang dibalas oleh Taehyung.

"Entahlah Rose! Tapi aku akan berusaha..." batin Taehyung.

"Kau mau ke Boutiqekan? Biar aku antar" Ucap Taehyung yang hendak berdiri.

"Aku naik Taxi saja sebab aku akan pergi kerumah Jisoo terlebih dahulu" Rose berdiri sambil menenteng tasnya. Ia berjalan keluar terlebih dahulu.

"Semoga Tuhan melindungimu, Rose. Yang jelasnya aku merasakan akan ada kejadian yang menimpamu dan aku berharap ini cuman perasaanku saja." gumamnya yang ikut keluar juga dan menuju Kantornya.

●○●

"Rose aku merindukanmu" Ucap seorang wanita yang kini memeluk tubuh Rose.

"Jisoo aku sulit bernapas karenamu dan aku sedang hamil"  Sontak Jisoo melepas pelukannya.

Ia terkekeh pelan melihat tingkah sahabatnya itu yang kian menggemaskan.

"Maaf Rose, itu refleks" Ucap Jisoo.

"Baiklah, terus ada apa?"

"Tidak ada apa-apa kok, cuman aku mau kasih ini saja, ini dari Jennie. Ia akan menemuimu nanti" Jelas Jisoo yang memberi Rose sebuah paper bag.

"Owh, oke." Ia mengambil paper bag itu.

"Aku pergi dulu, Jisoo." Pamitnya.

"Hati-hati! Ingat! Kau sedang hamil" Jisoo mengingatkan Rose tentang kehamilannya.

"Iya, aku pergi. Bye bye" Ia langsung pergi. Jisoo pun masuk kembali kedalam rumahnya.

Rose's Pov.

Setelah dari Rumah Jisoo, aku kini berjalan menuju halte bis. Entah kenapa aku saat ini sangat menginginkan untuk naik bis. Mungkin efek kehamilan.

"Kapan kau akan keluar dan bermain bersama dengan ibumu ini, baby?" Aku berbicara pada janinku. Aku mengelusnya dan melirik kekanan dan kesamping sebab aku ingin menyebrang tempat dimana halte berada.

Merasa sudah sepi, akupun berjalan menyeberangi jalanan.

Aku berjalan santai, dan paper bag itupun jatuh diatas aspal. Aku memungutinya dan seketika ada mobil sedan berwarna hitam yang melaju begitu kencangnya.

Aku yang tidak bisa menghindarinya, tiba-tiba saja mobil sedan itu menabrak tubuhku.

BRAK!

Aku terlempar jauh dan kepalaku terbentur sangat keras dibatu. Perutku sangat sakit! Aku takut dengan keadaan janinku. Kulihat dari kakiku yang telah mengalir darah. Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Kupandang mobil sedan itu yang berhenti sementara dan melajukan kembali mobilnya.

"Ii-ni y-yang kk-au sebut permainan?" Isakku. Aku menangis kesakitan. Kesakitan yang menjalar tubuh dan tiba saatnya dimana aku tidak merasakan kesakitan itu. Penglihatanku menggelap.

Rose's pov end.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro