Bab 16

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Bab 16 : Titik Balik

Sienna menarik napas, dia baru saja selesai membersihkan diri dibantu Mbak Ningsih, perawat yang selama ini paling telaten merawatnya. Adnan langsung pergi begitu mengantar wanita itu kembali ke kamar. Sisa hujan yang membasahi jendela menyisakan embun, dan televisi layar datar yang tergantung di sudut ruangan menampilkan berita terkini. Suara TV yang samar bercampur dengan hujan yang deras lagi membuat Sienna tenggelam dalam pikirannya sendiri.

Terbesit penampakan wajah Mario yang menghadapi wartawan dengan sangat tenang. Menjawab semua pertanyaan tanpa cela ... dan yang paling penting tanpa rasa bersalah sama sekali.

"Bu, mau minum air anget?" tawar Mbak Ningsih saat melihat Sienna menatap ke luar jendela.

Sienna tersenyum tipis, kemudian menolak halus. "Saya mau istirahat aja, Mbak."

Wanita itu menarik napas, menyandarkan kepalanya pada bantalan ranjang rumah sakit di ruangan yang sepi. Pikiran Sienna terasa penuh, seolah otaknya berkabut dan sama sekali tidak bisa berpikir jernih. Kejadian demi kejadian menyakitkan yang baru saja terjadi membuatnya memikirkan kata-kata Adnan untuk menyerah. Sienna ingat, sesaat sebelum pulang ke Malang dengan terburu-buru, ia sempat bertemu wanita simpanan Mario tanpa diketahui pria itu.

"Sudah berapa lama?" Sienna menarik napas, menatap wanita yang lebih muda beberapa tahun darinya.

Alis yang terlihat disulam rapi itu terangkat sebelah, bersamaan dengan senyum miring yang terukir di wajah cantiknya. Sienna menatap lurus, memerhatikan setiap inci dari bagian tubuh wanita itu. Tubuh mungilnya terlihat kesulitan menopang sepasang dada yang menyembul dari balik kaus yang tampak kekecilan. Rambut pendek sebahu yang terkesan modis dan segar. Kulit kuning langsat yang bersih dan mulus. Bibir penuh dan sensual yang mungkin enak untuk dicium.

"Mata Mbak seperti ada lasernya." sindirnya terang-terangan.

Sienna tersenyum tipis. "Jelas. Saya mau lihat spesifikasi perempuan simpanan suami saya."

Wanita itu tertawa. "Oh, begitu? Dari 80 sampai 100, berapa nilai saya?"

"Kamu percaya diri sekali." Sienna mendengkus.

"Tentu dong, Mbak. Saingan saya, kan, mantan finalis Wanita Indonesia puluhan tahun silam. Mas Mario mau dengan saya, itu artinya nilai saya nyaris sempurna." Jawabnya percaya diri. "Minimal, nilai saya sudah pasti lebih tinggi daripada Mbak. Karena kalau tidak, mana mungkin Mas Mario mau stay sama saya di Surabaya, dan memilih meninggalkan Mbak di Malang?"

Sienna tidak membalas. Itu adalah pukulan telak baginya.

"Saya tidak akan mendebat pernyataanmu, karena saya di sini bukan untuk itu." Sienna menarik napas panjang. "Terlepas dari apapun alasannya, Suami saya memang berselingkuh, dan perempuan simpanannya itu kamu."

"Saya punya nama, Mbak Anna." Perempuan itu mengangkat lagi sebelah alisnya. "Panggil saya Riana, bukan "perempuan simpanan seperti kamu itu". Saya harap Mbak ingat."

"Kenapa? Memang kenyataannya kamu perempuan simpanan, Riana." Sienna menatapnya datar. "Saya tidak menyangkal bahwa suami saya berselingkuh, jadi kamu juga tidak perlu malu mendapat julukan itu. Karena faktanya 'kan begitu?"

"Oke, saya juga nggak mau berdebat dengan Mbak." Riana menarik napas. "Jadi, Mbak mau apa? Menampar saya? Menyiram saya dengan air? Menjambak saya?"

"Sama seperti tubuhmu, pikiranmu kotor, ya?" Sienna terkekeh. "Saya tidak akan melakukan itu. Saya cuma minta kamu tinggalkan Mas Mario. Kita bisa selesaikan ini baik-baik. Saya tidak akan menghancurkan hidup kamu, dan kamu juga tidak perlu menghancurkan hidup saya."

"Kalau saya nggak mau?" Riana menatap tajam ke arah Sienna.

Gigi Sienna mengancing meskipun bibirnya tersenyum. "Seharusnya kamu tahu diri."

"Bukankah Mbak Anna yang nggak tahu diri?" Riana tersenyum mengejek. "Mas Mario itu sudah nggak mau sama Mbak Anna. Kecantikan Mbak puluhan tahun yang lalu sudah luntur, mungkin? Ditambah Mbak mandul. Gimana Mas Mario nggak kabur kalau begitu ceritanya?"

Emosi Sienna tersulut. Dia mengambil segelas air di meja dan menyiram Riana tanpa banyak bicara.

"Lancang kamu, perempuan sundal."

Riana tertawa, dia hendak membalas. Sienna berdiri menantang, akan tetapi tiba-tiba saja wanita itu terjatuh, bahkan sebelum Sienna sempat menyentuhnya seujung kuku pun.

"Ampun, Mbak! Ampun!" Tiba-tiba perempuan itu histeris, seisi cafe menatap mereka penasaran.

Sienna menghela napas lelah, tapi belum sempat memahami seluruh keadaan, Mario datang dan memperkeruh suasana.

"Apa-apaan kamu, Ann?!" Serunya marah.

"Lho, Mas ...."

"Senang kamu memelonco Riana kayak gini, hah!" Mario membantu Riana berdiri. "Malu-maluin kamu, Ann!"

Sienna masih berdiri di tempatnya saat Mario pergi bersama Riana. Dari semua hal menyedihkan, ia adalah yang paling nelangsa. Berdiri tanpa bisa melakukan apa-apa saat suaminya membela perempuan simpanannya mati-matian, dan meninggalkan ia seorang diri di tengah tatapan orang-orang yang berprasangka dengan berbagai tabiat.

Setetes air mata Sienna jatuh, dan wanita itu pun langsung sadar bahwa apa yang Adnan katakan mungkin benar.

"Sienna Anastasya sudah mati. Apa ini tandanya kamu menyuruh aku balas dendam, Mas?"

* * * * *


A/N: Hai Berries~ Akhirnya bisa update, yuhu! Betewe ada yang nungguin Sienna balas dendam? Hahahaha mampus kau Mario XD see you in the next chapter yak~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro