Bab 9

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Bab 9 : Kabur

Sienna menyerah pada pertolongan dokter muda yang katanya penanggung jawab sementara dirinya di rumah sakit ini. Wanita itu tahu kalau tidak mudah untuk meyakinkan seseorang mengenai hal-hal yang sulit dipercayai. Mungkin lelaki berjas putih itu sudah menganggapnya wanita gila. Ya, persetan dengan semua itu. Sienna tak peduli. Satu-satunya hal yang ia pedulikan hanya tentang bagaimana caranya keluar dari rumah sakit ini. Tapi seperti kata dokter itu ... ini sulit. Rumah sakit Lovelette dikenal dengan integritas dan kredibilitasnya yang tinggi. Tidak mungkin mereka akan membiarkan satu pasien kabur. Kecuali kalau Sienna mau dianggap gila.

"Ibu, mau ke mana?"

Langkah Sienna terhenti, seorang perawat menghentikan langkahnya yang tertatih itu. Gelang yang melingkar di tangannya berwarna hitam, beda dengan milik pasien lain yang normal. Tentu saja itu karena dia masuk ke rumah sakit ini tanpa identitas. Alasan mengapa ia masih dirawat oleh rumah sakit ini mungkin karena dokter muda itu menjadi penanggung jawabnya.

"To—toilet, Mbak." gugupnya.

Ia berdiri dengan wajah kaku, takut ketahuan. Perawat-perawat di sini pasti sudah mendapatkan instruksi untuk memperketat penjagaan.

"Saya antar ya, Bu." perempuan itu tersenyum ramah.

"Ehm, nggak—nggak usah, Mbak." Sienna menolaknya sehalus mungkin. "Saya bisa sendiri."

"Tapi ...."

"Saya cua ke toilet, apa nggak boleh juga?" Sienna meninggikan suaranya. "Kenapa kalian memperlakukan saya seperti tahanan?"

"Apa Ibu mau mencoba kabur lagi?"

Sienna terdiam, seorang wanita paruh baya yang sepertinya atasan perawat muda itu menyela. Dia berjalan lurus dari nurse station dan menghampiri Sienna.

"Saya wes ngerti kejadian semalam. Ibu berusaha kabur dan membuat keributan." ucapannya datar, tapi terdengar tajam dan tegas. "Di dalam kamar sudah ada fasilitas toilet dan kamar mandi. Kenapa Ibu repot-repot keluar hanya untuk buang hajat?"

"Apa saya juga nggak boleh keluar dari kamar? Kalian menahan saya?" Sienna melotot. Tapi tidak juga, dia hanya berusaha mempertahankan harga dirinya yang tersisa. "Apa sistem di rumah sakit ini memang suka merendahkan orang?"

"Sebaiknya Ibu kembali ke kamar rawat sekarang." wanita yang berhadapan dengan Sienna tampak masih berusaha menahan emosinya. "Kalau tidak—"

"Kalau tidak, apa?" Sienna menatap nyalang. "Sudah, Mbak, gini saja. BIarkan saya keluar sekali, dan saya janji setelahnya nggak akan membuat masalah lagi."

"Ini bukan sesuatu yang bisa dinegosiasikan."

Sienna kelepasan dan berteriak lantang. "Saya cuma mau keluar sebentar, kenapa susah sekali?!"

"Security! Security!" Perawat senior itu membelakangi Sienna. "Tolong bawa Ibu ini ke ruang isolasi, kalau melawan kunci saja pintunya."

Dua orang pihak keamanan itu membawa Sienna, dan tentu saja ia tidak bisa begitu saja menerimanya. Wanita itu meronta di sepanjang lorong rumah sakit dan membuat orang-orang menatapnya. Namun ia tidak peduli. Sungguh, ia belum mau menjadi mayat hidup yang kehilangan identitas hanya karena suami gilanya menganggap Sienna sudah mati. Bahkan, menurut berita di TV, Mario berniat mengadakan pemakaman untuk memberikan penghormatan terakhir pada Sienna. Apa-apaan!

"Tunggu! Lepaskan saya!"

"Lepas!"

"Kalian nggak sopan!"

Sebanyak apapun Sienna meronta, ia tetap tidak bisa melawan dua pria bertubuh tegap dan kuat itu. Lalu, saat ia melihat seseorang yang dikenalnya lewat begitu saja, Sienna tidak bisa hanya tinggal diam. Dengan seluruh kekuatannya ia menarik orang itu, membuatnya oleng dan bertabrakan di tengah koridor.

"Dokter, tolong saya!"

Adnan menghentikan langkah. Kemudian tersenyum miring saat melihat Sienna lagi-lagi digondol dua petugas keamanan. Lalu ia menghela napas. Sesungguhnya Adnan benar-benar heran sekaligus penasaran. Apakah wanita tanpa nama ini memang gila atau ada hal yang mengganggunya diluar dari apa yang ia duga selama ini. Namun, berapa kali pun Adnan memikirkannya semua terasa buntu.

"Ikut saya." katanya singkat sebelum melepaskan kukungan dua security yang mengawal Sienna kanan kiri. "Ayo ngobrol."

Sienna menatap sorot mata dingin dan wajah datar dokter muda itu. Ia tahu bahwa pria ini sepertinya sudah tampak lelah menghadapi dirinya. Akan tetapi Sienna tidak bisa menyerah di sini. Saat Adnan lengah, wanita itu bahkan dengan sengaja menyentak tangan sang dokter dan berniat kabur. Namun sia-sia. Lelaki ini dengan mudah dapat menangkap Sienna dan mencengkram tangannya.

"Saya benar-benar lelah. Lebih baik Mbak berhenti sekarang, karena tidak ada yang bisa lari dari saya."

Sienna menatap mata itu. Sorot yang menunjukkan keseriusan dan tatapan dingin menusuk padanya.

* * * * *

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro