1

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

.
.
.

Seekor kucing hitam berjalan dengan langkah senang. Kucing itu melompat dari satu rumah ke rumah lainnya, sampai akhirnya berhenti di sebuah rumah yang besar.

"Wah, ternyata ada kucing cantik di rumah ini..." Kucing hitam itu memandang dengan mata bersinarnya ke dalam rumah.

Kucing putih yang diajak bicara itu tak menggubris perkataan sang kucing hitam.

"Hey, jangan abaikan aku. Tak mau kah kau menghabiskan waktu bersamaku?"

Sang kucing putih sedikit membalikkan badannya menghadap sang lawan bicara.

"Bukannya di dalam rumah seperti itu sangat membosankan? Terkurung di tempat seperti itu sepanjang hari."

Mendengar kata-kata tersebut, sang kucing putih menatap lawan bicaranya dengan tajam.
"Siapa kau? Kenapa kau datang kesini?"

"Aku Ichinose Tokiya, aku kucing liar. Siapa namamu?"

"Sopanlah sedikit. Panggil aku Yukino, aku kucing terhormat yang dijaga dan disayangi oleh pemilikku." Kucing putih itu mengangkat dagunya dengan angkuh. Sangat menganggap rendah kucing liar didepannya.

"Baiklah Yukino. Panggil saja aku Tokiya." Tokiya menganggukan kepalanya pelan.

"Jangan panggil Yukino. Panggil Shiro aja."

Tokiya mendengus kesal. "Dikurung dirumah seperti itu membosankan, bukan? Lebih baik kau pergi denganku. Meninggalkan kota membosankan ini. Berkeliling dunia. Melihat aurora di kutub sana. Walaupun itu cuma angan-angan saja..."

Tokiya menatap kucing putih di depannya dengan penuh harap.

"Tidak. Aku tidak ingin hidup di alam liar seperti itu." Yukino menatap remeh kucing di depannya.

"Hidup di alam liar menyenangkan, kau tahu? Kau bisa bebas mengejar merpati, mengambil ikan segar dari manusia, dan mengawasi para manusia dari atap sebelum tidur siang."
Tokiya menatap Yukino sekali lagi. "Kau juga akan ku kenalkan kepada teman-temanku."

Yukino menatap datar Tokiya.
"Kau pikir hidup di alam liar sepertimu akan aman? Bisa saja kau besok ditabrak truk dan mati."

"Kemungkinan itu bisa saja terjadi sih... Tapi, hey... bukankah hidup bebas lebih menyenangkan daripada hidup terkurung disana? Dan lagi, aku ingin mencakar kalung di lehermu sampai terlepas."

Yukino mendesis. "Enak saja. Kalung ini mahal. Kucing sepertimu tak akan mampu mencari ganti yang sebanding dengan kalung ini."

Tokiya terdiam.

"Dan lagi aku ini tuan putri. Walaupun aku benci air, tapi aku tetap dimandikan setiap hari oleh gadis itu. Setiap hari makan makanan yang enak, dan tidur di tempat yang empuk."
Yukino melihat mata kucing hitam itu mulai meredup sinarnya.

"Gaya hidup sepertiku tidak bisa dirubah dengan mudah. Aku juga tidak bisa meninggalkan gadis itu sendirian." Yukino memejamkam matanya. Setelah membukanya, dia melihat Tokiya mulai menjauh. "Hei! Kita masih berbicara. Tidak sopan meninggalkan pembicaraan begitu saja."

"Maaf! Aku harus pergi. Sampai ketemu besok, Shiro Yukino."
Tokiya pun menghilang di kegelapan malam.

"Sampai jumpa. Aku menunggu kedatanganmu lagi."
Yukino meletakkan telapak tangannya di jendela dan menutup matanya lenuh harap.

⭐⭐⭐

Omake:

"Yukino!!!" Panggil gadis itu, Riku.

Yukino yang mendengar suara itu perlahan terbangun dan meregangkan tubuhnya.

"Yukino! Aku ada teman baru untukmu. Tadi pagi dia tertidur di depan rumahku."

Gadis berambut coklat itu, berjongkok dengan seekor kucing hitam yang tertidur pulas didekapannya.

"Kuharap kalian dapat bersahabat ya." Gadis itu pergi dan menutup pintu. Meninggalkan dua ekor kucing di dalam ruangan itu.

"Yukino. Aku dipelihara oleh gadis itu." Tokiya menatap Yukino dengan mata berbinar-binar.

"E-EHHHHHHHHHHHHH?!"

*** End***

Riku anak baek
Riku anak baek

AnimEito-chan

Gaje kan? Sengaja :3

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro