Diskusi

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Love is Hard to Vampire.

Sakamaki Shuu x Sakamaki Reiji.
ShuRei.

Diabolik Lovers milik ©Rejet.

Warning: BxB, Yaoi, Incest, OOC, Typo, Comedy, Angst, Harsh words.

Rate: T

'Diskusi'

Satu jam setelah makan siang, semuanya pindah ke ruang yang bakal mereka gunain buat rapat kali ini.

Bareng sama Laito, Reiji lagi nungguin datengnya Ruki sama Carla. Dua tertua dari klan lain.

Walau Carla dari First Blood, tapi Karl Heinz sama sekali nggak permasalahin karena rantai permusuhan mereka juga udah pudar beberapa tahun lalu karena bantuan Shuu dan Carla.

Nilai plus ke Shuu di mata Karl Heinz.

Tok.. Tok

Begitu pintu diketuk, Laito segera buka pintu dan nyambut siapapun yang dateng terlebih dahulu.

Di seberang ada Ruki dan Carla yang kayaknya berangkat bareng. Laito nunjukin seringainya, kemudian dengan iseng berbisik di telinga Ruki.

"Ciee.. Yang berangkat bareng doi." Bisik Laito menggoda yang langsung membuat gagak Mukami itu tersipu.

"Diam, Laito." Balas Ruki balik berbisik mencoba menyembunyikan wajahnya yang memerah.

Laito cekikikan lalu berjalan perlahan di belakang mereka. Memperhatikan dari belakang semerah apa telinga Ruki.

Sementara Ruki sendiri berharap Carla tak mendengar obrolan singkat mereka barusan. Atau bahkan jika dia eemang dengerin, Ruki harap Carla ngeabaiin aja.

Reiji ngebawa mereka ke ruang tengah, semua saudara Sakamaki udah ngumpul disana. Begitu juga Shuu.

Dia duduk tepat di sebelah Karl Heinz dengan pose duduknya yang biasa. Nutup matanya sambil bungkuk sedikit dan Reiji yang nggak secara langsung ngeliat cuma bisa natap sinis sambil berdecih pelan.

Ruki ngangkat alisnya heran, "Kenapa Rei?"

"Hanya melihat sampah tak berguna yang tak menjaga sikap." Sindirnya pada Shuu. Dengan sangat sengaja merubah gaya bahasanya karena Karl Heinz yang juga berada disana.

Semua yang ada di sana melirik ke arah Shuu, ada yang menghela nafas penuh tekanan batin ada juga yang kek 'Mulai...'

Carla sendiri cuma nunjukin senyum kecil sambil nurunin syal punya dia, "Bukan Shuu kalau tidak tidur dimana saja."

Setelah Ruki dan Carla duduk, Karl Heinz memberi tanda. Dan dengan begitu Reiji serta adik-adiknya yang lain mengambil posisi di tempat duduk mereka.

"Baik, aku tahu kalian mungkin akan terkejut mendengar ini tapi aku sudah memutuskannya. Dan atas saran dari Carla-san dan Ruki-san, aku memilih Shuu sebagai calon kepala keluarga yang resmi."

Ada jeda sejenak yang diambil dan Karl Heinz bisa melihat dengan jelas raut anak-anaknya yang nampak cemas dan khawatir.

"Dan mulai saat ini sampai seterusnya, Ruki-san lah yang akan menjadi tangan kanan Shuu."

Ekspresi terkejut terpampang jelas di wajah mereka semua, terkecuali oleh Shuu. Hanya dia sendiri lah yang menampakkan raut sedih walau tak begitu terlihat.

"Tu-tunggu! Ayah! Apa maksudnya?" Reiji bertanya, merasa ada yang aneh dengan ini. Padahal dia sudah bersiap dengan keputusan bahwa dia lah kaki tangan Shuu.

Karl Heinz hanya menyeringai, dia bersandar di kursinya, "Ayah rasa kamu cukup pintar untuk memahaminya."

"Tapi Karl Heinz-sama, bukannya yang menjadi tangan kanan biasanya adalah anak kedua?" Tanya Ruki bingung.

"Tidak, Shuu bilang padaku jika anak keduaku masih belum layak dalam segala hal dan hanya mengedepankan ego dan amarahnya. Tsk, dia sama seperti Ibunya dulu yang terlalu superior." Ucapan yang keluar dari mulut Karl Heinz sekali lagi membuat mereka semua terkejut.

BRAAKK ...

Semua menoleh ke arah Reiji, pelaku dari penggebrakan meja tadi. Dapat dilihat dengan jelas bahwa dia mengeluarkan hawa gelap dan benci yang begitu terasa.

"Kau lihat sendiri Ruki? Dia terlalu terbawa emosi. Itu sebabnya aku menjadikanmu tangan kanan Shuu. Dan Reiji, duduk kembali. Kau benar-benar anak yang tak tahu sopan santun!" Kecam Karl Heinz kembali sambil memandang Reiji tajam.

Reiji hanya diam, dia kembali duduk sambil tetap menundukan kepalanya.

Semua saudaranya khawatir dan juga agak ketakutan, Reiji belum pernah seperti ini sebelumnya. Amarahnya kali ini benar-benar terasa dan itu terpaku ke satu orang di sebelah Karl Heinz.

Laito mengangkat tangan, "Ayah, bila aku boleh menyela. Kenapa aturannya di rubah? Bukankah seharusnya, diantara kami yang sudah menjalin hubungan dengan Yui saja lah yang bisa menjadi kepala keluarga selanjutnya?"

Lagi dan lagi, sebuah senyum terpasang di wajah Karl Heinz. Seolah senang dengan pertanyaan Laito tadi.

"Kamu benar, Laito-kun. Aturan menjadi kepala keluarga Sakamaki terdahulu memang harus ada yang telah menjalin hubungan pengantin tumbal tapi Ayah sedikit merubahnya. Dan Ayah telah menetapkannya."

Adik-adik Shuu dan Reiji saling ngelirik satu sama lain, mereka khawatir sama nasib kedua abang mereka nantinya.

Karl Heinz berdiri, "Ayah akan kembali ke Istana dan Shuu. Ayah harap setelah kelulusan kamu bisa langsung pergi."

Dan setelah itu, duda anak 10 itu AFK.

.
.
.
.

Setelah ilangnya Karl Heinz, semua yang ada disana rembukan kembali. Masih nggak nyangka soalnya aturannya di ubah secara tiba-tiba.

"Padahal tadi gw udah yakin kalo Shuu bakal di nikahin paksa sama Yui tapi what? Nggak ada yang kek begituan?!" Laito buka suara, dia masih shock dengan keadaan barusan.

Yang lain juga sama, mereka bener-bener nggak nyangka sama keputusan ayah mereka. Bahkan Shuu sendiri juga bingung dengan situasi ini.

"Apa diantara kalian ada yang dikasih tau tentang hal ini sebelumnya?" Carla juga buka suara, dia juga penasaran soalnya kenapa tetiba aturan keluarga Sakamaki diubah mendadak kek begini.

Doi emang tau, Shuu udah pasti bakal jadi kepala keluarga Sakamaki selanjutnya, lah tapi kalo gak ada pernikahan ama pengantin tumbal dia mah kagak tau.

Semua yang di sana diem, dan Carla makin pusing. Gak ada yang tau masalah ini yang berarti itu keputusan Karl Heinz sendiri.

Padahal dia bukan bagian dari keluarga ini, tapi dia juga ikutan pusing.

Di antara orang-orang yang bersuara, Reiji secara tiba-tiba berdiri dan pergi ninggalin meja gitu aja. Ekspresinya masih sama, datar dan gak peduli kayak biasa.

Semua ngeliat dia pergi, gak ada yang nyegah satu pun apalagi Shuu yang masih nutup matanya.

Setelah kepergian Reiji tadi, Laito ikutan berdiri. Tapi bukan buat pergi juga tapi dia jalan ke tempat Shuu dan ngegeplak pala kuning abang sulungnya.

PLAKK

"EH PE'A! MAU LO TUH APAAN?! REIJI MAKIN BENCI LO KALO GINI" Laito ngegas, sodaranya yang lagi melongo.

Baru tau mereka Laito bisa ngegas kek gitu apalagi ke Shuu.

Biasanya kan dia kek boti.g

Shuu ngeringis, kepalanya kerasa panas dan nyut-nyutan gegara Laito tadi. Akhirnya doi ngangkat sedikit wajahnya dan lirik Laito.

"Orang itu ngeprovokasi Reiji, dia sengaja makai namaku dan ngomong seolah-olah aku jelek-jelekin Reiji biar aku gak bisa dapatin Reiji dan rencana dia berhasil." Setelah ngejelasin itu Shuu ngehela nafasnya.

Dia tetiba kepikiran lagi sama keputusannya beberapa waktu lalu pas bilang ke Karl Heinz.

****

"Ada yang ingin aku bicarakan." Shuu waktu itu dateng sendiri ke Istana bapaknya.

Mata birunya natap malas bapaknya yang lagi-lagi ngebuat eksperimen entah apa di ruang kerjanya. Dan hal itu sekilas ngingetin dia sama Reiji.

Karl Heinz gak noleh sedikitpun ke Shuu, tapi walau gitu Shuu tau bapaknya ini bakal dengerin apa yang mau dia sampaiin.

"Aku bersedia menjadi bonekamu lagi untuk menjadi kepala keluarga Sakamaki selanjutnya."

Pergerakan Karl Heinz berenti, dia kaget dan secara perlahan noleh ke arah anak pertamanya itu.

Mastiin kalo pendengarannya yang salah karena yang ngomong itu anak pertamanya, Shuu.

"Ada apa tiba-tiba?" Tanya Karl Heinz lagi, kali ini sebuah seringai muncul di bibirnya.

"Agar Reiji terus di dekatku. Aku mau Reiji, aku mencintainya." Ungkapan Shuu yang blak-blakan jelas ngebuat Karl Heinz kaget bukan main.

Dia sampai ngefreeze beberapa detik setelah denger hal itu dan di menit kedua dia ngebuang nafas kasar.

"Aku tak menyangka akan ada hubungan insect lagi di keluarga ini." Karl Heinz mencemooh, dia berjalan ke laci meja di pojok dan ngeluarin sebuah buku yang kemudian dia buka dan baca.

"Aku tak yakin Reiji akan sebodoh Christa dulu saat aku merayunya, bagaimana pun juga dia adalah anak Beatrix yang sangat strict dengan peraturan dan adab." Dia menutup bukunya dan berdecih.

"Bahkan kelakuan mereka pun sama, dan membuatku muak." Lanjutnya dengan nada kebencian murni turun dari lidahnya.

Mata tajamnya balik ngelirik Shuu, otaknya dengan cepat mikirin sebuah rencana terbaik untuk anak-anaknya.

"Tapi aku akan menginjinkanmu memiliki hubungan dengannya, aku beri batas waktu sampai kalian lulus. Jika sampai waktu itu dia masih tak tertarik padamu, katakan selamat tinggal padanya." Karl Heinz melempar selembar foto yang jatuh ke dekat kaki Shuu.

Shuu mengambilnya, ngeliat sebuah potret dua bayi yang tertidur bersama dalam satu ranjang. Shuu senyum, foto itu terasa hangat dan ngebuatnya seneng buat pertama kalinya.

Foto pas dia dan Reiji masih kecil banget buat tahu ini semua.

"Tapi tentu saja ada bayaran untuk hal itu."

*~TBC~*

Etdah, perasaan chp sebelumnya dh gw apdet napa di gw kagak anjir. Sukses deh buat wp kedepannya. Sorry lama apdet-nya, authornya lagi sok sibuk ngumpulin Devil Points

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro