08. Penasaran

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Pagi kali ini sedikit mendung. Langit tampak gelap dengan awan hitam yang mulai menghitam. Tristan yang biasanya membawa motor ke sekolah, kali ini dia membawa mobil baru pemberian ayahnya sebagai kado ulang tahunnya ke-17 yang lewat 2 minggu yang lalu. walaupun, terlahir dari keluarga kaya, Tristan tidak sombong. Dia justru tampak sederhana.

Kali ini Tristan ke sekolah sendirian. Alfi menelponnya tadi untuk memberi tahu bahwa sahabatnya itu ke sekolah bersama kakaknya yang kemarin diterima menjadi guru baru di SMA Garuda.

Alfi tiba duluan. Iseng-iseng dia memeriksa laci Tristan dan ditemukannya kotak bekal seperti kemarin. Kali ini kotaknya berwarna hijau dengan tutup kream segi empat. Tak lama Tristan pun datang.

"Alfi!" teriaknya yang berdiri di ambang pintu kelas.

Alfi memasukkan kembali kotak itu ke dalam kolong meja Tristan. "Hei, Tristan," jawabnya setelah memasukkan kotak tersebut.

Tritan melangkah mendekati Alfi. Senyum lebar nan manis membuat wajah Tristan terlihat lebih fres. Dia langsung duduk di kursinya.

"Cie, cerah amat nih wajah. Ada bekal lagi tuh, Tan," ucapnya sembari pupilnya mengarah kolong meja Tristan.

"Benarkah?" Tristan langsung mengecek kolong mejanya. Benar kata Alfi. Hari ini dia diberi bekal lagi.

Tristan mengelurkan kotak itu. Hal pertama yang dia cari yaitu sticky note yang tertempel di tutup kotak.

Sudut bibirnya tertarik. Siapa kira penggemar rahasianya itu memberikannya bekal lagi. Kali ini ketas tempel itu ada dua. Tristan menarik keduanya.

Tristan membaca isi pesan pertama.

Karena Kakak menyukai nasi goreng buatanku. Aku membuatkannya lagi.

Setelah itu, lanjut ke pesan kedua.

Selamat menikmati.

Seperti biasa setelah membacanya Alfi menempelkan kertas berbentuk hati berwarna merah muda itu ke buku catatannya. Buku itu biasa dia gunakan untuk mencatat poin-poin penting saat guru menerangkan. Kali ini bercampur sticky note. Sticky note khusus di tempelkannya ke kertas bagian belakang agar tertata rapi dan mudah melihatnya.

***

Tristan membawa Alfi ke koperasi sekolah yang menjual makanan ringan. Selain makanan, di sana menjual berbagai macam alat tulis dan juga ada mesin photo copy.

Tristan berdiri di depan rak makanan dengan tangan kirinya di perut memegang siku kanan, sedangkan tangan kanannya menggaruk leher yang tidak gatal.

Alfi mengerutkan kening, memperhatiakan sahabatnya itu.

"Tan."

Tristan terkesiap spontan menoleh ke Alfi. "Eh ... iya. Ada apa, Fi?"

Alfi menghela napasnya lalu mengambil roti yang ada di depan Tristan. "Jangan kelamaan mikir. Buruan ambil makanan yang mau kamu beli, habis itu kita ke kelas."

"Iya."

Tristan menggaruk kepalanya. Dia mau minta pendapat mengenai makanan kesukaan perempuan, tapi dia malu. Takut sahabatnya itu berpikir macam-macam.

"Buruan Tan."

"Fi, kira-kira Kakak kamu suka cemilan apa?" tanya Tristan malu-malu.

Sebelah alis Alfi terangkat. "Kak Irma suka cokelat. Kamu kok nanyain kesukaan kakakku. Ada apa? Jangan bilang kamu suka Kak Risma. Ingat Tan, Kak Risma sekarang statusnya jadi guru di sekolah kita. Masih banyak cewek yang mau sama kamu, nggak harus cari yang lebih tua."

Tristan mencari cokelat di rak panjang. Setelah jumpa, dia ambil 2 batang cokelat Silver King dan langsung membayarnya ke kasir.

Kini malah Alfi yang terdiam di tempat. Heran melihat sahabatnya.

"Alfi!"

Alfi terkesiap dan dia menyusul Tristan membayar roti ditanganya. Setelah membayar, mereka kembali ke kelas.

Setibanya di kelas, Tristan langsung mengelurkan kotak bekal dari kolong mejanya. Kedua cokelat itu di taruhnya di samping kotak lalu merekatkannya dengan selotip dan tidak lupa sticky note dengan kalimat yang manis.

Kini Alfi paham maksud ucapan Tristan di koperasi tadi. Cokelat itu untuk penggemar rahasia sahabatnya. Bukan untuk kakaknya.

***

Pulang sekolah Tristan berencana mengintip cewek yang memberinya bekal. Dia sangat penasaran hingga semalam sulit tidur. Baru kali ini kebahagian yang terasa berbeda hingga dada berdebar tak karuan hanya kerena diberi bekal nasi goreng.

Dua sahabat itu berkemas-kemas di meja mereka. Alfi selesai terlebih dahulu dan cowok tinggi itu keluar dari mejanya berdiri di samping meja Tristan. Dia menunggu sahabatnya itu untuk ke luar bareng.

"Fi, kamu duluan aja. Aku ada perlu sama Kak Alex. Mungkin lama," ucap Tristan berbohong. Alex adalah kakak kelas mereka. Satu Club Futsal dengan mereka.

"Ok. Aku duluan ya."

"Hati-hati di jalan."

Alfi mengajukan jempolnya dan dia berlalu meninggalkan Tristan.

Setelah Alfi pergi, Tristan pun juga keluar dari kelasnya. Di depan kelas masih di depan pintu, netranya sibuk mencari seseorang yang bisa jadi adalah penggemar rahasianya. Tidak ada yang tampak mencurigakan, Alfi pun masuk ke kelas sebelah yaitu XI IPS 1. Di sana dia disapa Dinda.

"Tristan, kamu nyari siapa?" tanya Dinda berdiri di hadapan Tristan.

"Nggak nyari siapa-siapa. Aku numpang duduk di kelas ini ya? Sebentar aja kok."

"Terserah kamu," jawab Dinda tanpa curiga sedikit pun.

Tristan duduk di meja paling depan di pojok dekat pintu.

Igo kebetulan mau keluar, langkahnya terhenti karena melihat Alfi duduk di sana.

"Ngapain anak kelas sebelah duduk di kelas kami?"

"Numpang bentar. Aku nggak macam-macam kok."

Igo pun pergi dan kelas kini kosong. Alfi bangkit dari kursinya, lalu mengintip koridor lewat jendela. Sepi dan dia melihat seorang cewek berambut panjang terurai jalan ke arah kiri. Alfi yang penasaran kini mengintip di pintu. Cewek itu masuk masuk ke kelasnya.

Alfi yakin pasti dia, cewek yang ditunggu-tunggunya. Alfi masih mengintai dan setelah cewek itu keluar dan mendekati pintu kelas XI IPS 1. Alfi langsung keluar dan membuat seolah-olah dia anak kelas XI IPS 1 yang hendak pulang.

Aya kaget melihat seorang cowok tiba-tiba ada di hadapannya. Saking kagetnya kotak bekal di tangannya terlepas dan jatuh ke lantai.

Alfi melihat itu langsung mengambil kotak yang jatuh itu, lalu mengulurkannya kepada cewek imut di yang berdiri di depannya.

"Sorry membuat kamu kaget. Ini kotak bekal kamu."

Aya mengambil kotak itu dari tangan Tristan. "Makasih," ucapnya singkat, kemudian dia bergegas pergi.

Alfi pun mengikuti langkah cewek yang memberikannya bekal. Aya yang merasa di ikuti menoleh ke belakang.

"Kakak ngikutin aku?" tanya Aya.

"Nggak kok," ucap Tristan sembari menggeleng, "jangan salah paham. Aku mau ke parkiran," sambungnya menunjuk arah parkiran di sebelah kanan.

Aya melanjutkan langkahnya. Aya mengingat-ingat cowok dibelakangnya. Wajahnya cukup familiar. Cowok itu seperti temannya Alfi.

Langkahnya terhenti. Matanya membelalak. Cewek itu mulai cemas. Dia takut cowok di belakangnya itu akan memberi tahu bahwa dia adalah cewek misterius yang memberikan bekal untuk temannya.

Semoga tu cowok nggak ember. Batin Aya berharap.

Tristan ingat betul. Cewek itu adalah cewek yang pingsan saat dia latihan. Dia juga yang menggendongnya ke UKS. Kini rasa penasarannya telah terjawab. Kupu-kupu terus keluar dari perutnya. Beginilah enaknya jatuh cinta dan kali pertama dia merasakan itu. Ingin rasanya menemui cewek itu untuk menyatakan cinta. Tapi, nyalinya belum sebesar keinginannya. Mereka harus saling mengenal dulu. Barulah mereka bisa bersama.


Votment jangan lupa ya 😄

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro