2b. Berita (2)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng



Dada Asha masih sakit. Hari-hari berlalu, rasa sesak itu tidak berkurang, malah semakin membengkak. Menjengkelkan sekali.

"Kamu kenapa?" bisik Jody. Desahan dan napas Asha yang tidak teratur menunjukkan keresahan.

Perkataan lembut lelaki itu menyadarkan Asha bahwa dirinya telah mendapatkan yang lebih baik. Asha segera menepis kenangan buram itu dan membalikkan badan. Kedua tangan menangkup wajah rupawan yang tersenyum hangat. Jody selalu berusaha membuatnya nyaman. Ia berterima kasih untuk itu.

"Aku sayang kamu, Dy."

Sebuah kecupan ringan diberikan Jody sebagai jawaban. "Aku tahu. Tapi bukan itu masalahnya, 'kan?"

Ada segores kecewa menyayat perlahan di dalam kalbu. Mata kelam milik Asha tidak bisa berbohong. walau telah dihujani kasih sayang sepenuh hati, kesuraman itu tak pernah benar-benar pergi dari sana.

"Aku belum bosan bilang kalau mulai sekarang kamu bisa ngandalin aku."

Asha membalas kecupan Jody. "Itu yang aku suka dari kamu."

"Cuma suka, nggak cinta?"

"Ck! Ngambek, nih?"

"Nggaaak! Aku cuma khawatir."

"Oh, Bapak Direktur khawatir!" seloroh Asha. Rasa gemasnya terpicu. Tanpa menunda, wajahnya bergerak maju, mengulang apa yang mereka lakukan beberapa waktu lalu. "Mau coba gaya apa?"

Jody terkekeh. "Kamu masih mau lagi?"

"Aku belum keringatan."

"Oooooh! Siap melayanimu Nyonya!"

Mereka bergumul kembali. Malam seperti memanjang, tidak akan pernah habis. Hingga akhirnya sejoli itu menyerah kepada rasa lelah dan kantuk.

❈❈❈

Panggilan telepon berdering nyaring. Semula Asha mengira itu alarm. Saat melihat jam, ia baru tahu itu panggilan dari nomer tak dikenal.

"Benar ini Ibu Asha Carmenita?"

"Benar. Ini dari siapa, ya?"

"Saya dari kepolisian. Saya akan memberikan kabar tentang suami Ibu, Pak Khandra Mahiswara."

Asha mengernyit mendengarkan penuturan lelaki tersebut. Rasanya begitu absurd bila di tengah malam ada polisi yang menghubungi. Tiba-tiba, ia ingat salah satu rekan yang mengalami penipuan dengan modus seperti ini.

"Baiklah Pak Polisi, saya mau tahu suami saya terlibat kasus apa? Sekarang ditahan di kantor polisi? Apa dia membutuhkan biaya untuk jaminan?" berondong Asha, menirukan modus yang diceritakan sang teman.

"Suami Ibu bukan ditahan, tapi menjadi korban tindak kejahatan."

Sekarang Asha mulai berdebar. "Maksud Bapak?"

"Suami Ibu terluka karena diserang seseorang. Sekarang sedang dalam penanganan di rumah sakit."

"Hah?" Kesadaran Asha mulai jernih.

"Saya yakin, pasti membutuhkan biaya. Tapi itu bukan tugas saya untuk menjelaskan. Sebaiknya Ibu segera datang ke rumah sakit dan berjumpa dengan dokternya langsung."

Entah mengapa, walau telah disakiti Khandra selama lima tahun, mengetahui lelaki itu diserang dan terluka, keringat dingin tetap saja mengucur. Setelah meminta maaf kepada petugas karena sempat menyangka penipu, Asha segera bangkit.

"Dy, Dy!" Diguncangnya badan kekasihnya untuk membangunkan. "Aku harus ke rumah sakit. Polisi bilang, Khandra diserang orang."

"Hah?" Jody mengernyit karena baru terbangun dari tidur lelap.

Asha tidak menjawab dan terus bergerak keluar kamar, hendak mengambil mobil.

"Sha! Tunggu! Aku antar!" cegah Jody.

Asha tertegun dan menimbang. "Aneh, ah, kalau aku muncul sama kamu. Di sana ada polisi."

Jody mendesah. Beginilah nasib orang kedua. "Jangan ke sana sendiri. Ini jam berapa? Bahaya, Sha! Aku antar, tapi ntar aku awasi dari jauh."

Asha akhirnya mengangguk setuju dan kembali ke kamar untuk menunggu kekasihnya bersiap.

"Kok polisi tahu nomormu?" tanya Jody.

"Aku juga nggak tahu. Mungkin dari Khandra."

"Aneh. Kenapa si Katrok itu nggak manggil Krisan? Bukannya mereka udah sering serumah?"

Asha melengos dengan wajah merah padam. Reaksi itu membuat Jody mengeluh diam-diam.

Kok kamu masih seperti ini, Sha? Apa aku nggak akan pernah bisa menggantikan Khandra?


---Bersambung---

Komen, please ...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro