2

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"sakit" Rintih Minju ketika meraih kembali kesadarannya.

Gadis itu pun mencoba untuk menggerakan tangannya, namun entah kenapa tangannya sulit sekali digerakan.

"To...tolong" Rintih Minju berusaha berteriak lantang, akan tetapi suara yang keluar justru hanya sebuah bisikan pelan yang nyaris tak terdengar.

"To...long" Lagi Minju kembali mencoba bersuara dari balik masker oksigen yang dia kenakan.

Kali ini usahanya sepertinya membuahkan hasil, karena seorang perawat yang baru memasuki kamar Minju menyadari kalau gadis Heo itu sudah sadar.

"nona...anda sudah sadar?"

Minju mengangguk sebagai respon, karena sepertinya tenaganya terkuras habis saat dirinya berujar minta tolong. Mendapat respon dari Minju, perawat itu pun buru2 keluar dengan langkah tergesa.

Tak selang beberapa waktu, seorang dokter masuk bersamanya dan langsung memeriksa kondisi Minju.

"Nona, apa kau bisa mendengar suaraku?" Tanya sang dokter seraya mendekatkan wajahnya pada Minju.

Minju mengangguk membuat sang dokter melakukan hal sama. Tak lama tangan sang dokter mengeluarkan senter kecil, lantas mengarahkan benda itu pada kedua mata Minju. secara spontan manik Minju mengikuti arah sinar dan sang dokter tersenyum puas.

"Apa kau sudah memberitahu keluarganya?" Tanya dokter tersebut pada perawat.

"Belum dok"

"Kalau begitu segera hubungi keluarganya dan minta mereka agar datang kemari" perintah sang dokter.

"Baik dok" Patuh perawat tersebut.

Setelah ucapan itu, Minju tak tahu apa2 lagi. Entah kenapa gadis Heo itu tiba2 merasa sangat mengantuk. Perlahan Minju pun kembali menutup matanya dan akhirnya terlelap begitu saja.

*

Vernon menatap pekarangan sekolah dari jendela kelasnya, lelaki Chwe tersebut sibuk melamun tanpa menghiraukan hiruk pikuk kelas yang sedang tak ada guru.

"Kenapa tak ada yang berubah?" Suara Minggyu sedikit mengusik kegiatan Vernon.

Matanya pun diarahkan pada pria jangkung berkulit tan tersebut, yang sudah lebih dulu mengarahkan tatapan padanya.

"Kelas ini...kenapa tak ada yang berubah?" Kembali pria Kim itu mengulang kata2nya.

"Maksudmu apa sih Ming?" Haemi yang juga ikut memperhatikan Minggyu melontarkan frasa tanya pada sang sahabat.

Bukan menjawab pertanyaan dari Haemi, tangan Minggyu justru terhulur buat menunjuk sekelilingnya.

"Mereka, kenapa bersikap seolah tak terjadi sesuatu? Padahal salah satu teman kita tengah berada di rumah sakit dan berjuang melawan kematian"

Haemi segera memutar bola matanya malas diakhir kalimat Minggyu, begitu juga dengan Vernon. Keduanya merasa bodoh sudah mendengarkan ucapan tak berarti seorang Kim Minggyu.

"Ya! kalian juga tak perduli padanya?" Minggyu berujar pada Vernon dan Haemi yang sudah kembali mengacuhkannya.

"Untuk apa kami perduli pada orang yang bahkan tak tahu berterimakasih?" Balas Haemi.

Minggyu diam mendengar itu sambil mengusap2 dagunya pelan. Pria yang memiliki tinggi 187 cm itu merasa apa yang Haemi katakan itu sesuatu yang benar, tapi tetap saja ada sisi manusiawi Minggyu yang mencoba menyanggah apa yang sahabatnya ucapkan.

"Kalian tak berniat menjenguknya?" Tanya Minggyu tiba2.

"Apa?" Kompak Vernon, Haemi bahkan Wonwoo yang sejak tadi memasang aksi tak perduli berujar sambil menatap Minggyu.

Seketika hal tersebut membuat Minggyu tersenyum kikuk, sambil menggaruk2 pipinya yang sama sekali tak gatal.

"Ini sudah lebih 1 bulan Amy dirawat di rumah sakit, apa kalian tak berniat menjenguknya untuk mencaritahu kondisi gadis itu?" Tukas Minggyu dengan senyum salah tingkah.

"Kau mau menjenguknya?" Si pendiam Wonwoo bertanya pada Minggyu.

"Aku...sedikit penasaran dengan keadaan Amy" Aku Minggyu.

"Apa yang membuatmu begitu penasaran dengannya? Apa kau menyukainya?" Kembali Haemi bertanya dengan suara yang terdengar –sangat- sarkas.

Minggyu cepat menggeleng sambil menyilangkan tangannya di depan dada.

"Aku tak menyukainya, sungguh" Ujarnya jujur "Aku...hanya merasa kasihan padanya" Tambahnya kemudian.

"Kalau begitu pergilah" Tanpa menatap Minggyu, Vernon berujar "Lihat dia dan tuntaskan rasa penasaranmu" lanjutnya lagi masih dengan gestur yang sama.

"Hanya aku sendiri?" Tanya Minggyu.

Menatap teman sebangkunya tersebut, Vernon melemparkan senyuman miring pada Minggyu.

"Tentu saja hanya kau sendiri, karena kau satu2nya yang penasaran dengan kondisi gadis itu sementara kami tidak" Balas Vernon.

Haemi tersenyum puas mendengar jawaban dari Vernon, begitu juga Wonwoo.

"Ya sudahlah, aku juga tak usah pergi" Akhirnya Minggyu mengurungkan niatnya untuk menjenguk Amy.

*

Minju mengernyitkan dahinya bingung manakala mendapati dua orang asing berdiri disisi ranjangnya. Gadis itu mencoba mengenali kedua orang itu, namun sia2 karena Minju masih tak mengenali satu pun dari mereka.

"Siapa kalian?" Tanya Minju.

Pria bule yang berdiri di sisi kanannya memandang heran pada dokter, sebelum kembali menatap kearah Minju.

"Kau...tak mengenal kami dear?" Pria itu balas bertanya pada Minju.

Mendengar pertanyaan itu, Minju hanya menggeleng pelan.

"Lalu...apa kau mengenal mommy dear?" Kali ini wanita blasteran yang berada di sisik kiri ranjang Minju yang berujar.

"Mommy?" Ulang Minju membuat wanita itu mengangguk sambil tersenyum.

"Mommy....siapa?" Senyum yang tadi sempat terpatri pun langsung memudar saat mendengar ucapan Minju.

Kedua pasangan yang tak Minju kenali itu saling lempar pandangan, kemudian sama2 menoleh pada sang dokter yang masih berdiri diantara mereka. Tanggap dengan tatapan bingung kedua orang itu, sang dokter segera mendekat pada Minju.

"Nona, apa kau ingat ini tanggal berapa?"

Dahi Minju mengernyit bersama matanya yang menatap langit2 kamarnya. Pelan2 Minju coba menarik sedikit ingatannya kembali, meski semua itu hanyalah sebuah gambaran sabar.

"21" Jawab Minju sambil kembali menoleh kearah dokter tersebut "Tanggal 21 Januari...atau ini beberapa hari sesudahnya?" Tanya Minju kemudian dengan raut tak yakin.

Sang dokter mengangguk pelan, lantas kembali memandang kearah pasangan suami istri yang masih setia berdiri di posisi mereka masing2.

"Lalu...apa kau ingat siapa dirimu? Maksud saya...namamu atau nama kedua orang tuamu?" Tangan dokter itu mengarah pada pasangan blasteran tersebut membuat wajah Minju seketika terlihat heran.

"O...orang tua?" Ulangnya yang disambut anggukan oleh sang dokter.

Minju kembali melayangkan pandangannya pada pasangan blasteran tersebut dan mendapati keduanya memandang Minju dengan tatapan penuh harap. Hal tersebut jelas membuat Minju merasa bingung, bahkan gadis Heo itu merasa seperti sedang dikerjai oleh ketiga orang asing yang kini tengah bersamanya.

"Apa ini 1 April?" Tanya Minju ditengah2 rasa bingung yang dirasakannya.

"Tidak nona, ini bukan tanggal 1 April. Sekarang, hari ini...adalah tanggal 28 Februari" Jawab sang dokter.

"Kalau memang ini bukan tanggal 1 April...kenapa kalian membuat lelucon aneh seperti ini?" Kali ini Minju berujar dengan nada suara yang terdengar tak senang.

Untuk kesekian kalinya pasangan blasteran itu beradu pandang lantas mendekat pada Minju.

"Amy...kau benar2 tak ingat kami dear?" Sang lelaki angkat bicara.

Tangan pria itu terhulur mengusap puncak kepala Minju, namun tangan lemah Minju menepis begitu saja.

"Siapa Amy? Dan mengapa anda memanggilku Amy, tuan?" Tanya Minju semakin bingung.

"nona Amy, apa anda benar2 tak mengingat siapa nama anda?" Lagi dokter bertanya pada Minju.

Kali ini Minju mengarahkan pandanganya pada sang dokter, masih dengan dahi yang dihiasi kerutan2 halus.

"Dokter, apa yang anda katakan? Kenapa kau juga memanggilku dengan sebutan Amy?" Minju kian tak mengerti.

"Dokter memanggilmu dengan nama Amy, karena memang namamu adalah Amy dear" Sang wanita yang mengaku sebagai mommy Minju menjawab pertanyaan yang Minju layangkan untuk sang dokter.

Beberapa detik Minju bungkam, nalar gadis Heo itu bekerja lebih lambat saat ini. Minju berkali2 mencerna situasi yang ia hadapi namun hal itu justru semakin membuatnya bingung.

"Beri aku cermin" Entah kenapa tiba2 permintaan itu terlontar dari bibir Minju.

"Apa?" Memastikan apa yang Minju pinta, sang dokter bertanya pada Amy.

"Cermin...berikan aku sebuah cermin" Ulang Minju seraya mencoba untuk bangkit dari tidurnya.

Minju sedikit kesusahan karena memang tenaga gadis itu belum sepenuhnya pulih. Koma selama 1 bulan lebih, membuat otot2 tubuh gadis itu belum berfungsi bagaimana mestinya. Untung saja pria blasteran itu tanggap dan segera meraih lengan Minju lembut lantas membantunya duduk.

"Ini nona cermin anda" Dokter tersebut menyerahkan sebuah cermin pada Minju, tepat setelah gadis Heo itu menggumamkan kata terimakasih pada pria blasteran tersebut.

Tangan Minju meraih benda tersebut, lantas dengan cepat mengarahkan benda itu ke wajahnya.

1 detik

2 detik

3 detik

Minju hanya tercenung menatap pantulan wajahnya di cermin yang ia pegang. Tatapan mata gadis itu nampak kosong, seperti seseorang yang tengah dirasuki oleh mahluk halus atau sejenisnya.

"Apa ini?" Minju membatin

"Siapa gadis yang ada di dalam cermin ini?"

*

"Hai" Ae yoo si anak baru menyapa Minggyu yang tengah asik menatap ketiga temannya yang bermain basket di lapangan sekolah.

Pandangan mata pria berkulit tan itu pun segera mengarah pada gadis cantik tersebut, yang sudah memandangnya sambil merekahkan senyum yang sangat mempesona.

"Boleh duduk disini tidak?" Tanya Ae yoo sambil menunjuk kursi di samping Minggyu.

"Oh...tentu, silahkan saja"

Minggyu menggeser sedikit tubuhnya guna memberi ruang pada Ae yoo untuk duduk di sisinya.

"Tak ikut main?" Tanya Ae yoo

"Sedang malas" Jawab Minggyu

"Kenapa?"

"Tidak apa2, memang sedang malas saja" Ae yoo mengangguk pelan mendengar jawaban Minggyu, senyuman di wajahnya masih belum sirna.

"Apa...kalian selalu berempat?"

Pandangan Minggyu yang semula sudah tertuju pada teman2nya, kini kembali mengarah pada sosok Ae yoo.

"Maksudmu?"

"Kalian selalu menghambiskan waktu berempat, apa...kalian tak berniat menambah anggota baru pada kelompok kalian?"

"Kau berniat bergabung dengan kelompok kami?" Alih2 menjawab, Minggyu justru balas bertanya pada Ae yoo membuat gadis Cho itu terkekeh pelan.

"Tidak, aku tak berniat bergabung" Sanggah Ae yoo kemudian.

Mata Minggyu masih memandang Ae yoo yang juga tengah balas memandangnya. Keduanya saling melempar tatapan selama beberapa menit hingga sebuah lemparan bola mengenai bahu Minggyu. Pria Kim itu mengaduh, kemudian melayangkan tatapan kesal pada ketiga temannya yang kini saling menunjuk satu sama lain.

"Haemi yang melakukannya" Tukas Ae yoo membuat Minggyu kembali menatapnya dengan raut terkejut.

"Bagaimana kau tahu? Kau juga tak melihat mereka sama sepertiku"

"Mau taruhan?" Sambil mengarahkan senyum manis yang memberi kesan misterius Ae yoo berujar pada Minggyu.

"Memangnya apa yang ingin kau pertaruhkan?"

"Beberapa informasi mungkin"

"Informasi?" Ulang Minggyu dengan dahi yang berkerut.

Ae yoo tak menjawab, gadis Cho itu bangkit dari duduknya lantas berdiri di hadapan Minggyu.

"Kau akan mendapat jawabanmu nanti, jadi...jangan berbohong ya" Setelah mengucapkan kalimat itu, Ae yoo berlalu meninggalkan Minggyu yang menatap bingung kepergiannya.

"YA! Kim Minggyu, cepat lempar kemari bolanya" Pekik Haemi pada Minggyu.

Minggyu menoleh pada Haemi, yang sudah mengisyaratkan padanya untuk melempar bola tersebut. Rasa penasaran pun hinggap di hati Minggyu, jadi dengan langkah pelan dia berjalan mendekati ketiga sahabat karibnya.

"Siapa yang melempar bola ini?" Tanya Minggyu

Vernon menunjuk Haemi, sedangkan Wonwoo dan Haemi menunjuk kearah pria bule itu.

"YA! Apa2an kalian ini" Tangan Vernon memukul keras telunjuk Wonwoo juga Haemi.

"Kau yang melakukannya?" Mata Minggyu menatap lurus Vernon.

"Anniyo" Sangagah Vernon "Haemi yang melakukannya" lanjutnya sambil menunjuk kearah Haemi.

Segera mata Haemi mengarah pada Haemi seolah ingin menguliti gadis itu hidup2.

"Itu bukan aku, kau bisa tanya pada Wonwoo" Haemi meminta bantuan Wonwoo.

"Ne, bukan Haemi...tapi Vernon" Jawab Wonwoo cepat bahkan tanpa menunggu Minggyu bertanya.

Vernon melayangkan tatapan protes pada kedua sahabatnya yang baru saja menunduh dirinya. Sedangkan Minggyu sudah tersenyum lebar karena mendapati satu fakta.

"Kim Haemi, kau membuatku kalah taruhan" Minggyu berujar masih dengan senyum di wajahnya.

"Maksudmu?" Haemi tak mengerti.

Bukan menjawab, Minggyu justru memukul pelan kepala Haemi dengan bola basket yang dia pegang.

"Kau yang melemparku bukan?" Tuduh Minggyu

"Aku tidak"

"Jangan mengelak, dari cara Wonwoo membelamu itu sudah sangat jelas" Papar Minggyu.

Haemi menatap takjub pada Minggyu, tak menyangka kalau pria yang paling tinggi di kelompoknya itu akan dengan mudah mengetahui kebohonganya dan Wonwoo.

"Sudahlah..ini bola kalian" Minggyu menyerahkan bola basket ke tangan Haemi dan bersiap berlalu.

"Hey, kau mau kemana?" Tanya Haemi meraih pergelangan tangan Minggyu.

"Aku ada janji" Jawab Minggyu

"Dengan si anak baru?" Tebak Vernon yang dibalas anggukan Minggyu.

Pria jangkung bermarga Kim itu pun segera berlalu meninggalkan ketiga temannya, dengan ditemani tatapan bingung Veron, Haemi juga Wonwoo.

*

Minju masih terbaring di ranjang rumah sakit tempatnya dirawat. Namun kali ini gadis itu hanya seorang diri disana. Dia meminta semua orang keluar dari kamar tersebut, tepat setelah mendapati sebuah kenyataan –yang menurut Minju- tak masuk akal tengah terjadi padanya.

"Apa2an ini?" Monolog Minju dalam hati.

"Bagaimana aku bisa berada di dalam tubuh orang lain seperti ini?"

Tangan Minju mengusap keningnya pelan, tubuh dan pikiran gadis itu benar2 lelah kini. Ia kebingungan, juga ketakutan, tapi Minju bahkan tak mampu mengatakan hal tersebut pada siapapun di luar sana. Bisa2 gadis itu dicap gila nanti, jika tiba2 mengatakan kalau dirinya aalah Heo Minju yang terperangkap dalam tubuh seorang gadis bernama Amy.

"Aku benar2 akan gila" Dengan suara bergetar menahan tangis Minju berujar.

Tangan Minju bahkan sudah menutupi wajahnya, seolah ingin menyembunyikan liquid bening yang baru saja luruh dari sepasang netra kembarnya.

"Kenapa aku ada disini?"

"Apa kami bertukar tubuh?"

"Kalau memang kami bertukar tubuh, dimana tubuh asliku?"

"Atau..." Minju membuka tangan yang menutupi wajahnya dan menampakan matanya yang memerah karena menangis.

"Aku sebenarnya sudah mati?" Lanjutnya dengan jantung yang bergemuruh kencang.

*

"Kenapa kau kemari?" Tanya Seungkwan sambil memberikan sekaleng air soda pada Vernon yang tengah duduk di depan mini market tempatnya bekerja.

Vernon menoleh pada Seungkwan, lantas tanpa sungkan meraih soda yang Seungkwan berikan padanya. Pria Chwe itu juga membiarkan Seungkwan mendudukan diri di sisinya yang kini menatap lalu lalang orang2 yang melewati tempat itu.

"Memangnya aku tak boleh lagi kemari?" Setelah beberapa menit berlalu, akhirnya Vernon balas bertanya pada Seungkwan.

"tentu saja boleh" Jawab Seungkwan tanpa mau repot2 menoleh pada pria bule disisinya.

"Tapi...alasanmu selalu datang kemari karena ingin melihat Minju bukan?"

"Ya"

"Dan alasanmu itu...sudah tak ada lagi disini" Tambah Seungkwan dengan suara terdengar pelan.

Vernon menoleh lantas mendapati Seungkwan yang tengah menunduk sambil memainkan ujung kemeja yang dia kenakan. Jelas sekali raut sedih di wajah bulat pria Boo itu, bahkan Vernon bisa mendapati air mata yang nyaris tumpah dari sudut matanya.

"Dia masih disini" Ujar Vernon membuat mata Seungkwan langsung menatapnya dengan raut horor.

"Kenangan seorang Heo Minju masih ada disini, jadi aku...menganggapnya masih ada disini"

Seungkwan menghela nafas lega mendengar penjelasan dari Vernon. Jujur pria Boo itu tak suka dengan hal2 berbau mistis, karena itu dia sempat kaget tadi mendengar kata2 Vernon.

"Sudah sore" Vernon bangkit dari duduknya "Aku pulang dulu ya" Pamitnya kemudian seraya meraih tas sekolah yang di letakkan disisi tubuhnya.

Seungkwan hanya mengangguk pelan menjawab perkataan dari Vernon, lantas membiarkan sosok Vernon berlalu begitu saja meninggalkan pria imut itu disana.

"Juju-ya, kurasa pria itu sangat menyukaimu" Bisik Seungkwan lirih yang hanya dibalas tiupan angin pelan.

To Be Continue....

*

"Biar aku menikmati lukaku dengan terus mengingatmu, sebab...hal tersebut menjadi bukti kalau kau pernah berada di dalam kehidupanku"
-Vernon-

*

Langsa, 21 Februari 2019
2328 word
🌕Porumtal🌕

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro