12/28

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

ICHISAKI KEN

“Apakah takdir bisa diubah?”

Ren bertanya padaku sembari menatap lurus ke arah langit-langit.

Aku? Jelas tidak tahu jawabannya. Namun yang pasti, ada banyak hal yang telah membelokkan keadaan hingga kami bisa seperti saat ini.

Tidak seharusnya Ren bertanya kepadaku. Dia lebih pintar jika dibandingkan denganku, tapi dari tatapan matanya yang serius, aku menangkap maksud bahwa ia tidak peduli tentang opininya. Ren ingin mendengar pendapatku dan menginginkan jawaban.

“Mungkin?”

Aku sendiri tidak punya jawaban yang pasti. Selama ini, aku selalu hidup penuh dengan ketidakpastian. Segala jalan yang orang-orang katakan ‘baik’ tidak langsung kuikuti, dan meskipun mendapatkan dukungan penuh dari kedua orangtuaku, semua itu tidak terasa cukup.

Ren mungkin mereferensikan pertanyaannya untuk fenomena lenyapnya remaja-remaja yang belakangan ini marak. Saat ini pun, aku baru saja kembali dari rumah dua orang teman sekelasku yang menghilang dalam waktu berdekatan. Mereka adalah saudara kembar dan salah satu dari mereka menghilang ketika hari ulang tahun mereka.

Menyedihkan, memang.

Sebenarnya, aku tidak terlalu dekat dengan Ren. Terlepas bahwa dia adalah kakak kandungku, kami pernah sempat berpisah sebentar karena pertengkaran kedua orangtua kami. Namun, mereka langsung rujuk ketika mendengar tentang fenomena ini.

Aku tahu bahwa kedua orangtuaku sangat terbuka, karena itulah mereka memilih jalan tengah yang tidak keduanya inginkan; satu keluarga tetap harus bersama hingga selesai.

Ya, mereka berdua yakin bahwa pelan-pelan ‘semuanya’ akan menghilang. Bahkan gagasan untuk pindah ke negara lain telah mereka buang jauh-jauh.

Untuk sesaat, orang-orang yang mendengarkan kisah keluarga kami akan menganggap bahwa kami saling mendukung dan ada dalam jalur yang baik, tapi bagiku seperti ada batasan. Ada akhir yang menunggu, dan akhir itu adalah berpisahnya kami berempat.

Ren juga pasti sedikit banyak memiliki pemikiran yang sama tentang hal ini.

Meskipun dinamakan rujuk secara formalitas, mereka berdua masih sering berdebat dan saling menyalahkan. Memang sih, tidak ada adegan dramatis lempar-lemparan barang, karena mereka berdua sama-sama adalah dua manusia berlogika yang dipertemukan secara tidak sengaja.

“Takdir kita telah berubah sejak adanya fenomena ini, kan?” Ren seolah membaca pikiranku dan berhasil menerka isi pikiranku dengan benar.

Ya, maksudku, kedua orangtuaku pasti akan berpisah jika fenomena ini tidak ada. Jadi … mungkin jawaban dari pertanyaannya tadi adalah: Iya.

“Apa kau pikir mereka seharusnya berpisah saja?” tanyaku.

Ren tidak menatap ke arahku, seolah telah menerka apa yang akan kubicarakan. “Hm … jika itu terjadi, kita berdua juga akan berpisah.”

Sejak kapan dia peduli dengan itu? Aku bahkan tidak terlalu keberatan dengan fakta itu, aku hanya perlu ketenangan. Lagipula, kami tidak sedekat yang dipikirkan orang-orang. Aku seperti dilahirkan untuk menyempurnakan Ren, karena aku penuh dengan kekurangan dan ketidaksempurnaan.

Mereka bahkan membiarkan Ren memilih sekolahnya sendiri, lalu mengapa aku harus tetap masuk ke sekolah favorit? Ya--itu bukan masalah besar juga sih, terkadang aku hanya merasa tidak adil.

“Dua temanmu yang menghilang … semoga mereka dipertemukan kembali.”

Di surga? Aku tidak tahu, tapi aku hanya mengangguk dan ikut mendoakan.

“Katamu kemarin ada teman sekelasmu yang juga menghilang, kan?” tanyaku.

Ren mengangguk, “Dia memang sering bolos, jadi kami baru tahu informasinya setelah seminggu dia lenyap. Keluarganya langsung datang ke sekolah untuk menjelaskan.”

“Mereka baru melaporkannya setelah seminggu?” tanyaku.

“Iya, katanya karena masih terlalu berduka,” jelas Ren. Dia masih menatap lurus ke arah langit-langit. “Tapi memang janggal sih, entah kenapa.”

“Kenapa?” tanyaku.

Ren menggelengkan kepala, lalu menatapku sambil tersenyum. “Bukan apa-apa. Ngomong-ngomong, Ken, sepertinya sudah lama sekali kita tidak mengobrol seperti ini.”

Aku memalingkan pandanganku ke pintu, lalu memukulinya dengan bantal guling yang memang kupegang sedaritadi. “Silakan, keluar dari kamarku!”

Anehnya, bukannya tersinggung, Ren malah tertawa.

***

Tema: cerita diawali dengan kata “Apakah takdir bisa diubah?”

Aku ringkas sedikit, ya!

Sekolah Fav yang tidak pernah disebutkan namanya--literally sekolah yang tiba-tiba tidak menjadi favorit ketika Gakuen Sora muncul ini adalah sekolah yang sama. Jadi, itu artinya semua chara Lukewarm nantinya akan dipertemukan di sekolah ini.

Tapi karena ini di latar SMP, jadi aku akan menjelaskan sedikit siapa saja yang satu sekolah dan tidak.

Sekolah Fav Anonim
-  SMP 3 - Ninomiya Yuzuko, Kinoshita Rui, Sachihara Iria (INVI)
-  SMP 2 - Ninomiya Chizuko, Kinoshita Yui --dan beberapa chara yang belum kupertimbangkan akan ditempatkan di sini
-  SMP 1 - Ninomiya Suzuko, Otohara Kuroto, Ichisaki Ren, Chisazawa Hoshi, Nakahara Nayaka-Mayaka (yang ini literally tidak pernah berubah karena di latar Lukewarm yang asli, mereka masih SMP 3 dan keadaan tidak berubah).

Seirin-Crease
-  SMP 2 - Sakihaka Koharu-Konatsu, Shiron (SONIC), Hiro (HIZE), Kurogane (TAZU)--mon maap, aku kayaknya belum pernah kasih tahu nama keluarga Sonic sama Hize, ehe.

Josei-Shyuu
-  SMP 2 - Chisazawa Sora, PIYAK dkk yang rencananya akan nongol sebagai cameo jika ada kesempatan.

Anonim-Boy High School
-  SMP 2 - Ichisaki Ren dan seorang chara di LMP yang mengidap siscon--mari kita lihat apakah dia akan nongol di Lukewarm atau tidak.

OH, dan tentu saja akan ada update, karena lagi-lagi aku harus menegaskan bahwa semua cerita di sini akan berjalan sesuai dengan tema, jadi jika ada cameo LMP yang memiliki kesempatan untuk debut di sini, aku akan memberikan kesempatan.

SEMOGA ENTAR MALAM TEMANYA JANGAN AMPAS YAK.

Yok doain, karena aku pengin banget munculin PIYAK.

Cindyana

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro