16/30

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

NINOMIYA SUZUKO

"Aku ingin kita semua mempersiapkan sebuah kertas dan menuliskan pesan dan kesan kalian tentang Satou-Sensei. Hari ini adalah hari terakhirnya mengajar di kelas kita, jadi aku harap kerja sama kalian semua, ya!"

Ketua kelas kami mengatakannya di depan kelas, tepat setelah pelajaran berganti. Satou-Sensei adalah guru kanji kami. Sebenarnya aku agak malas menggunakan kanji untuk menulis pesan untuk Satou-Sensei, karena aku agak pelupa. Namun karena ini adalah surat terakhir untuknya, kurasa aku harus memaksimalkan penggunakan kanji.

Kulirik Kuroto yang duduk di sebelahku, meliriknya menulis dengan lancar tanpa gangguan. Akan tetapi, tepat ketika aku akan membaca, Kuroto menyadari bahwa aku tengah mengintip pesannya dan dia langsung menutup kertasnya dengan tangannya, seolah aku adalah pencontek.

"Tulis sendiri, sana!"

Kukerutkan keningku, "Aku kan hanya ingin lihat apakah kau pakai kanji atau tidak."

"Ini pelajaran kanji, ya harus pakai kanji!" balasnya dengan mata menyipit. "Dan apa kata Satou-Sensei nanti, kalau murid unggulannya menulis pesan untuknya dengan huruf katagana semua?"

Kuroto terdengar seperti tengah menyombongkan diri, padahal sebenarnya tidak seperti itu. Dia memang murid kesayangan Satou-Sensei. Kuroto sangat ahli dalam mengingat kanji. Dia pernah melihatku menulis di blog dan membantuku mengedit. Dia adalah editor berjalanku, atau setidaknya itu yang kuanggap.

Lelah menanggapi Kuroto yang posesif dengan kertasnya, aku berbalik ke belakang untuk memperhatikan Hoshi-Chan yang juga sedang menulis.

"Hoshi-Chan pakai kanji juga?" tanyaku dengan suara kecil.

Hoshi-Chan tersenyum menanggapiku, "Iya, ini kan surat terakhir untuk Sensei. Aku ingin berusaha, walaupun mungkin akan bersalahan, tapi Sensei akan mengerti. Uh ... tapi aku akan berusaha agar tidak salah."

"Ah, iya, nanti minta Kuroto koreksi saja," usulku tanpa berpikir panjang.

"Eh? Otohara-Kun? Tidak usah, aku takut merepotkan."

Kuroto menolehkan kepala ke arah Hoshi-Chan, ternyata dia bisa mendengar suara Hoshi-Chan walaupun volumenya amat kecil, "Boleh saja, asal kau tidak keberatan aku membaca suratmu."

Ichisaki tiba-tiba bergabung dalam topik pembicaraan, "Bukankah kau akan sangat kerepotan dengan hanya memeriksa punya Ninomiya yang mungkin akan sangat puitis dan berdiksi indah?"

Baiklah. Ichisaki Ken memang jahat. Aku memang sering memberitahu mereka bahwa aku menulis, tapi aku tidak akan seberlebihan itu menerapkan tulisan indahku di surat perpisahan.

Kuroto terdiam selama beberapa saat, lalu melemparkan senyum, "Kurasa, iya?"

"KUROTO JAHAT!" seruku secara refleks, membuat perhatian seisi kelas langsung tertuju ke belakang--kami berempat memang duduk di belakang.

"Otohara-San, tolong jangan mengganggu Ninomiya terus," tegur ketua kelas, yang sebenarnya selalu membelaku tiap perselisihan antara kami.

Sayangnya, aku hanya ingat kalau panggilannya adalah Ketua.

"Aku tidak bicara dengan Suzu, kok," balas Kuroto tidak mau mengakui kesalahannya.

Aku mengembungkan pipiku kesal. Menunggu Kuroto mengakui kesalahannya adalah mitos.

"Kalau begitu, aku yang akan memeriksa suratmu," ucap Ichisaki kepada Hoshi-Chan.

Aku heran dengan dua anak laki-laki yang bergaul denganku. Kami berempat adalah teman seperjuangan yang selalu bersama, tapi mereka berdua--Kuroto dan Ichisaki--hanya baik kepada Hoshi-Chan, tetapi keduanya jahat terhadapku.

Kuakui, Hoshi-Chan memang sangat cantik. Ichisaki dan Kuroto juga sering disebut-sebut sebagai anak populer, terlepas dari sifat keduanya yang tidak baik sama sekali. Sementara itu, aku hanyalah itik buruk rupa yang bisa kebetulan masuk ke dalam lingkaran populer karena Kuroto adalah teman masa kecilku. Miris.

Sebenarnya aku punya asumsi. Mungkinkah Ichisaki dan Kuroto sama-sama menyukai Hoshi-Chan? Mengapa tidak ada dari mereka yang setidaknya memberitahuku? Aku sahabat baik Hoshi-Chan, siapa tahu aku berbaik hati ingin membantu.

Terlebih lagi Kuroto, dia teman masa kecilku dan tetanggaku. Mengapa dia tidak memberitahuku?

"Suzu, jangan melamun. Cepat selesaikan suratmu," tegur Kuroto dengan muka datar.

Tidak kujawab pertanyaan Kuroto, karena dia menyebalkan. Aku langsung fokus dengan tulisanku.

Untuk Satou-Sensei,
Semoga Sensei sehat selalu.
Di sekolah baru nanti, semoga Sensei bisa mendapat murid yang lebih menyenangkan daripada Kuroto. Aku yakin, itu akan mudah.

Walaupun kelas kami selalu penuh keributan, semoga tetap bisa meninggalkan kesan baik.
Jangan lupakan kami, ya, Sensei.
Kami tidak akan melupakan Sensei.
Semoga Sensei akan betah mengajar di sekolah baru.

"Sudah." Kuserahkan suratku kepada Kuroto.

Kuroto membaca dengan kening berkerut, lalu menatapku dengan tatapan kesal, "Maksudnya apa?"

"Memangnya ada yang salah? Padahal aku sudah yakin kalau aku tidak salah menulis."

"Apa maksudmu melibatkanku? Ingat, kau menulis untuk Sensei."

"Ah, yang penting sudah benar. Aku tidak peduli dengan pendapatmu," balasku.

Kuroto kemudian melipat kertasku, berdiri dan menghampiri wakil ketua yang memang bertugas mengumpulkan kembali surat-surat.

"Hoshi-Chan, kau sudah sele--"

Aku berbalik ke belakang dan menemukan Hoshi sedang kepayahan dalam menulis.

"Mau kubantu?" tawarku.

"Ah, terima kasih, Hoshi-Chan!"

Kulirik ke arah Ichisaki yang menatapku sinis. HUAH! SUDAH KUDUGA! Apakah aku baru saja menghilangkan kesempatanny untuk membantu Hoshi-Chan?!

Apakah itu berarti dugaanku benar?

***

16/30

Tema: Surat untuk mantan.

Karena surat itu ditujukan untuk seseorang yang akan menjadi mantan guru mereka.

BTW, INI PART KE-50 DARI WORK LUKEWARM! HOREEEE!

Next semoga aku bisa menulis soal Kurotori atau ketua broadcast. Atau setidaknya melanjutkan POV Merumi dan kesalahpahamannya.

Amin!

Cindyana H

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro