22/30

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

NAKATSUKI MIUNA

Aku mencintai buku, tetapi tidak menyukai gerakan penebangan pohon. Aku mencintai hujan, tetapi tidak menyukai langit kelam.

Banyak yang menganggapku aneh, aku sendiri juga terkadang berpikir demikian. Aku cukup aneh.

Mereka menyebutku kutu buku, karena aku lebih mencintai buku daripada mendengarkan mereka membicarakan orang lain.

Mereka menyebutku aneh, karena aku lebih suka menulis daripada berbicara.

Mereka mengira aku bisu, padahal aku hanya tidak ingin mengeluarkan suaraku.

"Miuna, kau mau coba memberi mereka makan juga?" Momo bertanya kepadaku sembari menyerahkan beberapa sayuran mentah.

Aku menerima sayuran itu sambil menganggukan kepala.

"Eh, mengapa mereka tidak mau makan?" tanya Sora, berbicara seorang diri.

Beberapa hewan ternak milik Ayah Momo tidak memakan sayuran pemberian Sora.

"Apakah mereka sudah kenyang?"

Mereka berdua berbeda. Temanku sejak SMP yang menemaniku walau aku tidak mengeluarkan suara--terkadang jika mereka menanyakan pendapat, aku berbicara. Hanya sepatah dua kata. Kalau kepanjangan, aku lebih memilih mengetikkannya langsung di ponselku dan mereka memilih bersabar menunggu jawabanku.

Teman yang baik.

"Ah, mereka ..." Momo menarik sayurannya dan meletakannya di keranjang.

Sora dan aku mengedipkan mata, heran.

"Aku tahu apa rencana jahat kalian, manusia. Kalian pasti ingin membuat kami kekenyangan, lalu memotong kami, kan?!" tanya Momo kepada kami berdua.

Sontak, aku dan Sora sama-sama menggeleng cepat.

"Hihihi." Momo tertawa, lalu berbalik menatap ke hewan-hewan ternak itu. "Dengar ya, kalian. Aku bisa minta ayahku menjual kalian. Peternakan ini tidak menerima hewan kurus!"

Ajaibnya, setelah Momo mengatakan begitu, mereka menurut dan memakan sayuran itu--seperti paham benar apa perkataan Momo.

"Ini ... Kebetulan, kan?" tanya Sora, sedangkan Momo tertawa kecil.

Aku mengetikkan sesuatu di ponselku, lalu menyerahkannya kepada Momo.

"Eh? Mereka benar-benar berpikir begitu? Apa maksudnya?" Momo terkaget sampai-sampai topi jeraminya terpental ke belakang.

"Hihi," Aku tertawa.

"Waaah, akhirnya Miuna tertawa!" sorak mereka senang.

Mereka berdua, memang teman yang baik

* * *
22/30

Tema: Perkataan hewan qurban yang akan dipotong.

Wkwkwkwk almost do LFS 5. HAHA.

Cindyana

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro