24/30

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

OTOHARA KUROTO

Suzuko jadi lebih cerewet dari biasanya, aku tidak bercanda! Kalau membicarakan hal-hal yang penting sih, tidak apa-apa. Ini? Membicarakan siapapun laki-laki yang bernama Konatsu-Senpai itu, terus menerus, sampai aku muak. 

Adalah kesalahan terbesar, membiarkannya membuka pintu untuk menyambut sepupu artisnya. Seharusnya tadi aku ikut keluar, setidaknya untuk menghalangi pemandangan agar Suzuko tidak melihatnya. Atau setidaknya memberikan perlototan agar dia tidak pernah lagi datang ke sini. 

"Konatsu-Senpai sudah menggunakan seragam musim dingin! Keren sekali, ya. Sayang sekali rumah ini tidak ada CCTV." Suzuko menoleh ke arahku. "Rumahmu ada CCTV di teras, kan? Menghadap ke rumah kami, kan?! Kira-kira Konatsu-Senpai tertangkap kamera CCTV rumahmu, tidak, ya?"

Namun apa yang berlalu, biarlah berlalu. Sekarang aku harus berusaha agar Suzuko tidak membicarakannya. 

"Aku yakin tidak tertangkap," balasku dingin. "Ngomong-ngomong kau sudah mengerjakan tugasmu sampai mana?" 

Suzuko kembali melihat bukunya. Aku diam-diam tersenyum, bagus, Suzuko sudah lupa

"Sampai di pasang naik dan surut." 

"Oh, sedikit lagi kau sudah sama dengan materiku."

Suzuko tiba-tiba tersenyum ke arahku, membuatku terpana selama beberapa saat. 

"Sayang sekali tadi kau tidak ikut keluar dan melihat Konatsu-Senpai. Kau belum pernah melihatnya, kan?"

Tentu saja aku sangat kesal jadinya, "Apakah ada manfaatnya aku capek-capek keluar dan melihat wajahnya?" 

"Tentu saja ada! Sebentar lagi kita SMA, Konatsu-Senpai akan menjadi kakak kelas kita," jawab Suzuko. 

"Kata siapa aku ingin satu sekolah dengannya?" tanyaku murka. 

Suzuko tampak kaget, "Tunggu, kau akan bersekolah di tempat lain? Bukankah kau pernah bilang kalau kau ingin bersekolah di sana?" 

"Tentu saja. Lagipula tempat itu bukan lagi satu-satunya sekolah favorit di Tokyo."

Aku mengangkat dagu, bermaksud menyombongkan diri, walaupun sebenarnya aku masih punya keputusan yang sama; intinya sih bersama Suzuko, tapi kalau itu membuatnya terganggu dan melupakan Konatsu, sebaiknya kulanjutkan saja. 

"Hm, rencananya aku akan mencoba ke Gakuen Sora," balasku sombong. 

Sebenarnya tidak sama sekali, lagipula Gakuen Sora kita harus tinggal di asramanya dan tidak boleh kembali jika belum libur. Kalau aku benar-benar ke sana, aku akan sangat jarang bertemu Suzuko. Dan yang terburuk, itu berarti aku membiarkan Suzuko berdua dengan Konatsu. 

"Kalau sekolah di Gakuen Sora kan harus tinggal di sana." 

Suzuko menatapku cemas. Sepertinya strategiku berhasil. Diam-diam aku merasa bangga dengan diriku sendiri karena terlalu memahaminya. 

"Memang. Lagipula kan rumahku juga kosong terus." 

"Lalu, kalau kau kesepian di sana, bagaimana?" 

Aku sempat terbengong selama beberapa saat, sebelum akhirnya kuputuskan untuk berdeham dan mencairkan suasana. "Aku hanya berencana, lho ya! Belum tentu juga aku ke sana." 

Senyuman Suzuko mengembang, "Ngomong-ngomong, ada anak di kelas kita yang katanya juga akan masuk ke Gakuen Sora, kan?" 

Bagus! Suzuko, lupakanlah semua topik tentang senpai yang bahkan tidak mengenalimu. Dan semoga saja tidak pernah mengenalimu. 

"Oh, aku tahu. Sugihara-San, kan? Katanya keduanya sama-sama akan masuk ke Gakuen Sora," balasku. 

Sugihara di kelasku ada dua orang; Sugihara Nayaka dan Sugihara Mayaka. Mereka berdua adalah kakak adik, wajah mereka mirip. Kembar, tentu saja. 

"Ah! Mereka kembar, kan? Ngomong-ngomong soal kembar, kau tahu tidak kalau Konatsu-Senpai juga punya kembaran?" 

... baiklah, kesalahan besar membahas tentang hal-hal yang berbau kembar. Aku menyesal. 

Segera saja aku pindah tempat duduk agar jangan di seberangnya. Kuperhatikan soal di bukunya, masih tentang pasang surut air laut. Entah darimana ide itu, tiba-tiba aku berceletuk. 

"Kau tahu cerita Peri Laut?" 

Suzuko memiringkan kepala, "Peri Laut?" 

"Menilai dari reaksimu, sepertinya kau tidak tahu, ya." Aku mengelus daguku, pura-pura berpikir. "Kelakuanmu barusan membuatku teringat dengannya." 

"Memangnya ada apa dengan peri laut?" 

"Dia diberi tugas untuk mengatur tinggi air laut. Jika malam, maka dia harus menaikkan air laut, jika siang dia harus menurunkan air laut." 

Suzuko tampaknya tertarik, "Lalu?"

"Peri Laut malah menganggap remeh dan tidak mengerjakan tugasnya. Lalu karena kekacauan yang dibuatnya, Peri Angin ditugaskan untuk membantu Peri Laut dan terus mengingatkannya. Tamat."

Suzuko mengerutkan kening, "Aku sama sekali tidak mengerti ceritanya." 

"Kau mengaku penulis, tapi tidak bisa memahami cerita sesederhana ini?!" tanyaku. 

"Kau yang tidak punya bakat bercerita!" balas Suzuko tidak mau kalah. 

Andai Suzuko tahu bahwa tulisanku digemari oleh seluruh orang--baiklah, atau mungkin Suzuko benar, aku yang tidak terlalu ahli dalam bercerita. Lagipula itu hanya dongeng yang tiba-tiba muncul di pikiranku untuk mengarahkan Suzuko ke jalan yang benar. 

"Karena kelakuan Peri Laut yang sembrono, Peri Angin kan jadi kesusahan. Dan karena harus meminta bantuan dengan Peri Angin, lautan jadi penuh ombak. Itu kan menyusahkan manusia yang berlayar," jelasku. 

"Ombak besar yang melatih pelaut hebat!" tambah Suzuko. 

Ah, iya benar juga. 

"Tapi intinya! Sekarang kau segera selesaikan tugasmu! Aku sih tidak akan menjadi Peri Angin yang membantumu menyelesaikan tugas," ucapku. 

"Kuroto pelit."

"Kalau aku sudah selesai, aku langsung pulang, lho!" gertakku. 

"Iya, iya, cerewet sekali, sih!" 

Aku meraih gelasku dengan agak tenang saat Suzuko sudah mulai mengerjakan tugasnya dengan fokus. Saat sedang meminumnya, Suzuko tiba-tiba bergumam. 

"Kuroto, kalau memang kau terlalu kesepian sampai berpikir untuk pindah ke Gakuen Sora, beritahu aku, ya. Aku akan membuatmu lupa bahwa kesepian itu ada." 

Lalu dia kembali mengerjakan tugasnya, seolah-olah tidak pernah mengatakan kata-kata itu. 

Padahal aku di sini, kaget setengah mati. Jantungku berdebar tidak karuan. 

"B-baiklah, kalau kau memaksa," timpalku. 

Diam-diam aku tersenyum. Bukankah itu artinya keberadaanku yang akhirnya membuat Suzuko melupakan Konatsu? 

***

24/30

Tema: Buat dongeng tentang bagaimana terjadinya ombak. 

Dongeng di atas hanya bacotan Kuroto dan pemikiran kilat anak itu (sebenarnya pemikiran kilatku hahaha)

Duo Sugihara di sini adalah Mai dan Nai yang masih SMP 3 dan belum bersekolah di Gakuen Sora, makanya keberadaan mereka tidak ada di sekolah tsb. 

Iya, mereka lebih muda setahun dibandingkan Piya dkk. 

Begitulah ~ 



Cindyana 

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro