30/30

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

[Edited]

NINOMIYA CHIZUKO

"Eh, sekarang? Kupikir kau sedang sibuk," ucapku.

"Aku memang sedang sibuk, kok," balasnya dari seberang telepon. "Aku sudah di depan rumahmu. Kau di mana?"

"Aku sedang di sekolah. Salahmu mengapa datang saat aku sekolah," gerutuku.

"Mana kutahu kau sedang sekolah," elaknya.

"Aku kan anak normal. Siang-siang begini, tentu saja aku sedang sekolah," ucapku sambil menghela napas. "Ada kunci cadangannya di keset."

"Sudah kuduga. Lain kali jangan taro di bawah keset begini, ya. Kan bahaya kalau ada yang melihatnya."

"Aku minta Suzu untuk jahitkan tempat kecil untuk kunci. Kalau hanya mengangkat kesetnya saja, tidak akan jatuh sendiri," ucapku. "Sudah, ya. Aku tutup dulu."

"Siapa yang menelepon?" tanya Yui.

"Merumi, sepupuku," jawabku.

"Oh," jawab Yui pendek. "Oke, sekarang kita lanjutkan perbincangan kita tentang Miru, ya!"

Astaga, serius mau dilanjutkan?!

Padahal kukira telepon dari Merumi bisa menyelamatkanku dari ocehan Yui. Rasanya makanan di depanku jadi tidak enak.

"Miru itu keren sekali. Mungkin kamu tidak tahu wajahnya karena hidupmu hanya seputar buku dan game, tapi Miru, seumuran kita sudah bisa keliling Jepang dan keluar negeri. Benar-benar sangat membanggakan."

"Kau sudah mengatakannya lebih dari tiga kali."

"Dan parahnya, dia cantik sekali!"

Yui menunjukkan foto Miru yang dibangga-banggakannya sedari tadi tanpa tahu perasaan muak yang berdekam di hatiku.

"Oh. Miru," celetuk Koihara Momo dari belakang.

Kaget juga saat melihat dia, Chisazawa Sora, dan Nakatsuki Miuna berhenti di belakangku karena foto itu.

"Oh! Kau juga suka dia?"

Koihara berdeham, "Aku lebih suka Reina. Dia lebih manis dan kharismanya lebih anggun daripada Miru."

...kalau Reina yang Koihara katakan adalah Aisaka Reina, maka dia adalah saingan berat Miru di dunia entertaiment. Yui menceritakannya berulang kali dan terus-terusan.

Sepertinya akan ada perang di sini.

"Oh ya?"

"Tentu saja. Tanyakan saja pada anak laki-laki di kelas."

"Ayo, siapa takut?"

Aku, Chisazawa dan Nakatsuki saling berpandangan bingung.

Mengapa mereka malah bertengkar, sih?

*

"Reina pastinya!"

"Satu suara untuk Miru!"

"REINA CANTIK SEKALI. Sayang sekali dia malah cuti untuk sekolah di masa-masa bersinarnya."

"Miru sepertinya bekerja sangat keras untuk mengalihkan perhatian publik dari Reina."

Aku menatap mereka dengan tatapan datar. Mereka semua kenapa sih?

"Ada apa ramai-ramai begini?" tanya Ichisaki kepadaku.

"Itu, mereka sedang membandingkan orang," jawabku malas.

"Ichisaki, mana yang lebih cantik?"

Ichisaki memiringkan kepala, lalu melempar senyum ke arah Yui, "Mereka ini siapa ya?"

"Kau ini baru keluar dari goa, ya?!"

"Maaf," ucapnya sambil mengusap kepalanya.

"Tanya ke Koharu saja," ucap Yui dan dia malah berjalan ke meja Konatsu yang sedanh mendengar lagunya. "Yang mana?"

Konatsu mengerutkan kening selama beberapa saat, menatap gambar yang ditunjukan Yui dengan seksama.

"Apanya yang mana?" tanya Konatsu balik.

"Yang mana yang lebih cantik?" desak Koihara.

Konatsu menatap mereka berdua heran, "Tanya ke yang lain saja."

Dan dia memasang headsetnya kembali. Meninggalkan aura seram di belakang punggungnya. Hiiiii, untung aku tidak terlibat.

"Oh. Itu Konatsu rupanya," bisik Koihara ke Yui. Sedangkan Yui menganggukan kepala.

"Ya sudah, kita tanya ke Koharu saja."

Mereka berdua ke meja Koharu, menanyakan hal yang sama.

"Murid baru?" tanya Koharu yang membuat Yui, Koihara dan yang lainnya emosi.

.

.

.

"Aku pulang."

Merumi muncul dari ruang keluarga. "Chizu! Kau lama sekali, sih. Aku menunggumu daritadi, lho!"

Aku tak sengaja melihat chip di pelukannya, dan histeris saat menyadari bahwa itu camilan yang kusimpan selama dua minggu ini.

"Jangan bilang kau makan punyaku?"

"Habis, aku lapar," balasnya santai.

"Jangan protes padaku kalau beratmu naik lagi. Aku tidak mau tahu."

"Iya, iya," ucap Merumi. "Ngomong-ngomong, Yuzu dan Suzu kemana?"

"Yuzu-Nee ketemu pacarnya, Suzu sepertinya mengerjakan tugas di rumah Kuroto," terangku.

"Mereka berdua pacaran, kok kau malah pulang?"

Aku menatapnya kesal, "Aku sengaja pulang cepat karena tahu kau datang, tahu. Dan ngomong-ngomong Suzu tidak pacaran dengan Kuroto, mereka memang sering mengerjakan tugas bersama."

Merumi masuk ke ruang keluarga lagi, duduk di sofa dan bersandar sambil menonton drama di televisi.

"Mereka menayangkan drama Reina lagi," kesalnya sambil menutup televisi. "Drama-ku malah tidak diputar di televisi."

Merumi Ninomiya, nama lengkapnya. Ayah kami bersaudara. Profesinya adalah artis. Nama samarannya adalah Miru.

Dia sedang kabur, ya, seperti yang dikatakannya tadi.

"Ngomong-ngomong, tadi teman-temanku membicarakanmu."

"Oh ya? Apa mereka bilang aku manis? Cantik? Atau apa?" tanyanya.

"Semuanya," ucapku sambil terkekeh.

Merumi tersenyum. Baguslah, moodnya baik lagi.

"Tapi ada yang tidak mengenalmu," celetukku.

"Dia pasti baru keluar dari goa," rutuknya, kembali kesal.

***

Have you ever thought?
About the feels of farewell,
When the night comes by.

You are my bright day.
Even if I lost the sun,
At least, I have stars.

But soon or later,
Those scenery will faded,
I am all alone.

I never forget.
The beginning of summer,
Brought me lead to you.

But start bonds to end.
An unpleasing sensation,
Its hodiernal.

[]

* * *

30/30

Tema: HAIKU (puisi lama dengan suku kata 5-7-5)--I put 2 HAIKU on last anyway.

Kutahu kalian tahu kalau Meru saingan dengan Rainna. Tapi aku sayang keduanya.

Cindyana

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro