4/30

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

KOMIYUNO TAKU

Festival tahun ini sangat merepotkan, perlu kuakui. Tentu saja ini semua berkat ide Ninomiya. Agak berat juga bahwa aku harus mengakui bahwa ini adalah ide yang bagus. Buktinya, saat Ninomiya mengajukan ide ini, tidak ada satu pun orang di kelas yang tidak setuju. 

Kulirik arloji di pergelangan kiri. Hanya tinggal beberapa menit dan aku akan bertukar giliran untuk berburu. Kurasa aku tidak akan kerepotan karena aku mengenal semua ketua kelas, baik seangkatan maupun kakak tingkat. Mereka akan membantuku juga aku memerlukan bantuan. 

Hanya tinggal tiga ketika aku menghitung, Momo tiba-tiba berjalan ke arahku dengan lemas. Wajahnya punya bercak merah bergambar bibir. Padahal masih ada ikatan merah di lengan kanan yang menandakan bahwa dia adalah pemburu. Namun aku ingat siapa yang kuhadapi di depanku; Koihara Momo. Banyak yang mengagumi keceriaan dan semangatnya diam-diam.

"Kenapa?" 

Tentu saja itu komentar pertamaku. Momo yang kukenal selalu terlihat bersemangat. 

"Capek," keluh Momo yang kemudian meraih tali merahnya dengan tangan kiri, bersiap melepaskan ikatan tali sampai akhirnya aku mencegahnya. 

"Kan masih ada 2 menit 45 detik sebelum masa berburumu berakhir!" 

Momo mengembungkan pipinya dan menatapku cemberut. Namun pada akhirnya dia menyerah, diturunkannya tangan kirinya dan dia memilih duduk di sebelahku. 

Kutatap dia dengan pandangan aneh, "Sedang apa?" 

"Menghabiskan waktu," balasnya tanpa minat. 

"Kenapa harus menghabiskannya di sini?" tanyaku lagi. 

Momo mengerutkan keningnya, bertanya, "Kau tidak suka aku di sini?"

"Kapan aku bilang begitu?" tanyaku balik. "Coba, sini, mana daftar nama mangsamu!"

"Pe-lang-gan! Harus ya, menyebutnya mangsa?" tanyanya sinis. 

"Ya, siapa yang menyebut kegiatan mencari pelanggan sebagai berburu? Kan aneh," balasku tidak mau kalah. 

Kali ini Momo memilih diam, aku juga tentu saja memilih diam. Seharusnya aku tidak mengatakan hal-hal semacam itu, padahal kami hanya akan bertemu sebentar. Akan merepotkan jika Momo merajuk dalam jangka waktu yang lama. 

Kulirik arlojiku kembali, sekarang tinggal 2 menit 10 detik. Biasanya waktu akan berjalan sangat cepat ketika aku bersama dengan Momo, kurasa ini tidak akan lama. 

"Taku," panggilnya. 

"Apa?" jawabku tanpa menoleh ke arahnya. Kunaikkan kacamataku dan berfokus pada orang-orang yang lalu lalang. 

"Kenapa kau buat jadwal berburunya seperti ini, sih?" keluhnya. 

"Bukan aku, tahu! Aku mengundinya bersama Ninomiya. Aku juga sudah berusaha agar kau bisa berburu dengan Nakatsuki dan Chisazawa," terangku. 

Momo hanya menatapku menyipit, sebelum akhirnya memalingkan wajahnya dengan kesal. 

Kadang aku bingung dengan jalan pikiran anak ini. Dia tahu bahwa aku sudah berusaha membuatnya dan kedua sahabatnya berburu dalam jam yang sama. Nyatanya pada akhirnya aku hanya bisa membuat Nakatsuki dan Chisazawa satu jadwal. Momo di jam berburu paling pertama, sementara kedua sahabatnya di jam ketiga. 

"Padahal kupikir kami akan festival bertiga seharian." Momo kembali menuturkan kata-kata, seolah aku yang bersalah. "Rupanya hanya sejam."

"Iya, iya, aku minta maaf," ucapku dengan malas. 

Momo langsung berdiri dari duduknya, membuatku tersentak kaget. Memang, sifatnya yang selalu spontan itu masih tidak bisa kuterka walaupun kami telah berteman sejak kecil. Aku tidak akan bisa terbiasa dengan ini. 

"Sebagai gantinya, waktu Sora dan Miuna berburu, kau harus menemaniku keliling, ya!" ucapnya dengan semangat. 

Aku terdiam selama beberapa saat sebelum akhirnya merespons dengan bodohnya, "Hah?" 

"Bukan 'hah', tapi 'ya'!" balasnya.

"Lalu bagaimana dengan kelas? Aku ketua kelas, harus tetap mengawas kegiatan ini. Kalau ada pemburu yang bolos, atau kalau semisal ada masalah dan tidak ada ketua kelas di sana--"

"Taku," potongnya gemas. 

"Oke, tapi hanya selama Nakatsuki dan Chisazawa berburu, ya!" balasku pada akhirnya. Aku memang tidak pernah menang jika berdebat melawan anak ini. 

"Yeeey!" 

Kulirik arloji kembali. Kali ini hanya tersisa tujuh belas detik. Sudah kubilang, waktu akan berjalan sangat cepat jika aku terus bersamanya.

15 ...

"Sudah boleh lepas, kan? Kalau tidak lepas sekarang, kau yang akan terlambat berburu." Momo menyodorkan lengannya, memintaku melepaskannya. 

Kubantu Momo melepas ikatan merah di lengannya. 

Sesekali sambil melirik arloji. Waktu kami hanya tinggal hitungan detik. 

12 ... Aku mulai menghitung mundur dalam hati. 

10 ...,

9 ...

"Mau kubantu mengikat untukmu?" tawarnya. 

Aku tidak membalas, langsung memberikan tali merah itu kepadanya. 

8 ...

7 ...

6 ...

5 ...

4 ...

"Sudah, ya!" Momo memberikanku kotak pemburu. "Nih."

3 ...

2 ...

1 ... 

Kutarik napasku dalam-dalam, "Terima kasih. Aku pergi dulu." 

Momo tersenyum heran, "Oke. Sampai jumpa satu jam mendatang!" 

"Iya." 

Akhirnya, aku berlalu meninggalkan Momo di sana. Sebelumnya, kuperiksa lagi keadaannya sebelum benar-benar memulai berburu. Dua sahabatnya sudah datang menghampirinya dan dia tersenyum senang. 

Tak sengaja, pandanganku kembali melirik arloji--yang entah sejak kapan menjadi kebiasaan secara tidak sengaja. 

Ah, masih ada 59 menit 48 detik.

***

4/30

Tema: Karya yang melibatkan hitungan mundur

///berdoa untuk next theme. 

Kuingin menulis soal Kuroto-Suzuko.

Atau Ren-Chizuko, Koharu-Chizuko, Konatsu-Chizuko.

Atau pemulaan bagaimana Merumi bisa suka Koharu. 

Yang mana aja, yang penting terang ((mulai mempertanyakan defenisi mana aja)).

Uhk


Cindyana H

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro