7/30

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

NINOMIYA SUZUKO

"Heiii! Anak laki-laki di sebelah!" seruku dari jendela.

Namun tampaknya Kuroto masih belum berminat menjawab panggilanku.

"KUROTO!" panggilku.

Tirai jendela kamar Kuroto masih tertutup. Empunya masih berpura-pura tidak mendengar panggilanku.

Kesal karena diabaikan, kuputuskan untuk memanjat jendela kamarku. Kuroto sengaja mengabaikanku! Menyebalkan!

"Chizu-Nee, Yuzu-Nee, aku ke kamar Kuroto dulu!" pamitku.

Chizu-Nee yang sedang memainkan game tembak-tembakannya hanya berdeham sekilas. Berbeda sekali dengan Yuzu-Nee yang masih repot-repot mendatangi jendela untuk menyampaikan pesan.

"Suzu, jangan malam-malam, ya!" pesan Yuzu-Nee.

Aku sampai merinding ngeri karena melihat kakak tertua-ku mendadak baik.

"Aku kan hanya ke rumah Kuroto," balasku.

"Ke kamar Kuroto," koreksi Yuzu-Nee.

"Ya, memangnya ada apa? Ini hanya Kuroto."

Yuzu-Nee menatapku selama beberapa saat, sebelum akhirnya memutuskan untuk bersiap menutup jendela.

"Kalau aku sudah telepon ke Kuroto, kau harus pulang."

"Nee-Chan kenapa sih? Berlebihan sekali," gumamku sembari berjalan ke jendela Kuroto.

Kuawasi keseimbanganku agar tidak perlu tertusuk kawat duri di kiri kanan. Setelah sampai, kuketuk jendela kamar Kuroto, tetapi anak itu tidak kunjung membukanya.

Hmm, apa dia sedang makan malam ya?

Orangtuanya juga jarang pulang. Kira-kira tidak berbeda jauh dengan keadaan keluargaku. Bedanya, aku punya dua kakak, sementara Kuroto anak tunggal. Okaa-San sering memintaku untuk mengajak Kuroto makan malam bersama, tapi anak itu sering menolak.

Yang paling jahat itu, saat dia menolak makan malam di rumahku karena aku yang mendapat giliran untuk memasak. Memangnya dia pikir aku sekurangkerjaan itu meramu racun khusus makanannya? Besar kepala sekali dia.

Kutarik bagian karet yang sudah lepas dari tempatnya, lalu menarik jendela. Hasilnya adalah WALA! Kini aku berada di kamar Kuroto.

Kuroto sebenarnya bukan tipe yang ceroboh untuk meninggalkan jendela kamarnya dalam keadaan tidak terkunci seperti itu. Mungkin dia hanya lelah mendengarkan ketukan pintu setiap aku hendak datang. Sementara Yuzu-Nee malah berpendapat lain; dia bilang Kuroto terlalu memanjakanku.

Memanjakan dari mana? Kalau aku bertengkar dengan Yuzu-Nee (aku jarang bertengkar dengan Chizu-Nee, soalnya dia sangat cuek), Kuroto pasti akan memaksaku untuk berbaikan dengan Yuzu-Nee malam itu juga. Aku pernah bilang ingin menginap, tapi Kuroto malah marah-marah tidak jelas. Padahal kasurnya luas, lho! Pelit sekali!

Seperti yang kupikirkan sebelumnya, Kuroto memang tidak ada di kamarnya. Kamarnya rapi seperti biasanya, hanya ada beberapa buku yang berceceran di atas kasurnya. Sementara itu komputernya dibiarkan menyala--salah satu kebiasaan buruknya ketika mengerjakan sesuatu.

Kuroto membiarkan musik di komputernya berputar di ruangan kosong. Kuputuskan untuk duduk di kursi putar berwarna hitam, menggerakkan kaki agar kursi berputar membawa tubuhku serta.

Ah, andai aku juga punya komputer pribadi seperti Kuroto, mungkin aku bisa mengetik cerita setiap hari.

Lagu yang diputar di komputer Kuroto tiba-tiba mati. Aku langsung berhenti berputar dan kini fokus pada layarnya yang sebenarnya sudah mati sedaritadi. Kugerakkan mouse dan mendapati bahwa Kuroto rupanya sedang membuka salah satu sosial media.

Hm ... trending dunia hari ini ...

#EntahApaYangMerasukimu

Aku tidak mengerti artinya, jadi kuputuskan untuk mencarinya di internet. Keluarlah banyak video yang membuatku tanpa berpikir panjang langsung mengklik karena terlalu penasaran.

Entah apa yang merasukimu
Hingga kau tega mengkhianatiku
Yang tulus mencintaimu.

Salah apa diriku padamu
Hingga kau tega menyakiti aku
Kau sia-siakan cintaku.

"Kau sedang apa?" Tiba-tiba Kuroto menegurku ketika aku sedang fokus mencerna apa yang dilakukan sekelompok orang di video itu.

"Astaga! Jantungku hanya satu, tahu!" seruku, marah.

"Jantungku juga hanya satu, tahu! Aku kan kaget tiba-tiba ada musik aneh yang terputar di komputerku. Ada suara gagaknya pula! Sudah menebak-nebak itu lagu penjemput maut, tapi ternyata lagumu."

"Enak saja laguku! Ini trending dunia, lho!" omelku.

"Jadi kau sedang apa di sini?" tanya Kuroto. Diliriknya layar komputernya selama beberapa saat, lalu kembali melirik ke arahku. "Sedang apa, hmmm?"

"Tidak apa-apa, kok! Hanya buka lagu ini. Tenang, walaupun bagiku kau hanya anak kecil, tapi aku menghargai privasimu. Aku tidak buka history pencarianmu."

Kuroto memberikanku perlolotan galak, "Kalau aku anak kecil, kau juga anak kecil, dong! Kau kan lebih muda dariku!"

"Tapi kan aku lebih dewasa. Weeek!" Aku menjulurkan lidah, mengejek.

"Itu yang dinamakan dewasa? Padahal kelakuanmu juga kekanak-kanakan," ucapnya gemas. "Kalau kau tidak butuh apa-apa, pulang sana!"

"JAHATNYA! Kuro-Chan jahat! Mengusir tamunya seperti ini!"

Aku pura-pura merajuk, padahal kugunakan kesempatan itu sebaik-baiknya untuk berpegangan erat pada bangku komputer Kuroto.

"Buat apa di sini kalau tidak punya keperluan?" tanya Kuroto.

"Ada keperluan menginap juga diusir, kok!" balasku.

"Ninomiya Suzuko, rumahmu ada lima langkah dari sini. Jadi itu sama sekali bukan keperluan," omel Kuroto.

Kesal karena aku tidak kunjung bergerak dari kursi komputer, Kuroto mendorong kursi itu sampai bergerak dekat jendela.

"Kenapa kau pelit sekali, sih?" tanyaku.

"Untuk kebaikanmu," balas Kuroto, tapi kata-katanya benar-benar tidak dapat kumengerti.

"Maksudmu--"

Ponsel Kuroto yang ada di atas meja berbunyi.

Yuzu-Nee.

Aku akhirnya berdiri dari dudukku dan bersiap-siap memanjat jendela,  "Ya sudah, aku kembali."

"Kau benar-benar datang hanya untuk menggangguku, ya?" tanya Kuroto dengan wajah datar.

"Tapi kau akan rindu dengan gangguanku, kan? Sudah ya, aku pulang! Lain kali jangan pelit-pelit lagi."

Kuroto tidak membalas sepatah kata pun.

Saat menutup jendelaku pun, aku bisa melihat Kuroto masih melihat ke arahku, lalu gestur bibirnya mengatakan, "Suzu bodoh" sebelum akhirnya menutup tirai jendela dengan cepat.

"Kuroto lebih bodoh!" seruku balik.

"Suzu! Kau jangan berteriak tengah malam! Jangan mengganggu tetangga!" ucap Yuzu-Nee.

"Biarin. Biarkan tetangga sebelah terganggu!"

Saat mataku terpejam pun, sekarang aku masih bisa mendengar suara lagu dan gagak itu.

***

7/30

Tema: Lirik merasukimu.

Entah apa yang merasukimu, Pefet.

Cindyana H

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro