9/30

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

NINOMIYA MERUMI

Baru saja, aku merasa benar-benar mengalami kejadian yang ada di drama percintaan! 

Saat ini, aku sedang dalam perjalanan ke rumah Chizuko dengan seorang anak laki-laki. 

Sangat penting untuk dicatat dan digarisbawahi! Aku berjalan kaki dengan seorang lelaki! Sebelumnya, aku belum pernah melakukan ini selama hidupku. Jangankan berjalan bersama laki-laki, melihatku berjalan sendirian di publik saja sudah membuat kehebohan yang tiada tara.

Kulirik laki-laki yang berjalan di depanku. Rambutnya hitam dan sesekali dia berbalik untuk memeriksa keberadaanku. Kelihatannya dia keberatan melakukan hal ini, tetapi dia tidak memberikan komentar apapun sejak dia ditugaskan untuk membawaku ke rumah Chizuko. Jelas bukan penggemarku, sebab alih-alih menatapku dengan tatapan kagum, dia justru menatapku tidak nyaman.

Kronologi kejadian yang menyeretku berjalan dengan orang asing, kira-kira seperti ini ... 

Saat itu sedang ada pengambilan scene untuk drama yang tayang tahun depan di danau dekat sekolah Chizuko. Rupanya keberadaan kami cukup menarik perhatian, sehingga orang-orang mulai mendatangi lokasi syuting. Padahal, sebelumnya mereka telah melakukan survei lapangan bahwa tempat itu cukup sepi dan tenang untuk melakukan apa yang kami inginkan. 

Hasilnya, aku dikerubungi dan akhirnya melarikan diri ke sekolah Chizuko. Mungkin itu yang dinamakan bunuh diri, sebab aku lupa bahwa sekolah Chizuko sedang melakukan festival, terbuka untuk publik pula. 

Untungnya, aku bisa menghubungi Chizuko dan dia juga terlalu cekatan untuk menemukanku dengan cepat. 

"Kau kenapa kabur ke sini?!" Kata-kata yang pertama kali disembur Chizuko, bukan mempertanyakan kabar, apalagi mempertanyakan alasan sebenarnya mengapa aku bisa ada di sini. 

Chizuko adalah sepupuku yang sangat pintar dan penuh persiapan, walaupun dia memang agak cuek dengan sekitarnya, sih. Buktinya, dia buru-buru datang ke kamar mandi lantai tiga masih dengan gaun ala bangsawan eropa dan juga dia membawa seragam sekolahnya untukku. Ini adalah bukti bahwa Chizuko lebih peduli denganku daripada dengan keadaan di sekitarnya. 

Oh, dan aku baru tahu kalau Chizuko rupanya baru selesai pertunjukan drama. Mungkin lain kali jika kami membutuhkan figuran, aku akan merekomendasikan Chizuko untuk muncul walau hanya sekali. 

Aku mencoba menjelaskan dengan singkat situasi yang menyeretku sampai di sini. Kujelaskan juga bahwa ada beberapa murid yang juga tak sengaja melihatku tadi, sehingga akan sulit bagiku untuk keluar dari sekolah tanpa dikenali. 

"Kau bisa telepon managermu untuk menjemputmu?" tanya Chizuko. 

"Kalau bisa, aku tidak akan meneleponmu!" balasku. 

Chizuko tidak habis akal, dia memang sepupuku yang jenius. Dia memutuskan untuk menelepon temannya, dan berakhir rupanya temannya itu adalah salah satu penggemarku--aku tidak besar kepala, dia yang mengatakannya sendiri. Akhirnya mereka berdua membawaku keluar dari toilet setelah aku berganti pakaian. 

Walaupun memakai jaket dan menutup kepalaku dengan penutup kepala, perhatian orang-orang di koridor hanya berfokus pada Chizuko yang menggenakan kostum aneh. Ada beberapa orang yang memuji Chizuko dan mengatakan bahwa perannya sangat bagus tadi. Aku selaku sepupu Chizuko malah ikut penasaran bagaimana akting anak itu. Maksudku, Chizuko tidak pernah menunjukan ketertarikan khusus pada dunia sandiwara. 

Namun saat sedang berjalan, tiba-tiba saja seseorang berdiri di depan kami bertiga. 

"Eh, Ninomiya, ya?" 

Suara laki-laki. Hmm. Sayangnya aku tidak bisa melihat wajahnya, karena aku dipaksa untuk menunduk dalam situasi seperti ini.

"Koharu," panggil Chizuko. 

"Kenapa kau berpakaian seperti itu? Dan ... apakah dia sakit?" 

Wajar saja dia mengira bahwa aku sedang sakit, sebab Yui dan Chizuko memang sedang membopongku kiri-kanan, agar ada alasan bagiku untuk menunduk, katanya. 

"Eh ... I-iya."

Lalu tiba-tiba aku langsung merasakan tubuhku terbang. Kakiku menjauh dari lantai. Selanjutnya, kusadari bahwa laki-laki itu mengangkatku dalam posisi bridal. Buru-buru, aku langsung menyandarkan keningku pada bahunya agar tidak ada yang bisa melihat wajahku. 

SANGAT PENTING untuk digarisbawahi; itu bukan pertama kalinya aku digendong dalam posisi seperti itu. Aku sudah merasakannya beberapa kali untuk kebutuhan drama percintaan yang kuperankan. Namun baru kali ini jantungku benar-benar berasa lepas dari tempatnya. Aku benar-benar tidak bisa memprediksikan hal itu. 

Setelah laki-laki itu dengan baik hatinya membawaku ke UKS yang rupanya sepi, Chizuko baru menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi denganku. 

"Bukankah hebat? Ternyata Chizuko sepupuan dengan Miru!" ucap Yui dengan heboh, tetapi dia berusaha memelankan suaranya agar tidak didengar orang luar. "Chizuko jahat, padahal tahu sekali kalau aku penggemar berat Miru. Kalau kita bertemu lagi lain kali, bolehkah aku minta tanda tanganmu? Tadi Chizuko tidak bilang bahwa ada kau di sini, jadi aku tidak membawa alat tulis."

"Jadi, kira-kira seperti itu." Chizuko memutuskan untuk mengabaikan celotehan Yui dan melanjutkan perbincangannya dengan laki-laki itu. "Aku ingin mengantarnya pulang, tapi sudah terlanjur janji dengan anak-anak klub teater untuk makan siang bersama."

"Aku bisa mengantar Miru sampai ke rumahmu!" Yui menyambung dengan semangat.

"Banyak yang mencarinya di depan, agak sulit untuk keluar dari sekolah," ucap Chizuko. "Dan, Yui, bukankah jadwal berburu-mu lima belas menit lagi?"

Lelaki itu mengangguk, "Kalau begitu, bagaimana kalau aku yang mengantarkannya ke rumahmu? Jadwal berburuku baru selesai."

Chizuko pasti akan menolak membiarkanku kembali tanpa pengawasannya. Aku sangat ya-

"Benarkah? Terima kasih, Koharu!" 

Aku langsung diam seribu bahasa. Benarkah? Chizuko menerima tawarannya? Memangnya dia tidak khawatir denganku?

"Kalau begitu, aku ambil tasku dulu. Tunggu sebentar, ya."

Saat berselisih tatap dengan Chizuko, rupanya dia telah membaca kekhawatiranku. Namun dia malah melemparkan senyum dan menepuk bahuku ringan. 

"Tenang! Koharu jago karate, lho! Dia sudah sabuk hitam! Bahkan senpai-senpai juga tidak bisa mengalahkannya. Kau tenang saja!" 

Dan di sinilah aku, mengikuti anak laki-laki ini berjalan. 

Sepertinya dia mengambil rute lain, sebab aku ingat persis kalau aku tidak masuk dari sini. Jika tadi penuh dengan hiasan selamat datang di festival sekolah, kini jalan yang kami lewati hampir sunyi melompong. 

Setelah berjalan selama beberapa saat dalam keheningan, akhirnya aku menemukan danau tempat tadi kami syuting. Barulah kusadari bahwa kami memutar ke arah sebaliknya, sehingga kami terhindar dari kerumunan. Rupanya dia mengambil jalan yang tidak ramai dilewati orang. 

Kufokuskan pandanganku ke tempat kami mengambil scene tadi. Masih ramai. Aku tanpa sadar bergumam pelan, "Masih ramai saja." 

"Mereka mencarimu?" Laki-laki itu akhirnya membuka suara. 

"Iya, begitulah." 

Langkah kami tidak berhenti barang sedetik pun. 

"Hm ... biasanya tempat ini selalu sepi." 

Aku menaikkan sebelah alis, apakah laki-laki ini sedang berusaha mencari topik pembicaraan denganku? 

"Tadinya itu yang kutahu," ucapku. "Nyatanya ramai, padahal kupikir bisa berada di tempat tenang sebentar."

Laki-laki itu berbalik menatapku selama beberapa saat, lalu melempar senyum tipis, "Kalau begitu, kau harus coba datang kemari lain kali. Kalau kau suka ketenangan, kau pasti akan suka tempat ini."

Aku nyaris mengerutkan keningku, sebelum akhirnya tersadar bahwa aku tetap harus mempertahankan imageku.

Apakah dia tidak pernah melihat liputan beritaku yang sedang menyebar dengan hebohnya? Semua orang tahu bahwa Miru si Artis Berbakat era ini suka dengan keramaian--atau setidaknya itulah yang kuakui ketika belum setenar sekarang. Namun laki-laki ini tampaknya tak tahu menahu dengan keberadaanku.

"Namamu, Koharu kan?"

"Sakihaka Koharu," jawab laki-laki itu. "Kalau kau?"

Aku bersumpah, itu pertama kalinya ada pertanyaan umum yang berhasil membuatku tersinggung. Aku pernah mendapat pertanyaan yang lebih pribadi, tetapi rasanya ini pertama kali aku sangat marah.

"Kalau kau tidak mengenalku, kenapa mau mengantarku?" tanyaku, sesungguhnya kesal.

"Karena Ninomiya tidak bisa mengantarmu?" jawabnya yang sebenarnya lebih terdengar seperti pertanyaan buatku.

Aku terdiam selama beberapa saat, "Namaku juga Ninomiya, tahu!"

"Oh?" Lelaki itu mengerjapkan mata, "Kau saudari-nya Ninomiya? Adiknya?"

"Sepupunya!" balasku ketus.

"Oh, sepupunya. Lalu, kenapa banyak yang mencarimu? Apa kau ini ... incaran polisi?"

Aku memberikannya perlototan. Serius? Ini hanya pertanyaan candaan atau bagaimana?! Dia ingin aku merespons seperti apa?!

"Kau ... tidak pernah lihat TV ya?" tuduhku kesal. 

"Maaf, aku jarang lihat televisi," jawabnya. 

Sekarang, kecurigaanku terhadap Koharu semakin memuncak. Karena itulah kuputuskan untuk langsung mempertanyakan isi kepalaku. 

"Kau suka dengan Chizuko, ya?" 

Langkah kaki Koharu berhenti. Beberapa saat kemudian, dia membalikkan kepalanya, menatapku serius, "Memangnya ..., terlalu kelihatan jelas?" 

***

9/30

Tema: Danau yang Tenang

AKHIRNYA BISA NULIS PERTEMUAN PERTAMA KOHARU-MERUMI DI SINI! HUFT. Tinggal menunggu tema yang cocok untuk mempertemukan Merumi kembali di festival. 

Chapter kemarin mungkin terkesan gantung, tetapi akan kembali dibahas lagi lain kali. Semengerikan apa Yuzuko sampai semua orang di sekolah takut dengannya? 

DAN AKU BELUM NULIS REN SAMA SEKALI DONG SAMPE DI CHAPTER KE-9. Tapi nanti pasti muncul untuk memperjelas masalah apa yang terjadi antara Ren dan Ken. 

Hubungan Lukewarm yang semakin rumit! 



Cindyana H

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro