Chapter 17 : Untuk Menolong Desa

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

.
.
.
.
.

"Apa kita akan masuk?" tanya Sakuya pada yang lain. Mereka semua saling menatap, bingung dengan pendapat mereka masing-masing. Hingga akhirnya, sang gadis berjalan lebih dulu masuk ke dalam hutan di mana desanya berada.

Kairi menatap Tsukasa sebentar sebelum ia menyusul masuk, Tsukasa juga langsung menyusul masuk. Sakuya menahan lengan Keiichiro dan Umika saat mereka ingin menyusul Touma yang sudah masuk. Keduanya menatap Sakuya dengan alis terangkat.

"Ada apa?" tanya Keiichiro singkat dengan wajah keheranan menatap Sakuya. Pemuda polisi itu menatap hutan dengan wajah ketakutan.

"Kau yakin, kita akan masuk ke dalam hutan ini!?!" seru Sakuya. Umika mendengus dan Keiichiro memutarkan bola matanya.

"Tentu saja! Kau ini Sakuya! Sungguh penakut!" seru Umika jengkel, gadis itu melepaskan pelukan Sakuya di lengannya dengan cara menghentakkannya kasar.

Begitu terlepas, ia langsung masuk menyusul Touma dan yang lainnya.

"Arggghh! Kasar sekali dia, pak!" keluh Sakuya pada Keiichiro yang tangan mereka masih berpegangan.

Keiichiro menghembuskan nafas, setelah itu ia menyeret Sakuya masuk dengan sekuat tenaga. Sakuya, tentu saja pemuda penakut itu merengek dan memeberontak. Tapi sayang, tenaganya masih kurang dari Keiichiro yang tentu saja lebih kekar dan besar darinya.

Mereka semua memasuki hutan desa tersebut.

....................

Mereka semua tengah berjalan di tengah-tengah hutan. Di posisi belakang, terdapat Sakuya yang memeluk erat lengan Keiichiro. Di depan mereka, ada Umika dan Touma. Sementara itu, Amiko memimpin di depan dengan Kairi dan Tsukasa di belakangnya.

Langit sudah mulai gelap, penglihatan mereka juga semakin terbatas membuat sebagian mengeluarkan senter dari handphone mereka.

"Aaaaaaaaaaa!"

Tiba-tiba, sebuah benda muncul dari tanah menyebabkan mereka berteriak karena terkejut.

Tsukasa berbalik dan memeluk Kairi yang berada tepat di belakangnya. Umika memeluk lengan Touma dari samping. Serta Sakuya yang memeluk Keiichiro hingga sesak nafas karena Sakuya memeluk lehernya begitu erat.

Hanya Amiko yang terlihat biasa saja, bahkan suara teriak mereka menggema di hutan hingga burung-burung terbang menjauh karena terkejut.

Dia berbalik dan menatap teman-temannya yang ketakutan.

"Itu hanya boneka tidak perlu takut," ucapan Amiko membuat mereka membukakan mata.

Kairi tersenyum geli pada Tsukasa yang langsung melepaskan pelukannya dengan rona merah di kedua pipinya. Kairi geli menatap Tsukasa.

Berbeda dengan Tsukasa, Umika masih memeluk erat lengan Touma. Sedangkan Keiichiro langsung mendorong tubuh Sakuya dengan keras.

"Aduh!" teriak Sakuya jatuh.

"Eh, Sakuya!" Umika melepaskan lengan Touma dan membantu Sakuya bangun.

"Kejam sekali kau pak Keiichiro!" teriak Sakuya yang sudah berdiri dibantu Umika. Keiichiro hanya memasang wajah watados (wajah tanpa dosa)

"Sudahlah!" Kairi berusaha menghentikan perdebatan mereka.

"Amiko, apa desamu masih jauh?" Kairi bertanya pada Amiko yang telah berjalan lebih dulu.

"Sebentar lagi, ayo!" ajak Amiko pada yang lain.

"Ayo Kairi!" Tsukasa menarik lengan Kairi lalu mengikuti Amiko, Kairi memandang boneka dari tanah itu sejenak. Touma dan Umika menyusul kemudian.

Keiichiro juga menatap boneka itu sebelum menyusul yang lain. Sakuya langsung berlari menyusul karena dia baru sadar beberapa menit saat yang lain meninggalkannya.

.....................

Amiko berhenti secara tiba-tiba, hal itu membuat yang lain juga memandang punggungnya bingung.

"Ada apa Amiko?" kali ini Tsukasa yang berinisiatif untuk bertanya.

"Aku ingin jujur pada kalian," Amiko berbalik dan memandang mereka dengan rasa bersalah.

"Kau ingin jujur tentang apa Amiko?" Sakuya bertanya dengan nada lembut yang ia miliki, Umika yang berada di depannya berbalik sembari mendelik tajam.

"Sebenarnya, aku membawa kalian ke sini bukan untuk mengantarku tapi untuk membantuku" jawab Amiko dengan rasa bersalah. Kairi dan Tsukasa menatap tangan Amiko yang memegang kalung di lehernya.

"Desaku saat ini sedang di kuasai seorang monster, kami semua ingin lepas dari monster itu. Tapi sayang, kami tidak mempunyai cukup keberanian dan kekuatan untuk menghadapi monster itu. Karena itu, aku ingin meminta bantuan orang luar yang bersedia untuk menolong kami," jelas Amiko membuat Kairi dan teman-temannya mengerti. Amiko melakukan itu untuk menolong penduduk desanya.

"Baiklah, kami akan bantu." Keiichiro mengucapkan hal itu tanpa pikir ulang. Tentu saja, jiwa polisinya mendorongnya untuk membantu banyak orang. Begitu juga yang lain, hanya Kairi yang tampak sedang berpikir.

"Terima kasih, terima kasih banyak!" Amiko menundukkan tubuhnya sembari mengucapkan terima kasih.

"Tunggu! Kami menginginkan pertukaran sebagai balasan dari bantuan kami," Kairi berucap seperti itu membuat yang lain terkejut.

"Apa-apaan kau Kairi! Kau tidak boleh seperti itu!" seru Umika emosi.

"Apa yang kau pikirkan?" tanya Touma di samping Umika. Kairi menatap Tsukasa lalu menatap Amiko.

"Gadis itu," tunjuk Kairi pada Amiko membuat teman-temannya yang lain tidak mengerti, kecuali Tsukasa yang sudah mengerti.

"Kalung yang ia pakai adalah salah satu koleksi lupin," jawab Kairi membuat yang lain terkejut, kecuali Tsukasa.

"Benarkah Kairi!" seru Sakuya heboh di tengah hutan.

"Iya benar," jawab Kairi lagi.

"Jadi, kami menginginkan kalung itu sebagai pertukaran!" seru Kairi pada Amiko sembari melipat tangan di dada.

"Bagaimana?" Touma bertanya pada Amiko yang masih terdiam.

"Benar! Kairi berkata benar! Kalung itu memang koleksi lupin." Umika berseru seperti itu sembari menatap handphone nya yang terdapat gambar koleksi lupin yang ia ambil dari buku Kogure.

"KALUNG ITU BENAR-BENAR KOLEKSI LUPIN!" tambah Umika yang berteriak di samping Touma. Touma meringis karena teriakan Umika cukup memekikkan telinganya.

"Sudah Umika chan kau jangan berteriak di tengah hutan begini!" Sakuya menutup kedua telingannya menggunakan tangannya. Touma nampaknya tidak perlu mengeluarkan suaranya karena Sakuya sudah mengeluarkan pendapat yang sama sepertinya.

"Baiklah, beri aku waktu untuk memutuskannya. Tapi yang pasti, kalian harus membantu desaku terlebih dahulu." ucap final Amiko yang langsung di angguki yang lain.

Mereka kini melanjutkan perjalanan menuju desa Amiko yang di huni oleh para monster.

..................

"Di sini desanya," ucap Amiko sembari berhenti dan menujuk sebuah papan nama desa Amiko.

"Gunima? Itu nama desamu?" tanya Sakuya yang membaca tulisan di papan itu.

"Benar, ayo!" seru Amiko yang berjalan di ikuti yang lain.

"Ssttt!" bisik Amiko, dia memberikan isyarat untuk bersembunyi di semak-semak.

"Ada apa?" tanya Tsukasa yang di bungkam oleh Amiko. Gadis itu menunjuk ke depan.

Kairi dan yang lainnya pun menatap ke mana arah tunjuk Amiko.

"Grangler!" seru Sakuya yang mulutnya dibungkam oleh Umika dan Keiichiro.

"Kau jangan berteriak Sakuya kun," bisik Umika pelan.

"Gomen." jawab Sakuya.

"Tunggu apa lagi? Ayo kita hajar para Grangler itu!" seru Kairi dengan penuh semangat. Ia ingin keluar keluar tapi di tahan oleh Tsukasa.

"Ada apa lagi? Apa yang kita tunggu" seru Kairi tidak terima.

Bersambung
.
.
.
.
.

Hai readers^^

Kabarnya baik terus kan? Maaf ya, Author jarang update cerita ini. Karena Author juga sibuk belakangan ini.

Jangan lupa vote dan komen.

Sinopsis Chapter 18

Mereka semua menyusun rencana untuk mengalahkan para grangler, Di tengah petarungan Grangler itu menggunakan koleksi lupinnya.

Next.....

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro