Chapter 26 : Keiichiro dan Touma

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

.
.
.
.
.

Di sisi lain, Keiichiro dan Touma masih berada di dalam mobil yang melaju di atas rata-rata.

"Kapan kita sampai ke tempat pecahan Granglernya? Apa masih jauh?" tanya Keiichiro yang menyetir mobil pada Touma yang sedang menatap ponselnya.

"Sebentar lagi..."

"lagi?" Keiichiro tampak tidak bisa menahan rasa kesal.

"Beberapa kilometer lagi kita akan menemukan sebuah desa yang dekat dengan tebing. Lihat! Kita sudah dekat dengan tebing!" ucap Touma yang memperhatikan jalan di depan mereka. Keiichiro hanya pasrah dan mengangguk sambil fokus menyetir mobil.

Setelah beberapa menit menyetir, akhirnya mereka sampai ke sebuah Desa yang terletak di tebing.

Keiichiro yang keluar mobil menatap desa itu dengan heran. "Hei! Touma! Kau yakin koleksi Lupin itu ada di Desa ini?" tanyanya pada Touma yan juga ikut keluar mobil.

"Tentu saja yakin! Kogure telah memberi pesan bahwa koleksi itu ada di Desa dekat tebing, dan desa ini adalah satu-satunya desa yang berada dekat tebing wilayah kota kita." jelasnya sambil memperhatikan desa yang agak jauh dari mobil mereka berhenti.

"Ayo!" ucap Keiichiro yang pergi ke belakang mengambil tas mereka.

Ketika mereka mengeluarkan barang mereka, para penduduk Desa menatap mereka dengan pandangan aneh. Beberapa dari mereka justru menatap sinis pada mereka.

Touma lebih dulu bersuara. "Kenapa mereka memandang kita seperti itu? Sinis dan aneh?"

"Aku juga tidak tahu." jawab Keiichiro.

Mereka pun pergi mencari rumah Ketua Desa setempat untuk izin tinggal sementara demi menjalankan misi mereka.

"Di mana rumah Ketua Desanya?" tanya Touma yang menggaruk kepalanya karena pusing.

"Aku pun tidak tahu." jawaban Keiichiro justru membuat Touma menahan rasa kesalnya.

"Sebaiknya kita bertanya pada orang-orang di Desa ini," saran Keiichiro. Touma menatapnya dengan wajah tidak percaya.

"Kau yakin kita bertanya pada mereka? Apa kau lihat tadi? Sebagian dari mereka menatap sinis pada kita!"

Keiichiro kini menatap pada rekan misinya itu. "Itu hanya sebagian! Tidak semua manusia itu jahat, Touma!" tegas Keiichiro yang langsung berjalan untuk mencari orang yang bisa dia tanyai tentang rumah Kepala Desa.

Touma hanya mengikutinya dari belakang. Setelah bertanya pada seorang wanita paruh baya, akhirnya mereka tahu di mana rumah Kepala Desa. Bahkan wanita itu dengan baik hati mengantar mereka ke sana.

Setelah berjalan cukup lama, akhirnya mereka berhenti di sebuah rumah yang sudah tua tapi masih kokoh.

"Ini dia rumah Kepala Desa kami,"

"Terima kasih sudah mengantar kami, Bibi!" Keiichiro dan Touma membungkuk pada wanita paruh baya yang mengantar mereka itu.

Akhirnya mereka berjalan menuju rumah sang Kepala Desa. Setelah berhenti di depan pintu, Keiichiro mengetuk pintu tua tersebut.

"Permisi!"

Tidak sampai lima menit, pintu terbuka dan menampilkan sosok pria paruh baya dengan janggut putihnya. "Ada yang bisa saya bantu?"

"Maaf mengangguk Kepala Desa, kami ingin meminta izin untuk tinggal di Desa ini selama beberapa hari. Apakah bisa diizinkan?"

Kepala Desa itu menatap mereka dengan curiga. "Tapi apa tujuan kalian datang kemari?"

"Ah, kami hanya ingin melihat pemandangan saja...." Keiichiro tersenyum kaku.

"...kami....kami adalah-" ucapan sang Patranger merah itu dipotong oleh sang Lupinranger Blue.

"Kami adalah Fotografer amatiran yang sekarang sedang dapat projek untuk tema alam hijau perdesaan. Kepala Desa," alasan Touma yang sangat masuk akal.

"Kenapa harus Desa kami? Bukankah banyak perdesaan yang lebih bagus dari kami?"

"Karena kami butuh tempat yang belum banyak terjamah. Perdesaan lain sudah diliput, Ketua kami meminta kami mencari Desa baru yang belum diliput. Jadilah kami mendapatkan Desa ini dan langsung ke sini." sejujurnya, Keiichiro sangat takut dengan alasannya ini.

"Ouh, baiklah. Kalian berdua bisa bisa kuzinkan untuk tinggal di Desa ini. Kalian bisa tinggal di rumah saya selama berada di sini. Tapi kalian harus mengikuti semua aturan di Desa ini dan jangan pernah untuk melanggarnya!" tegas Kepala Desa. Keiichiro dan Touma pun mengangguk menyetujui semua ucapan Kepala Desa.

"Arigatou karena telah mengizinkan kami tinggal di Desa ini, Kepala Desa!" Keiichiro dan Touma membungkukkan tubuh mereka.

Kepala Desa mengangguk. "Mari kita masuk."

"Baik!"

Mereka bertiga pun masuk ke dalam Rumah Kepala Desa.

..........

Singkat cerita, Kepala Desa mengajak kedua pemuda itu berkeliling rumah dan mengantar mereka ke ruangan yang akan menjadi tempat mereka berdua tidur.

Sekarang ini mereka sedang duduk bertiga di Ruang tamu sambil menikmati Ocha hangat buatan Kepala Desa.

"Kalian berdua terlihat masih muda,"

"Ah, benar! Kami baru saja lulus Akademi." jawab Touma yang malu karena secara tidak langsung dipuji awet muda. Padahal umur mereka berdua sudah tergolong tidak muda lagi.

"Kalian berdua juga tampan."

"Arigatou!" kali ini Keiichiro yang menjawab.

"Aku menjadi mengingat masa mudaku bersama Istriku," ucap Kepala Desa sambil meresap ocha nya. Sementara Touma dan Keiichiro langsung terdiam setelah mendengar itu.

"Maaf sebelumnya Kepala Desa. Apakah Istri anda telah meninggal?"

"Benar! Istriku telah meninggal beberapa tahun yang lalu di ladang kami,"

"Di ladang? Memangnya ada apa?" tanya Keiichiro yang jiwa penasarannya bergejolak. Touma yang mendengar itu melotot pada Keiichiro, dia tahu bagaimana perasaan Kepala Desa ketika dulu dia disinggung tentang Aya. Dengan keras dia menyikut perut rekannya itu.

Keiichiro mengeluh kesakitan dan menatap Touma. "Diam kau!" bisik Touma.

"Ini sudah malam, sebaiknya kita bertiga tidur." ucap Kepala Desa yang langsung berdiri.

"Ah, baik Kepala Desa!" ucap Keiichiro. Dia dan Touma juga ikut berdiri.

"Ochanya biarkan saja di ruangan ini, besok pagi pelayan akan datang dan membereskan rumah ini." setelah mengatakan itu, Kepala Desa segera meninggalkan kedua pemuda itu.

Setelah kepergian Kepala Desa, Touma langsung menyenggol bahu Keiichiro.

"Apa-apaan kau, Touma!"

"Apa kau sudah gila? Kenapa kau malah bertanya tentang Istrinya Kepala Desa? Apa kau tahu, itu bisa membuka luka di hatinya yang mencintai Istrinya?" jelas Touma dengan menahan amarah.

"Seperti itu juga rasanya saat Kairi dan Umika yang tiba-tiba saja membahas Aya di depanku dulu!"

Keiichiro terdiam setelah mendengar penjelasan Touma, dia baru sadar telah berbuat kesalahan pada Kepala Desa.

"Sudahlah..." ucap Touma.

"...suatu saat nanti, kau akan mengerti apa yang dirasakan Kepala Desa dan diriku. Malam ini kita harus beristirahat agar besok kita bisa melaksanakan misi dan Kogura." Touma menepuk bahu Keiichiro pelan. Tunangan Aya itu langsung berjalan menuju Ruangan yang menjadi kamar tidur mereka.

Keiichiro terdiam beberapa saat sebelum mengikuti Touma dari belakang.

Ketika akan menutup mata, dia jadi teringat dengan perkataan Touma.

"Suatu saat nanti, kau akan mengerti apa yang dirasakan Kepala Desa dan diriku."

Setelah mengingat kata-kata itu, wajah Manna tiba-tiba saja terlintas dalam pikiran Keiichiro membuat pemuda itu membuka matanya.

Bersambung.
.
.
.
.
.

Aaaaaaa akhirnya Author update juga ini cerita😭

Sudah hampir setahun lebih ni cerita hiatus, Author gak ingat tanggal berapa terakhir update soalnya Author gak terbiasa nulis tanggal di tiap chapter pas update di hari itu😅

Terima kasih sebanyak-banyaknya buat para pembaca yang baca cerita ini dan ngevote cerita ini.

Terutama juga buat pembaca yang masih baca cerita ini dari pertama dan gak hapus cerita Author ini dari perpustakaan kalian😊

Ok sampai sini saja, jangan lupa vote dan komen guysss^^

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro