24. Meet Up

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Setiap orang mempunyai sifat berbeda-beda. Hanya tentang cara pandang orang yang akan menentukannya.

-MIVI-

Lapangan futsal kampus terlihat ramai dipadati orang. Bukan hanya penghuni kampus tetapi juga orang dari luar. Saat ini sedang berlangsung pertandingan futsal antar jurusan. Kebetulan penonton dibuka untuk umum. Sebab itu banyak sekali yang menonton. Lumayan untuk cuci mata, banyak cogan yang datang. Apalagi pemainnya.

"Sialan! Kalau jalan liat-liat dong!" bentak Via saat ada seorang perempuan yang tidak sengaja menabraknya.

Perempuan itu menunduk dalam tidak berani menatap Via. Di samping itu, ini bukanlah daerah kekuasaannya. Selain itu dia masih memiliki rasa segan saat menyadari umur mereka tidak sama.

"Maaf, Kak. Aku enggak sengaja, tadi ada yang nyenggol tangan aku," jelas Keyla dengan takut.

Via mendengus dan menatap Keyla dari bawah hingga atas. Mengamati penampilan perempuan di depannya itu. Berbanding terbalik sekali dengan penampilannya. Rok kulot dan kemeja putih dipadukan dengan outer panjang. Memakai kerudung berwarna moka dan sepatu putih memperlihatkan kalau perempuan itu lebih muda darinya.

"Anak mana?" tanya Via. Ke dua orang--Jenny dan Mika--di sampingnya hanya diam menyaksikan.

"SMA."

Via manggut-manggut mengerti. Malas juga mengurus orang asing di depannya.

Dari arah depan datang Rio yang berlari ke arah mereka. Raut wajahnya tidak terbaca tapi matanya terus menatap Keyla yang masih setia menunduk. Sudah seperti sedang kena marah orangtua.

"Ngapain?"

Keyla mendongak saat mendengar suara yang tidak asing bagi telinganya. Senyum lega tercetak di bibirnya saat tahu Rio sudah ada di sampingnya. Untung saja ada laki-laki itu. Sebenarnya ogah sekali dia datang kemari. Kalau bukan karena paksaan Rio, mana mau.

"Tadi mau cari kamu," jelas Keyla.

"Kamu? Siapa lo, Yo?" tanya Mika yang penyakit keponya kambuh.

"Cewek gue," kata Rio sambil merangkul pundak Keyla dengan mesra.

Mulut Mika sampai terbuka lebar saking terkejutnya. Anak SMA ini pacar Rio?! Yang benar saja! Ini Rio, lho. Rio teman satu tim futsal dengan Mike.

"Bau, Bego! Mulut lo udah kayak bau tong sampah, anjir!" Via memukul mulut Mika dengan kuat sampai pemilik mulut mengadu kesakitan.

"Anjir! Lip tint gue habis di tangan lo!" teriak Mika tidak terima.

Jenny hanya bisa memutar bola matanya jengah. Dia bergeser dan memberi jarak antara Via dan Mika. Bosan kupingnya mendengar teriakkan seperti toa setiap hari. Tangannya mengapit lengan Via dan Mika untuk dia bawa ke lapangan. Mau sampai kapan mereka ada di koridor? Mau sampai pertandingan selesai?!

"Jenn, ajakin cewek gue! Nanti gue samperin."

Jenny menoleh ke belakang dan mengangguk. Menunggu Keyla berjalan menghampirinya. Setelah sampai, dia segera melanjutkan jalannya yang sempat tertunda.

"Nama lo siapa?" tanya Via yang sudah mulai santai. Tidak seperti tadi yang langsung ngegas. Maklum saja bengsin miliknya sedang penuh.

"Keyla, Kak."

"Kok lo bisa pacaran sama Rio? Ngelangkahin gue lo, ya?!" sentak Mika menatap Keyla tajam. Tidak bermaksud apa-apa kok, hanya sekedar bercanda.

"Itu elo aja yang enggak laku-laku! Makanya jadi cewek jangan pilih-pilih!"

"Gue enggak pilih-pilih, perasaan gue cuma milih satu orang. Lo tahu sendiri siapa orangnya," kata Mika sambil mengibaskan rambutnya.

Via menoyor kepala Mika saking gemasnya. Kalau suka kenapa enggak diperjuangkan, itulah yang membuat Via gemas hingga rasanya ingin memakan Mika.

"Gimana rasanya pacaran?"

Ke tiga pasang mata itu menatap Keyla penasaran. Maklum saja di antara mereka berempat hanya Keyla yang sudah berpacaran. Kecil-kecil gitu sudah tahu rasanya pacaran.

"Rasanya--" Keyla sengaja menggantungkan ucapannya. Mengamati wajah mereka bertiga. Lucu.

"Gimana, gimana?" tanya Mika tidak sabar.

"Rasanya seperti Anda menjadi iron man."

Diam itulah yang mereka bertiga lakukan saat mendengar jawaban Keyla. Wajah mereka menatap datar Keyla yang menunjukkan cengiran. Kalau masukin anak orang ke dalam karung boleh enggak, sih?!

"Dek, lo kok ngeselin?!" bentak Via tidak santai.

"Gue bukan tanya rasanya odading Mang Oleh, anjir!" Mika sudah mencak-mencak tidak jelas.

"Untung gue masih sabar," kata Jenny mengelus dadanya. Menarik napas panjang dan menghembuskan perlahan.

Mereka kembali melanjutkan langkah. Keyla sudah sedikit akrab dengan teman pacarnya itu. Sesekali dia juga ikut menimpali candaan mereka. Tidak canggung seperti tadi. Selera humor mereka sama. Apalagi dengan Via. Walaupun perempuan itu sedikit ketus.

Ke empat perempuan itu mencari tempat duduk. Tiba-tiba kaki Via ditepuk dari bawah. Dia menunduk dan terkejut saat tahu itu adalah kelakuan Etlan.

"Adek kok di sini? Sama siapa?"

"Sama Mama."

Mika mencolek tangan Via, "Siapa?"

"Etlan, anaknya David."

"Mama mana?" kali ini Jenny yang bertanya.

Tangan kecil itu menunjuk ke belakangnya dekat dengan tempat break untuk para pemain futsal. Di sana Liona melambai meminta mereka untuk mendekat.

Via membawa Etlan ke gendongannya dan berjalan ke arah Liona. Ibu satu anak itu langsung menggeser tempat duduk dan menerima Etlan ke pangkuannya. Dia juga tersenyum menyapa teman-teman Via dan Jenny.

"Gue udah lama pengen ketemu lo!" kata Mika antusias. Tangannya sudah mencubit kecil pipi tembem Etlan.

"Kenapa?"

"Pengen aja. Penasaran sama Etlan yang sering di-upload Via sama Jenny. Keliatan gemoy banget!"

Liona hanya terkekeh menanggapi perkataan Mika. Etlan menyembunyikan wajahnya di dada Liona karena merasa tidak nyaman dengan perlakuan Mika. Perempuan itu terus saja mencubit pipinya. Jadi kesal ini.

Selanjutnya mereka fokus untuk menonton pertandingan futsal. Sesekali Etlan berpindah-pindah pangkuan antara Liona, Via, dan Jenny. Sifat jahilnya masih ada.

Untuk saat ini dia merasa sedikit tenang saat tidak bertemu dengan Gladis. Tidak tahu kalau beberapa jam kemudian. Dia juga belum bertanya perihal Mike yang kemarin jalan berdua dengan Gladis. Katanya saja menolak garis keras perjodohan itu. Tapi kok mau jalan bareng.

"Kemarin gue mergokin Mike jalan sama Medusa. Lo tahu enggak?"

"Tahu, kemarin gue ada di halaman kebetulan lagi siram tanaman. Dia dateng terus enggak lama keluar pake motor Mike. Tapi sempat, sih gue liat mereka kayak adu debat gitu di samping mobil Medusa."

"Kenapa tanya gitu?" tanya Mika curiga.

"Pengen tahu aja. Katanya nolak dia tapi kok jalan bareng."

Mika menatap ke depan mengamati Mike yang sedang mengoper bola ke arah Rio. Tidak ada Dani di sana karena dia bukan anak futsal. Tapi entah kenapa pikirannya jadi curiga kalau-kalau laki-laki itu sedang jalan dengan Gladis. Sebeb perempuan itu juga belum kelihatan batang hidungnya.

"Kayak ada bau gosong tapi bukan masakan Mama gue," kata Mika seraya mendengus sekitar tubuh Via.

"Kayak ada yang rindu tapi bukan Milea," kata Via tidak ingin kalah.

"Sialan!"

Assalamualaikum

Update lagi wkwk. Aku bakal up dua kali kalau kalian bom komen sama kasih vote.

Bosen gak sih kalian? Kok berasa garing gitu hehe.

Jogja | 16 Oktober 2020 | 19.00

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro