35. Two Couple

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Lagu di atas cocok buat part ini. Bagus huhuhu. Btw, part ini banyak, ya. Lebih dari 1k kata.

🎶 Perfect Two - Auburn

Ini bukan akhir melainkan awal. Awal dari kebahagiaan atau bencana?

-MIVI-

Setelah dua hari lamanya mereka camping, kini hari ini adalah hari terakhir mereka. Besok mereka sudah harus berkemas dan kembali pulang. Tidak, sebenarnya mereka tidak benar-benar pulang. Ada agenda lain yang akan mereka lakukan. Apalagi kalau bukan jalan-jalan mengelilingi kota yang dijuluki sebagai kota Pelajar ini. Sudah jauh-jauh sampai di sini masa tidak berjalan-jalan sama sekali.

Selama dua hari itu pula Gladis sangat gencar mendekati Mike. Berbagai cara dia lakukan agar laki-laki itu mau meliriknya kembali, seperti beberapa tahun lalu. Tak hanya Mike yang jengah, melainkan juga beberapa anak futsal.

Seperti, seharusnya Mike menghabiskan waktu bersama mereka karena ini memang acara anak futsal tapi hal itu malah kacau saat tiba-tiba Gladis datang menghampiri Mike. Memang benar-benar perempuan itu tidak tahu sikon dan kondisi. Beberapa teman Mike juga secara terang-terangan menatap Gladis tidak suka. Malah kerap kali ada yang bicara kalau mereka setuju jika Mike berpacaran dengan Via, bukan dengan Gladis. Hal itu pula yang menambah rasa benci Gladis pada Via.

Nanti malam akan ada pesta api unggun. Bukan api unggun yang besar, hanya kecil untuk menghangatkan tubuh. Sebenarnya juga setiap malam begitu tapi malam ini semua wajib berkumpul. Selain berkumpul, katanya nanti akan ada pertunjukan istimewa dari Brian dan Mike. Tidak tahu akan ada apa.

Biasanya hanya beberapa orang yang ikut mengelilingi api itu, kaum perempuan sesekali ikut tapi hanya sebentar. Selanjutnya mereka akan kembali masuk ke tenda bergosip ria dan memakan cemilan yang sengaja dibawa. Tentu saja tanpa adanya Gladis. Entah kemana perempuan itu.

Dua hari itu pula Mike malah lebih sering berada di tenda Via dan Mika. Kalau laki-laki itu datang, Mika lebih memilih untuk pergi ke tenda sebelah. Via jadi merasa sebal.

Seperti saat ini, Mike sudah ada di dalam tenda dan berbaring dengan ponsel di tangannya. Mika yang tadi akan pergi sudah terlebih dulu dicegah oleh Via. Dia melotot tajam dan dibalas dengan cengiran oleh Mika.

"Ngapain, sih lo tiap hari ke sini? Udah punya tenda sendiri-sendiri juga."

"Lo lagi kabur dari Cabe, ya?" tebak Mika yang langsung diberi anggukan kepala.

"Kalau gue di sini dia enggak bakal ngikutin. Emosi gue kalau liat muka dia."

"Emosi, emosi gitu juga dulu dia pacar lo. Enggak inget dulu yang pernah lo manis-manisin?" sindir Via yang tidak bermaksud apa-apa tetapi malah mereka salah paham.

"Ekehm, ada yang cembukor gengsi, nih." Mika menggoda Via yang sudah membekalkan mata.

"Tenang aja, gue udah enggak suka sama dia kok. Cinta gue cuma buat Via seorang."

"Acie ... acie Kak Mike udah bilang cinta-cintaan!" tiba-tiba saja Keyla sudah berada di depan pintu tenda sambil senyum-senyum tidak jelas. Suaranya cukup keras hingga Gladis yang tidak sengaja lewat bisa mendengar itu. Jangan tanya lagi bagaimana raut wajah dan perasaannya.

Via menggelengkan kepala dan menggoyangkan tangan ke kanan-kiri dengan kencang.

"Enggak, jangan dengerin Mike! Dia cuma bibirnya aja yang besar!"

Percuma saja karena Keyla sudah terlanjur percaya. Apalagi ditambah perkataan Mike selanjutnya yang bisa membuat Via pingsan di tempat karena kaget.

"Gimana bibir gue enggak besar kalau tiap hari lo nyosor gue?"

"Mike!"

Teriakan itu berhasil mendatangkan Jenny yang memang sedang berada di luar tenda. Sedang memasakkan mi instan untuk Brian.

"Kenapa?"

"Kak Jenn, ternyata Kak Mike sama Kak Via itu beneran pacaran. Buktinya katanya Kak Mike, Kak Via itu tiap hari nyosor terus."

Penjelasan Keyla membuat Jenny menatap Via horor tidak percaya. Terkejut sekali dia. Tapi masa iya saudaranya itu begitu.

"Enggak, Jenn. Jangan percaya sama mulut mereka!"

"Kalian kok mulutnya lemes banget, sih?! Mau gue tusuk terus masukin kulkas biar jadi kaku?!"

Mike buru-buru kabur keluar dari tenda dan berlari menjauh sambil terkekeh geli menyadari perkataannya tadi. Itu semua dapat dilihat oleh Gladis yang sedari tadi masih berdiri di tempat. Dia masih penasaran sejauh mana hubungan mereka--Mike dan Via. Dia hanya perlu memastikannya sendiri. Kalau sudah begini sepertinya dia harus segera cepat bertindak.

-MIVI-

Menjelang malam membuat udara menjadi semakin dingin. Kostum mereka sudah berganti menjadi pakaian hangat seperti jaket dan sweater yang tebal.

Beberapa anak futsal sedang duduk sambil menikmati coklat panas yang tadi sengaja dibuatkan oleh Via dan Keyla. Sedangkan Jenny dan Mika sedang membantu membawa beberapa makanan untuk mereka nikmati di sekitar api unggun. Gladis sudah duduk di depan api unggun sambil memakan cemilannya.

Mike dan Brian tidak kelihatan batang hidungnya sejak tadi pergi dari tenda Via. Jenny juga tidak tahu sewaktu ditanyai Rio tentang keberadaan kedua laki-laki itu. Keyla mendatangi Rio yang sebelumnya melambai meminta perempuan itu mendekat.

Tinggal Via, Mika, dan Jenny yang duduk di depan tenda sambil menikmati coklat panas ditemani beberapa makanan ringan bermicin.

"Suasana gini enak, ya? Bisa kumpul bareng, seru-seruan, dan liat aja mereka ..." Mika menunjukkan Rio dan Keyla menggunakan dagu, "malah asik mojok berdua."

"Bukan itu aja, sih. Seneng bisa tambah deket satu sama lain. Apalagi sama saudara galak dan barbar gue ini," kata Jenny dengan tangan yang sudah merangkul pundak Via. Mereka malah terkekeh bersama merasa aneh.

"Coba aja ada si Bocil, pasti tambah heboh tuh."

Bocil yang dimaksud Mika itu adalah Etlan. Walaupun mereka belum akrab tapi Mika kerap kali membuka akun Instagram David ataupun Liona hanya untuk melihat foto keponakan temennya.

"Kayaknya lo harus hati-hati, deh sama Gladis. Soalnya tadi waktu Mike ada di tenda lo, Keyla enggak sengaja liat dia. Mukanya itu merah banget, keliatan banget kalau dia benci sama lo."

Via menatap Jenny di sampingnya. Dia kembali menatap ke depan mengamati beberapa teman-teman yang sedang menambah kayu agar api tetap menyala.

"Gue tahu kok."

"Lo ada rasa enggak, sih sama sepupu gue? Jangan bilang enggak, dari tingkah sama sikap lo ke dia itu udah beda banget." Mika menyeruput coklat panas beberapa kali.

"Gue enggak tahu."

"Kok gitu?" tanya Jenny yang kurang puas akan jawaban saudaranya.

"Ya, gue enggak tahu. Lagian gue juga udah nyaman kayak gini. Dia baik ke gue, bahkan gue minta apa aja bakal dikasih sama dia. Gue habisin uang dia atau recokin dia yang lagi sibuk atau kumpul sama temennya, dia enggak marah."

"Karena dia anggap lo istimewa, Sayangkuh Via!" Mika benar-benar sudah sangat gemas dengan temannya yang satu ini.

Jenny memilih tertawa saja melihat kegemasan Mika pada Via. Dari kejauhan mereka bisa melihat Mike dan Brian yang baru saja datang bergabung. Di tangan Brian sudah ada sebuah gitar dan satu buah lollipop.

Mata kedua laki-laki itu seakan sedang mencari sesuatu. Ketika tidak menemukannya, Mike langsung bertanya pada Keyla yang duduk bersandar di dada Rio. Tangan Keyla menunjuk depan tenda yang terdapat Via, Mika, dan Jenny.

Ponsel Via bergetar dan segera mengambilnya.

Mike 🐒

Dateng ke sini cepet. Ajak yang lain juga buat kumpul.

Via menunjukkan pesan itu pada Jenny dan Mika. Mereka bangkit dan membawa beberapa makanan ringan. Jenny langsung disambut dengan ukuran tangan Brian, begitu pula Via yang langsung mendapat rangkulan hangat dari Mike. Teman-temannya banyak yang bersorak menggoda. Lain halnya dengan Gladis yang sudah berdecak tak suka.

Mereka berjalan menghampiri Rio dan Keyla. Duduk melingkar mengelilingi api unggun.

"Hari ini adalah malam terakhir kita di sini. Gue minta kalian kumpul bukan cuma sekadar buat ngobrol atau makan marshmellow. Ada sesuatu yang mau gue sama Mike ungkapin pada kalian."

Perkataan Brian sukses membuat seluruh pasang mata menatapnya penuh tanya. Beberapa yang sedang membakar marshmellow ikut menatap sambil sesekali melirik makanannya.

"Tenang aja, bukan hal serius kok. Tapi bagi gue serius dan penting," lanjutnya dengan diakhiri kekehan.

"Apa, sih lo, Bri?"

"Enggak jelas banget!"

Brian menoleh dan menatap Rio dengan mengedipkan mata. Seakan paham, Rio malah balas tersenyum lebar membuat Keyla menatapnya ngeri.

"Gue bawa gitar, ada yang mau request lagu, enggak? Tapi gue lagi enggak pengen ada yang request, gimana dong?"

"Ye, sa ae dah lo, Bang!"

"Percuma, anjir!"

"Enggak usah ngomong! Bikin tambah banyak polusi udara!"

Masih banyak lagi hujatan yang ditunjukkan untuk Brian. Masa bodoh. Dia malah mulai memetik senar gitarnya dan mulai menyanyikan lagu milik Budi Doremi yang berjudul tolong. Mike ikut bernyanyi bersama Brian. Merek berduet layaknya penyanyi profesional.

Semua hanyut dalam lagu. Tidak terkecuali Via dan Jenny yang kebetulan duduk bersebelahan.

Kurasa 'ku sedang jatuh cinta
Karena rasanya ini berbeda
Oh, apakah ini memang cinta?
Selalu berbeda saat menatapnya (hu)

Awal bait tatapan Mike jatuh pada Via, begitu pula dengan Brian yang sudah menatap Jenny begitu dalam.

Mengapa aku begini?
Hilang berani dekat denganmu
Ingin 'ku memilikimu
Tapi aku tak tahu
Bagaimana caranya?

Mereka memutus kontak dan tersenyum menatap teman-temannya satu persatu. Mika menyenggol lengan Via.

"Kayaknya bakal ada yang jadian abis ini," bisik Mika sambil melirik Jenny yang pipinya sudah bersemu merah. Via pun sama tapi Mika diam saja takut kalau temannya itu malah kabur karena malu tertangkap basa sedang baper. Diam-diam tangannya mengambil kamera yang tadi dipinjam Keyla.

Tolong katakan pada dirinya
Lagu ini kutuliskan untuknya
Namanya selalu kusebut dalam doa
Sampai aku mampu
Ucap maukah denganku

Sampai pada lirik itu tiba-tiba Mike bangkit dan menarik Via untuk berdiri sambil terus bernyanyi. Brian mengikuti Mike dan menjeda permainan gitarnya guna menarik Jenny untuk berdiri.

Mereka berempat sudah berada di tengah-tengah lingkaran teman-temannya. Mike menggenggam tangan Via sesekali mengusap punggung tangan perempuan itu. Brian menatap Jenny dalam masih terus memainkan gitarnya.

Via hanya bisa mematung sama halnya dengan Jenny yang tidak tahu harus berbuat apa.

Saat lagu akan berakhir tiba-tiba saja Rio berdiri diikuti Keyla. Laki-laki itu memetik gitar yang berada di samping tubuh kekasihnya. Keyla meneruskan lagu yang sempat Mike dan Brian nyanyikan.

Mika mengambil bunga mawar dari belakang tubuhnya. Melihat itu, semua teman-temannya ikut mengambil bunga mawar yang sengaja mereka sembunyikan. Di angkatnya mawar itu tinggi dan digoyangkan ke kanan-kiri mengikuti irama lagu.

Rio dan Keyla sudah berjalan mengitari api unggun dengan senyum yang lebar. Tersenyum menatap teman-temannya yang juga ikut bernyanyi.

Mike menatap Via dalam. Dia tahu kalau Via masih terkejut dengan ini semua. Apalagi dia yang tiba-tiba mengeluarkan satu buah permen lollipop dari saku belakang celana.

"Kaget, ya?" tanya Mike masih dengan senyum yang begitu manis.

"Gue emang bukan laki-laki yang romantis. Malah gue terkesan seperti laki-laki menyebalkan di mata lo, iya, kan? Semua ini atas dasar saran dan ide dari Rio dan anak-anak futsal lainnya."

"Jangan heran kenapa bawa lollipop bukan cincin atau bunga. Itu karena gue mau lain dari yang lain. Lo itu manis kayak lolipop ini, tingkah lo yang gengsi itu bikin gue gemes. Sikap malu-malu lo yang bikin gue diabetes tiap hari," lanjut Mike diakhiri dengan kekehan.

"Awalnya hanya gue yang akan ungkapin perasaan ke Jenny. Tapi liat Mike yang juga udah lama suka sama lo, akhirnya jadilah kita berempat ada di sini. Di tengah-tengah temen-temen kita, di hamparan pasir putih di Jogja," lanjut Brian.

"Di temani bintang dan rembulan yang akan menjadi saksi."

"Di saksikan banyak orang yang akan mengingat momen ini."

"Angin yang berbisik seakan menyetujui dan meminta untuk segera mengungkapkan semuanya."

Mike dan Brian berkata bergantian tanpa melepaskan tatapan mata mereka dari pujaan hati masing-masing. Bahkan genggam tangan mereka bertambah erat.

Kedua laki-laki itu berjongkok membuat Via dan Jenny terkejut bukan main. Apalagi tadi mereka sempat mendengar pekikan keras dari Mika yang juga pasti sedang terkejut.

"Aku tresno karo koe," kata Mike begitu dalm.

*Aku cinta kamu.

"Aku sayang dan cinta banget sama kamu. Ini adalah titik di mana kepastian itu akan ada," Brian menatap Jenny yang sudah meneteskan air mata.

"Gue udah bilang kalau gue bukan orang yang romantis. Bukan orang yang pandai berkata-kata. Tapi satu yang lo harus tahu kalau gue beneran sayang dan cinta sama lo."

"Kalau lo terima dan makan permen ini, berati lo terima gue jadi pacar lo."

"Kalau kamu terima dan buang permen ini ke tong sampah, berati kamu tolak aku." Brian melanjutkan perkataan Mike.

Rio dan Keyla berhenti bernyanyi dan menyoraki untuk segera menerima itu.

"Terima!"

"Terima!"

"Terima!"

Via menatap Mika yang sudah meneteskan air mata sambil mengangguk mantap. Tidak jauh berbeda dengan Jenny yang menangis terharu, Via pun sama. Dia menarik ingusnya yang akan keluar. Hal itu malah mengundang tawa dari Mike.

"Terima, enggak? Udah pegel, nih."

Via memukul tangan Mike dan langsung menyambar permen itu. Tanganya dengan terampil membuka bungkus kemasan dan langsung menggigit kecil.

Mike langsung berdiri terkekeh melihat tingkah Via yang malu-malu kucing di hadapan teman-temannya.

"Peluk!"

"Peluk!"

Tanpa aba-aba Mike langsung menari Via ke dalam pelukannya. Wajah Via benar-benar sudah merah seperti tomat busuk. Tidak jauh berbeda dengan Jenny yang menunduk malu saat tangannya terulur menerima permen itu. Dia membuka dan langsung memakannya di hadapan Brian.

Dua pasang itu berpelukan diiringi dengan sorak bahagia dan lemparan bunga mawar dari teman-temannya.

Rio dan Keyla kembali bernyanyi diikuti seluruh temannya. Mereka menyanyikan lagu kaulah kamuku milik Fatin Shidqia dengan masih sambil tersenyum lebar.

Assalamualaikum

Update lagi. Aku gak tau feel-nya dapat gak. Moga aja dapet, huhu.

Nih, siapa kemarin yang komen minta mereka jadian? Pokoknya harus spam komen dong.

Jangan lupa vote sama bom komen buat part ini.

Jogja | 27 Oktober 2020 | 08.08

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro