Bab 23 Terbongkar II

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Abel dan Yuri pergi ke kafe untuk arisan bersama teman-temannya. Di hari libur seperti ini, sengaja Yuri mengajak Abel untuk menghilangkan kepenatan akibat minggu lalu yang dengan sengaja Devan menukar jabatannya dengan Abel.

Yuri tidak habis pikir, bagaimana perasaan Devan saat menerima persyaratan dari Roni dengan imbalan Adiknya. Apa dia pikir Abel bisa di tukar tambahkan? Apa Abel semacam barang?

Di mal Kemang, Yuri bersama teman-temannya menceritakan anak-anak mereka yang telah sukses meniti karier. Ada juga yang telah memiliki cucu. Abel yang mendengarkan hanya tersenyum dan manggut-manggut.

Dengan baju dresscode warna merah, Abel tampak seksi dengan dress yang ia kenakan. Out-off shoulder dress sepanjang bawah lutut, tas selempang warna emas, dan riasan wajah yang cocok dengan baju yang Abel kenakan sangat cantik.

Ada salah satu teman Yuri yang mengajak bicara Abel. Namanya Tika. Ia memiliki anak laki-laki yang sudah mapan, dan belum menikah. Berniat ingin menjodohkan pada Abel namun Abel menolak.

“Bagaimana kalau kenalan dulu sama anak tante, Sayang?” bujuknya sambil menggenggam tangan Abel.

“Maaf, Tante. Abel sudah punya pacar.”

“Hey, Jeng. Anak eike udah mau tunangan sama pacarnya. Jangan dibujuk-bujuklah,” tegur Yuri.

“Barang kali masih mau belok, Jeng. Kan lumanyun punya keturunan bidadari kayak anak Jeng Yuri.”

“huuuuu, apalah apalah. Anak eike emang cantik kayak bidadari seperti emaknya,” ucap Yuri lebay.

Abel merasa pusing mendengar ucapan para ibu-ibu arisan yang lebay dan pamer. Mereka seperti merasakan masa puber yang bukan pada masanya.

“Perhatian semuanya,” ucap Ketua Arisan, Jeng Hani. “Nanti di kocok, yang muncul harap traktir eike, yes.”

“Huuuuuu,” sorak semuanya.

“Okey. Bulan depan acara arisan mau dimandose?” tanya Jeng Hani pada semuanya.

“Di kafe sini lagi aja, Jeng. Irit bensong.”

“Di Kafe daerah Tebet, aja!”

“Di daerah Senopati juga cakep-cakep kafenya. Apalagi brondong-brondong pelayannya,” jawab Jeng Yeni, yang paling muda di antara semuanya.

“Yaudin, karena waktu yang kita punya sedikit. Ada yang sok sibuk mau go jadi dipercepat, aja, ya? Nanti bisa dibahas di grup.”

Semua pada serius menanti siapa yang akan mendapat arisan kali ini. Arisan yang diikuti sepuluh orang, seperti pasar ketika sudah kumpul. Saling membicarakan temannya dan gosip yang sedang beredar.

“Iyes. Jeng Ayu dapet, Jeng. Nanti traktir eike nonton, ya!” Jeng Hani mengedipkan matanya pada Jeng Ayu.

“Mah, arisan selesai jam berapa? Ini udah jam tiga sore lho.” Abel merasa tidak betah bersama ibu-ibu abg yang baru masa puber. Tadi tiba di kafe sekitar jam sebelas siang.

“Bentar lagi, Sayang.”

Yuri tampak berbeda ketika berbicara dengan anaknya dan teman-temannya. Seperti anak SMA, yang lagi puber. Abel hanya geleng-geleng mendengar mamahnya seperti anak SMA.

Abel pamit pada Yuri ingin ke toilet. “Mah, Abel ke toilet sebentar, ya?” Yuri mengangguk dan berbicara pada temannya lagi.

Setelah selesai dari toilet, Abel melewati satu ruangan yang di pojok dan sedikit tertutup jika dari arah luar. Abel melihat seseorang yang ia kenal sedang bercumbu mesra dengan seorang wanita. Abel tidak terkejut lagi jika memang Roni seperti itu pada wanita lain.

Abel menceritakan pada Yuri perihal yang baru saja ia lihat. “Mah, Abel lihat Roni di sini,” bisiknya.

“Di mana? Sama siapa? Temen kerjanya?”

“Bukan. Ayo, kita pulang.” Abel telah bersiap untuk pulang. “Tuh, Roni,” tunjuk Abel dengan dagunya ke arah pintu keluar.

Roni berjalan dengan kekasihnya yang saat itu ada di layar ponselnya. Tangannya memeluk pinggang Si wanita, dan tangan satunya berada di saku celana. Yang wanita pun juga memeluk pinggang Roni. Terlihat seperti pasangan yang sempurna nan romantis.

“Bentar, tunggu di sini!” Yuri berjalan cepat ke arah Roni, dan memotretnya setelah dekat. Untuk bukti pada Jordan bahwa Roni memang bukan yang terbaik untuk Abel.

Dengan membalik badan Roni, dan langsung menamparnya. Yuri tampak sangat emosi. Anaknya yang menjadi barang tukaran, ternyata bukan satu-satunya wanita yang dicintainya. Lelaki buaya darat itu telah menduakan anak gadisnya. Untungnya kejadian ini terjadi sebelum pernikahan digelar, bagaimana jika mereka sudah menjadi suami istri?

Mengingat itu, Yuri tidak sanggup membayangkan bagaimana perasaan anaknya yang terpaksa menikahi lelaki brengsek seperti Roni.

Yuri sangat menyesal kenapa membiarkan suaminya mengizinkan pria brengsek seperti Roni untuk menimangnya. Terlebih pada Devan, sebagai seorang kakak dengan tega membiarkan adiknya seperti sebuah barang.

“Tante,” ucap Roni pelan.

“Hey, apa-apaan ini? Maaf, Anda siapa?” tanya Si wanita itu.

“Saya, Ibu dari yang anak ini ajak nikah,” tunjuknya pada Roni. “Dan kamu wanita simpanannya atau siapanya? Atau wanita ke berapanya?” Dengan nada tinggi, membuat para pengunjung melihat kejadian memalukan ini.

“Apa?” Wanita itu melihat ke Roni, seperti meminta penjelasan. “Jelasin, Sayang. Apa bener yang dibilang Ibu ini?”

Roni gelagapan. Seperti tikus yang tercebur got. Mau pergi tapi sudah terlanjut ketahuan. Ia tidak ingin memutuskan hubungannya dengan Abel, tapi juga tidak ingin putus dari kekasihnya ini.

“Bukan, Sayang,” jawab Roni terbata-bata.

“Oh, bukan kamu bilang? Jangan pernah datang ke rumah saya lagi! Saya enggak sudi punya menantu seperti kamu. Amit-amit.” Yuri langsung melenggang masuk ke kafe, untuk mengambil tasnya. Abel yang sudah siap untuk pulang sudah berdiri di belakang Yuri sedari tadi.

Tanpa banyak kata, setelah berpamitan dengan teman-temannya, Yuri mengajak pulang Abel dan mendahului Roni yang terlihat kalang kabut.

Roni sendiri tidak menyangka akan bertemu dengan calon mertua di kafe langganannya yang sedang berkencan dengan wanita lain.

Ini adalah kehancurannya. Tidak mendapat Abel, dan juga tidak bisa memacari kekasihnya lagi. Pacarnya telah meminta putus saat itu juga. Roni menyesal karena ia telah mengincar Abel sejak masih duduk di bangku SMP, saat Roni masih kuliah bersama Devan. Penyesalan selalu datang di akhir.

#Tbc

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro