Maid For A Week - TsukiYama

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Dentingan peralatan makan perak dengan partikel keramik piring memecah keheningan di ruang makan mewah berdinding creame pagi itu. Seorang pemuda pirang dengan perawakan tinggi mengelap mulutnya dengan anggun. Kemudian menatap rendah dengan seringai menghiasi wajah rupawan milik si pemuda kacamata, atensinya tertuju kepada sosok manis pemuda tan yang berdiri di depannya dengan senyuman palsu.

"Payah sekali. Kau sungguh payah dalam menyajikan hanya barang segelas teh, Yamaguchi."

Pemuda sekolah menengah atas yang akrab dipanggil Yamaguchi menahan jengkel. Meski wajahnya tetap tersenyum manis seperti biasa, tapi dalam hatinya ia sungguh ingin meninju wajah ganteng 'majikan'nya setengah mati. Ocehan sang majikan membuat kupingnya sakit, tapi dibandingkan hal itu Yamaguchi lebih sibuk dengan seribu satu cara di otaknya untuk segera keluar dari kediaman ini. Jika berlama-lama disini ia akan gila sebelum waktunya!

Maid For A Week

Haikyuu!! © Haruichi Furudate
Tsukishima Kei x Yamaguchi Tadashi
.
.

Nampak seperti sebuah cerira klasik biasa dimana hari seorang tokoh utama dimulai dengan dering alarm dan wangi masakan buatan ibunda tersayangnya. Setelah itu ia akan mandi dan sarapan bersama keluarga dengan tenang dan damai, berangkat sekolah menikmati indahnya pagi sambil mendengarkan nyanyian merdu burung-burung yang bertengger di pepohonan.

Tapi jangan harap hal itu terjadi, ayam jantan masih merem dan surya masih ogah untuk timbul dari ufuk timur. Keluarga sederhana pemilik keturunan warna hijau yang tidak biasa untuk sehelai rambut ini sudah ribut selayaknya induk ayam yang sedang bertelur, bertelur satu ribut sekampung. Terhitung jam setengah lima pagi mereka sudah meramaikan suasana pagi, harap-harap nanti tidak ada tetangga yang protes.

"Tidak! Kenapa harus aku?!"

"Karena memang cuma kamu yang bisa Tadashi!!"

Anak tunggal keluarga Yamaguchi, masih dengan rambutnya yang belum tertata dengan rapih dan piyamanya yang berantakan memasang raut tidak setuju. Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Pagi ini tiba-tiba saja orang tuanya dengan pakaian rapih dan koper yang sudah siap di depan pintu rumah mereka. Kamar seorang Yamaguchi Tadashi diketuk dengan tempo cepat membuat ia mau tidak mau memaksa matanya untuk terbuka dan bangkit dari pulau kapuk.

"Tunggu sebentar bu! Dengar aku masih separuh nyawa, dan ibu sudah menggedor kamarku, lalu aku yang polos dan tidak tau apapun ini langsung mendapat info bahwa aku sekarang bekerja sebagai pelayan keluarga Tsukishima?? Sebenarnya apa yang terjadi? Ini bukan karena ekonomi kita yang menipis jadi ibu menjualku sebagai budak 'kan??" Tanya Tadashi bertubi-tubi. Ibunya menggeleng cepat berusaha menjelaskan.

"Tidak! Tidak seperti itu! Dengarkan ibu dulu! Begini..." Tadashi mendengarkan ibunya dengan seksama, walau ia masih setengah jengkel karena seperti yang dikatakan olehnya di paragraf sebelumnya. Bangun tidur ia langsung mendapati dirinya menjadi pelayan di keluarga Tsukishima yang merupakan pemilik perusahaan besar yang sangat berpengaruh dalam ekonomi negara. Kalau hanya menjadi tukang cuci piring tidak masalah, tapi ini menjadi pelayan pribadi si bungsu Tsukishima Kei.

Bukannya si bungsu itu jahat atau bagaimana, namun Tadashi hanya tidak menyukai sifatnya yang memang sulit diterima publik. Egois, seenaknya sendiri, sarkastik. Meski begitu entah mengapa ia sangat populer dikalangan cewek centil dan cowok submisive. Aura orang kayanya dan didukung oleh postur tubuh yang tinggi dan atletis, dan sifat dominannya itu membuat semua orang ingin menjadi pengikutnya. Kalau Tadashi sih ogah mengikuti orang seperti itu, sifatnya jelek, entah mengapa di mata Tadashi seorang Tsukishima Kei itu tidak lebih dari orang modal tampang dan uang lalu mendapatkan peringkat pertama siswa dengan nilai tertinggi dan menjabat sebagai wakil ketua OSIS di tahun pertama melewati orang dalam, istilahnya 'beli kursi.'

Kedua orang tua Tadashi bekerja di perusahaan yang dimiliki oleh keluarga itu, dan mereka adalah bawahan langsung dari Tsukishima. Karena itulah kenapa anaknya tidak sekalian? Tidak, tidak seperti itu kok alasannya. Kedua orang tua Tadashi akan pergi dinas luar kota. Tadashi anak tunggal dan tidak memiliki saudara, dan kedua orang tuanya berkarir dan pergi dinas luar kota seperti ini bukanlah pertamakali, satu-satunya saudara yang tinggal dekat dari rumahnya hanyalah kakak sepupunya Shimada Makoto. Biasanya kalau kedua orang tuanya pergi seperti ini Tadashi seringkali menginap di rumah Shimada. Namun kali ini berbeda.

"Biasanya Nyonya Tsukishima berada di rumah menemani Kei, tapi kali ini perjalanan dinas cukup jauh karena itu nyonya harus menemani suaminya. Karena anak pertama mereka Akiteru kuliah di luar negri Kei tinggal sendiri di rumah seluas itu." Jelas ibu Yamaguchi dengan jelas pada Tadashi.

"Apa bedanya denganku kalau begitu? Lagian bagaimana dengan pelayan rumah mereka?? Biasanya dengan rumah sebesar itu tidak mungkin jika mereka tidak memiliki setidaknya 10 pelayan!" Ujar Tadashi. Ia tidak menemukan hal penting dari alasan-alasan keluarga Tsukishima dan keluarganya untuk menjadikannya pelayan pribadi si bungsu.

"Memang tapi... Pelayan pribadi Kei sedang sakit sudah agak lama sekitar seminggu lalu dan sampai saat ini belum sembuh juga. Sedangkan Kei hanya menyukai pelayan pribadinya saja..." Alasan yang dibuat-buat itu membuat Tadashi semakin jengkel. Banyak maunya banget anak itu. Sudah egois banyak maunya lagi, Tadashi tak habis pikir dengan si bungsu keluarga Tsukishima yang nantinya akan dijadikan penerus utama perusahaan keluarganya nanti.

Heran sekali Tadashi dengan keputusan orang tua keluarga kaya itu. Padahal reputasi kakak pertama itu sangat baik, jika yang ia lihat di internet Tsukishima Akiteru selaku anak pertama itu sangat ramah bintang lima. Namun ia tidak sengaja melakukan kesalahan dalam sebuah bisnis yang membuat keluarga tersebut dirugikan. Hanya kesalahan kecil begitu saja warisan perusahaan langsung dipindahkan ke si bungsu. Tadashi tidak bisa memikirkan bagaimana rasanya menjadi si kakak. Jika ia yang berada di posisi tersebut mungkin ia sudah frustasi berat dan menyimpan dendam pada keluarganya sendiri.

"Tolonglah Tadashi! Nyonya Tsukishima sudah mempercayakan hal ini kepadamh maka harus kau lakukan!" Bujuk ibunya dengan tangan yang ditangkupkan di depan wajahnya. Tadashi menimbang-nimbang, tapi pada dasarnya ia memang tidak mau. Siapa juga yang mau menjadi pelayan pangeran egois seperti Tsukishima Kei? Namun melihat ibunya memohon kepadanya ia merasa tidak enak.

"Bagaimana jika aku menolak?" Tanya Tadashi.

"Ayah dan ibu bisa dipecat!" Seru ibunya, ia terkejut mendengar hal itu. Jelas ia tidak mau jika kedua orang tuanya dipecat dari pekerjaan yang sudah di geluti mereka selama 25 tahun. "Tolonglah Tadashi! Ini hanya sampai satu minggu dan Tsukishima sudah membayar gajimu dengan sangat layak bahkan terlalu layak, ditambah uang jajanmu tiap hari sepuluh kali lebih banyak dari yang biasa ibu berikan padamu!"

Wah, kalau seperti itu mah bisa dibicarakan baik-baik.

"Baik-baik! Oke ibu, Tadashi mengerti, oke aku akan menjadi pelayan pribadinya tapi sesuai janji hanya untuk seminggu!" Terima Tadashi pada akhirnya. Wajah ibunya kembali berseri, ia menepuk-nepuk pundak anak laki-laki semata wayangnya sengan semangat dan mengatakan bahwa ia sudah membuat sarapan untuk anaknya, kemudian ia melenggang pergi dengan suaminya keluar rumah membawa koper yang sudah siap sejak tadi.

Tadashi membalas lambaian tangan ayah dan ibunya dari taxi sambil menutup pintu. Ia mendapat pesan dari ibunya untuk pergi ke rumah Tsukishima sepulang dari sekolah saja. Karena tugasnya menjadi pelayan baru akan dimulai malam nanti.

"Yah, jika mereka sudah membawa koper dan memesan taxi untuk buru-buru pergi seperti itu. Berarti memang tidak ada alasan bagi mereka untuk menerima penolakanku..." Gerutu Tadashi sambil balik memasuki kamarnya.

Dengan begini, segala kesialannya, dimulai dari sekarang!

Yamaguchi menopang dagunya, ia memelototi langit-langit kelas dan mencibirnya. Padahal langit-langit itu tidak salah apa-apa. Ia hanya ingin memiliki suatu objek yang bisa ia pakai untuk melampiaskan kejengkelannya. Pelajaran matematika yang seharusnya menjadi mata pelajaran yang paling ia sukai rasanya tidak semenarik langit-langit kelas hari ini. Ia mendelik pada suatu sosok yang terlihat sedang mendengarkan penjelasan guru di depan. Keliahatannya saja sih, Yamaguchi tau kalau manusia pirang berkacamata itu sebenarnya memasang earphone wireless dan sama sekali tidak mendengarkan pelajaran. Tapi kenapa ia tidak ditegur? Apa pengaruh sponsor itu memang sebesar itu?

"Yamaguchi!" Yamaguchi terlonjak saat mejanya di tebas oleh sebatang penggaris besi, syukur ia mengangkat tangannya. Kalau tidak mungkin sekarang tangannya sudah tidak pada tempatnya lagi. Tebasan penggaris itu tidak main-main apa lagi jika yang memegang penggaris itu Mori sensei selaku guru matematika. Tatapan tajam manik merah guru tersebut membuat Yamaguchi berkeringat dingin dan ingin kabur. Ia memang suka matematika, tapi dia tidak pernah bilang ia suka gurunya.

"Kerjakan soal di papan tulis, semuanya." Yamaguchi menerima kapur putih dengan tangan gemetar, ia pun beranjak ke depan papan tulis dengan tiga soal terpampang di hadapannya. Ia mencoba menenangkan diri beberapa menit. Barulah tangannya terangkat untuk menjawab soal tersebut satu persatu dari yang menurutnya paling mudah. Setelah selesai ia pun memberikan kapur tersebut pada gurunya. Beruntung matematika adalah mapel kesukaannya, tapi ia akui guru ini mengerjainya, ini materi kelas tiga SMA yang belum akan dipelajari di kelas dua.

"Bagus, tapi ini bisa disederhanakan lagi," komentar Mori sensei terhadap jawaban Yamaguchi. Sementara Yamaguchi hanya berpikir bahwa guru ini hebat sekali ya mencari-cari kesalahannya, padahal jawabannya sempurna begitu. "Lain kali jangan melamun. Mentang-mentang ujian kemarin dapat nilai sempurna."

"Baik sensei~" jawabnya ogah-ogahan. Seisi kelas berbisik dan tertawa, beberapa anak meremehkan Yamaguchi, mengungkit kesalahan kecil yang dibuatnya. Halah sok. Emangnya kalo kamu yang disuruh maju kamu bisa mengerjakan? Tidak ada yang mengapresiasi dirinya yang berhasil mengerjakan tiga soal sulit dengan jawaban tepat. Mereka semua hanya berfokus pada kesalahan kecil yang ia perbuat. Manik hijau tua miliknya bergulir sampai terhenti saat kedua pandangan bertemu. Yamaguchi mengerutkan alis saat memergoki seseorang yang nantinya akan menjadi tuannya memerhatikannya, namun saat ia menoleh Tsukishima Kei sudah memutuskan pandangan mereka. Yamaguchi memasang raut tanya, mengapa orang seperti Tsukishima Kei yang notabenenya makhluk kahyangan mau menatap seorang manusia gak laku seperti Yamaguchi Tadashi? Yah, terserah lah, selama itu tidak mengganggunya belajar tidak masalah.

Yamaguchi sukses melewati empat jam pelajaran pertama meski ia benar-benar terganggu dengan suatu hal, ia sering memergok Tsukishima sedang menatapnya saat pembelajaran. Entah saat ia duduk manis, atau presentasi kelompok, meski bukan ia yang membaca teks presentasi saat itu, pandangan mata Tsukishima tetap padanya.

Benar-benar.

Si Tsukishima itu punya masalah apa sih?

"Si Tsukishima itu sebenarnya punya masalah apa sih denganku? Ngajak berantem apa gimana??" Gerutu Yamaguchi sembari melahap makan siangnya. Pemuda bermata blueberry yang kebetulan sedang menikmati susu murni di hadapannya hanya bisa mendengarkan ocehan manusia hijau tentang 'si Tsukishima' yang ia sebut-sebut itu.

"Dari pada tentang orangnya, kau serius dipekerjakan sebagai pelayan pribadi Tsukishima?" Yamaguchi mengangguk, lokasi saat ini adalah kelas 2-3 kelas sahabat karib Yamaguchi sejak SMP, Kageyama Tobio. Yamaguchi menjabat sebagai Middle Blocker cadangan di tim Kitagwa Daichi. Meski hanya cadangan Yamaguchi dan Kageyama berlatih bersama dan Yamaguchi pun juga sering digunakan sebagai Pinch Server. Kageyama jauh lebih akrab dengan Yamaguchi dari pada Kindaichi atau Kunimi. Yamaguchi sama sekali tidak masalah dengan sifat diktator Kageyama, malahan dia yang bertanggung jawab menabok Kageyama saat sifat menyebalkannya itu kembali.

Dulu mereka bersama-sama ingin masuk ke Shiratorizawa, namun karena Kageyama tidak mendapat rekomendasi dan harus melalui ujian masuk yang soal ujiannya gila Kageyama pun gagal. Karena tau Kageyama pasti gagal Yamaguchi juga sengaja menggagalkan tes agar setia kawan. Padahal kalau Yamaguchi mah bisa setidaknya memenuhi kriteria ketuntasan minimal ujian masuk Shiratorizawa. Tapi pada akhirnya mereka di Karasuno juga.

"Begitulah kata orangtuaku. Sungguh kalau bukan karena upahnya yang lebih dari enam digit aku gak bakal mau menjadi pelayannya."

"Yah bagaimana pun kalau urusannya duit, bisa dibicarakan baik-baik." Setuju Kageyama, Yamaguchi mengacungkan jempolnya. Kemudian keduanya kembali pada makanan masing-masing dan buku catatan mereka. Benar saja, ujian akhir semester sebentar lagi akan dimulai, Kageyama meminta bantuan Yamaguchi untuk belajar sebelum ujian, setidaknya agar liburan musim panas nanti mereka berdua bisa main bareng dan tidak perlu memikirkan pelajaran tambahan.

Sudah banyak rencana yang mereka nantikan untuk liburan, mulai dari mereka mau mengumpulkan uang dengan bekerja sambilan di kolam renang. Mereka juga berencana marathon anime dari pagi sampai malam sembari menginap di rumah Kageyama. Orang tua Kageyama berencana pulang kampung dan Kageyama ditinggal bersama kakaknya. Yah, kalau tambah satu anggota lagi dalam rumah yang hanya diisi dua orang tidak masalah bukan? Mungkin nanti mereka juga akan menggoda cewek saat pergi ke pantai nanti. Asek.

"Dua hari lagi ujiannya 'kan?" Yamaguchi melihat kalender di gawainya, sekarang hari jum'at. Sabtu dan minggu lewat mereka akan mengadakan ujian.

"Haaahh... Aku sama sekali gak paham sama bahasa inggris tau. Orang jepang tidak bicara bahasa inggris, mengapa kita harus mempelajarinya?" Tanyanya frustasi, Yamaguchi yang juga tidak pandai bahasa inggris hanya bisa menghela napas.

Manik biru Kageyama bergulir sampai menangkap sosok pirang di depan kelas 2-3 sedang mengobrol dengan orang lain. Lampu imajiner pun menyala di atas kepala manusia maniak voli tersebut. "Yamaguchi sono minta Yachi-san untuk mengajar kita."

Yamaguchi melotot saat nama sosok manejer voli Karasuno disebut. Mana Kageyama acara menyikut dirinya. "Lah, yang mau diajarin siapa yang minta ke dia siapa??"

"Gapapa ayok, sono, itu Yachi-san lagi sama Miyamizu-san ngobrol depan pintu. Ayok sono!"

"Ih bego, jalan sendiri dong! Dasar gak inisiatif!"

"Alah gausah malu-malu,"

"Bacot banget sumpah." Kageyama nyengir kuda, seneng banget rasanya sukses menggoda Yamaguchi. Bener banget kalau kalian nebak Yamaguchi Tadashi itu sedang naksir cewek, manejer voli Karasuno yang imut-imut bernama Yachi Hitoka itu ternyata yang berhasil mengambil hati seorang Middle Blocker nomor 12 Karasuno.

"Aku panggilin ya,"

"Bego, Kageyama bego, gak kuajarin MTK lagi mampus!"

"Gapapa, Yachi-san juga jago MTK." Kageyama beranjak dari duduknya sementara Yamaguchi mencak-mencak, dia salting, bukan karena apa-apa. Yamaguchi yang takut Kageyama ngomong yang engga-engga ke Yachi, beranjak dan ingin membawa Kageyama balik ke kelas lalu melabraknya. Gak sih bercanda. Yang jelas Yamaguchi gak mau Kageyama membocorkan rahasia cintanya.

"Yachi-san!! Tadi Yamaguchi bilang..."

"Kageyama bacot diam kau!" Yamaguchi menarik kerah leher gakuran Kageyama dan tangan satu lagi ia pakai untuk membekap mulut setter jenius itu, sementara Yachi hanya planga-plongo tidak mengerti apapun. Teman-temannya Yachi sih nampak menikmati, soalnya Yamaguchi dan Kageyama itu lumayan famous juga karena mereka pemain voli Karasuno yang menjadi peringkat ke-4 tim voli terkuat di Miyagi.

"Yacchan~ Yamaguchi-kun mau ngobrol sama kamu itu~" goda salah satu temannya.

"Ehh? Yamaguchi-kun, mau ngomong apa?" Teman-teman Yachi terkikik mengetahui kalau Yachi sepolos itu bahkan sampai tidak menyadari kalau Yamaguchi sedang bersusah payah menahan dua hal, salting dan Kageyama.

"Engga! Engga ada apa-apa kok Yachi-san! Hahaha iya tadi Kageyama bilang mau minta ajarkan bahasa inggris, 'kan sebentar lagi ujian! Makanya aku dan Kageyama mau minta tolong...!!" Jawab Yamaguchi gagap, Kageyama dalam bekapan Yamaguchi cuma bisa menahan tawa. Ia berontak mencoba melepaskan diri dengan menggigit tangan Yamaguchi.

"Bukan itu Yachi-san! Yamaguchi bilang saat liburan musim panas nanti Yama mau mengajakmu ken— hmmmppphh!!!" belum sempat Kageyama menyelesaikan kalimatnya, mulutnya sudah di sumpal sandwich buah oleh Yamaguchi.

"Cuekin aja manusia ini ya Yachi-san dia kebanyakan main voli makanya otaknya miring!"

"Tidak Yachi-san itu benar Yama ingin kencan bersama— hmph! Yamha aghu udah kenhangh gauhah dikahih mahan hahi bhehoo!!"

"Kageyama-kun masih kurang ya makannya?? Ini aku ada roti melon ayo dimakan!!" Yamaguchi menyumpal mulut Kageyama lagi kali ini dengan roti melon. Kageyama berontak, aksi mereka mengundang tawa Yachi dan kawannya.

"Ada keributan apa ini?" Yamaguchi dan Kageyama langsung terdiam, Yachi dan kawan-kawannya langsung menoleh pada dua sosok pemuda yang berdiri tegap di ujung lorong. Yamaguchi melepaskan kerah leher Kageyama, begiru pula Kageyama yang tetap menghabiskan roti melonnya meski sudah kenyang.

Musik imajiner yang kesannya sangatlah royalty dan anggun melatar belakangi kedua pemuda yang berjalan dari ujung lorong. Pemuda kacamata dengan badge OSIS di gakuran hitamnya bersama dengan lelaki yang lebih pendek darinya namun tidak menghilangkan kesan wibawa anak OSIS meski Yamaguchi sendiri gak tau yang namanya wibawa anak OSIS itu seperti apa. Entah mengapa Yamaguchi tidak pernah menyukai anak-anak OSIS. Jika ditanya alasannya bukannya sudah jelas kalau kebanyakan anak OSIS itu sok.

Sok benar, sok tau, sok lah pokoknya. Dikarenakan mereka yang memegang kendali siswa dan menjadi wakil siswa mereka jadi sangat sombong. Mungkin ada yang ramah, tapi Yamaguchi sama sekali belum pernah menemukan anak OSIS yang tidak seenaknya padanya.

Dendamnya kepada anak OSIS dimulai saat Karasuno kalah dan Aoba Johsai di turnamen interhigh kemarin. Karasuno sedang dimasa terpuruknya, bahkan kapten mereka juga menangis frustasi dalam diam. Kageyama dan Yamaguchi bertengkar menyalahkan diri sendiri, Yachi sampai tak tau harus apa untuk menolong mereka. Ia hanya bisa menenangkan mereka dan berharap agar Yamaguchi dan Kageyama cepat berbaikan.

Disaat seperti itu anak OSIS datang. Bukan membawa semangat agar Karasuno bisa bangkit dan berjuang kembali, melaikan kata menyakitkan menyulut amarah.

"Kalian pikir siapa yang memperbolehkan kalian melakukan latihan training camp di area sekolah selama liburan?"

"Kalian pikir siapa yang memberikan anggaran klub agar klub ini tetap berjalan?"

"Kalian pikir siapa yang meminta izin kepada kepala sekolah untuk berlatih tanding ke sekolah lain dan mengikuti turnamen?"

"Kami semua. Sedangkan kalian sama sekali tidak memikirkan hal itu, kalian hanya memikirkan bagaimana olahraga yang tidak menjamin masa depan kalian itu dilihat oleh orang yang bahkan entah mereka peduli atau tidak."

"Kalian bahkan tidak bisa membalas kebaikan kami dengan memenangkan pertandingan membawa piagam untuk sekolah. Kalau begitu apa gunanya kalian?"

"Hentikan saja. Kalian tidak perlu mengikuti turnamen musim semi."

Jika Yachi tidak memohon menghentikan kedua pemuda itu mungkin Yamaguchi dan Kageyama benar-benar tidak mengikuti turnamen musim semi dikarenakan skors. Yamaguchi dan Kageyama memang sudah hendak menonjok wajah sok benar dan sok paling terugikan dari ketua sekbid 4 OSIS yang berkewajiban mengawasi dan mewakili ekstrakurikuler voli.

Dan kalau tidak salah sih, ketua sekbid 4 itu adalah calon majikan Yamaguchi Tadashi. Benar, Tsukishima Kei yang katanya ganteng itu.

Dan sekarang orang yang menengahi keributan yang sedang terjadi di depan pintu kelas 2-3 adalah Tsukishima Kei si wakil ketua OSIS sekaligus ketua sekbid 4 yang hari ini bertugas patroli mencari siswa-siswa yang bolos pelajaran. Padahal secara tidak langsung mereka juga bolos pelajaran.

Kelereng amber itu bertubrukan langsung dengan jade indah milik Yamaguchi. Keduanya saling memandang tidak suka dengan alis Yamaguchi yang menukik ke bawah, berlawanan dengan Tsukishima yang justru menaikkan alisnya.

"Dilarang berisik di lorong, kau akan mengganggu pembelajaran siswa lain." Ujar Tsukishima dengan nada rendah pada Yamaguchi. Perempatan imajiner di dahinya semakin jelas. Jujur saja dengan kehadiran manusia jangkung ini sudah membuatnya tidak nyaman.

"Hah? Walaupun ini masih jam istirahat?" Jawabnya dengan pertanyaan bernada sindiran.

"Ujian sebentar lagi akan dimulai, hargailah mereka yang sedang mati-matian belajar bahkan saat jam istirahat Yamaguchi-san." Balas Tsukishima tak mau kalah.

"Ohh misalnya orang-orang seperti kalian yang dispen saat jam pelajaran ya? Kalian mengganti jam belajar kalian di jam istirahat. Wah, rajin sekali ya!" Ujar Yamaguchi. Kali ini perempatan imejiner berpindah ke dahi lebar Tsukishima. Kalimat anekdot Yamaguchi nampaknya mengenai hati Tsukishima dan grafik 'rasa ingin menabok' pun meningkat drastis.

"Benar sekali! Karena itu, Yamaguchi-san bukannya anak kelas 2-4 ya? Tidak seharusnya disini bukan?" Tsukishima memasang senyum manis meski dibalik badanya aura gelap menyelimuti.

"Yah, memang sih, aku cuma ingin bercanda dengan sahabat karibku saja. Kalau begitu dah~ Kageyama aku balik ke kelas dulu ya!" Yamaguchi menghindari debat dengan mengiyakan perkataan Tsukishima. Padahal mah bisa saja dia balik menjawab, Tsukishima juga anak kelas 2-4 tidak seharusnya disini, bahkan ada Yachi yang kelas 2-5, ada senpai yang sedang bercanda dengan kouhainya, dan sebagainya. Tetapi yah, Yamaguchi malas berdebat apalagi dengan anak OSIS, salah langkah malah menang, ujung-ujung masuk BK.

"Siapa yang bilang kau boleh kembali ke kelasmu?" Yamaguchi terhenti. Ia menoleh ke belakang Tsukishima menatapnya lekat-lekat.

"Maksudnya apa Tsukishima-san? Aku tidak melakukan sesuatu yang melanggar aturan sekolah, kau tidak bisa membawaku ke BK tanpa alasan. Jika kau melakukan itu maka kau akan di cap sebagai pemfitnah."

"Tutup mulutmu dan ikut saja." Tsukishima mengenggam lengan Yamaguchi dan menariknya pergi. Meninggalkan semua orang di depan kelas 2-3 dengan tatapan bertanya. Kecuali Kageyama.

"Eh ada apa itu? Kenapa Tsukishima-kun membawa Yamaguchi-kun pergi?" Tanya salah satu teman Yachi.

"Yah, pada dasarnya aku tidak menolak uke pembangkang dan seme pemaksa." Ujar Yachi santuy.

Kageyama melotot.

"Yachi-san... Pantesan imut begitu kamu jomblo..."

"Coba diulang, ngomong apa tadi?"

Yamaguchi masih dalam genggaman Tsukishima, ia diam saja tidak memberontak karena sudah ia coba tadi, memberontak pun tak akan di gubris, kau bertanya ada apa pun hanya akan disuruh diam. Yaudah Yamaguchi diam saja. Tepat di dalam kamar mandi laki-laki, keduanya berdiri berhadap-hadapan masih dengan suasana bisu. Tidak ada orang, hanya cermin besar yang menjadi saksi atas konversasi mereka.

"Jadi? Kenapa, apa kau tidak dengar kalau bell masuk udah bunyi dari tadi?" Ujar Yamaguchi sambil berkacak pinggang.

"Tak perlu khawatir, kau bersama orang yang selalu di maafkan."

Yamaguchi semakin ingin menabok manusia di hadapannya ini. Sok sekali, mentang-mentang anak sultan. "Baik, aku paham, setidaknya kau bisa menjamin aku tak perlu kena omel Nakamura sensei itu cukup. Sekarang katakan apa maumu, Tsukishima Kei."

Tsukishima bersandar di wastafel, ia menatap lekat pemuda manis berbintik hitam yang juga menatapnya dengan pandangan terganggu. Sebenarnya Tsukishima ingin tau, apa yang pernah ia lakukan pada pemuda itu sampai kesannya seorang Yamaguchi Tadashi sangat membencinya?

"Kau, membenciku, bukan begitu?" Tanyanya. Yamaguchi mengangkat alisnya.

"Iya benar."

"Apa yang membuatmu benci padaku?"

"Tanyakan hal itu pada dirimu sendiri, apakah uang menutupi pandanganmu sampai kau tidak bisa melihat kesalahan diri sendiri?"

"Hmm... Kau membenci diriku secara personal, atau kau membenciku sebagai tim voli Karasuno? Aku tidak merasa memiliki masalah pribadi denganmu, tapi jika yang kau maksud perkataanku pada Karasuno VBC tahun lalu, maka itu adalah masalah kelompok dan tidak ada alasan untukmu membenciku secara personal."

Yamaguchi mendecih, apa yang dikatakan Tsukishima benar. Selain apa yang Tsukishima lakukan pada tim, Tsukishima memang tidak pernah melakukan hal yang menyebalkan sampai membuat Yamaguchi membencinya. Paling hanya menegur jika Yamaguchi ketauan bolos mata pelajaran yang tidak disukai, kadang-kadang orang perlu refreshing dan melakukan hal yang tidak kita sukai itu sangat tidak menyenangkan, lagian Yamaguchi hanya pernah bolos satu kali.

"Baik, baik, Wakil Ketua OSIS-kun. Aku tidak lagi membencimu oke? Karena itu bisakah kau melepaskanku sekarang? Aku harus kembali ke kelas dan belajar agar rapotku bagus dan bisa berkuliah di universitas. Beda dengan kau yang bisa enteng masuk univ swasta mahal hanya dengan tarik duit. Aku ini miskin, nilai itu jadi satu-satunya cara aku bersekolah." Ujarnya santai sambil berusaha melangkah keluar dari kamar mandi.

"Yah mau bagaimana lagi, jadi orang miskin itu memang susah, walau gak pernah nyoba sih."

Yamaguchi lagi-lagi memasang senyum jengkel, ingin menabok. Sampai ekspresinya berubah ketika Tsukishima melangkah memotong jarak di antara mereka.

Posisi mereka berhadapan. Sempit.

Tsukishima menahan bahunya, Yamaguchi mendelik. Tsukishima mendekatkan bibirnya pada telinga kanan Yamaguchi dan tangan Tsukishima meraih telinga kirinya, perlahan ibu jarinya mengelus butiran freckles pipinya dengan seduktif. Yamaguchi membeku saat kata-kata perlahan bergetar di telinganya bersamaan dengan angin hangat yang membuat ia merinding.

"Bersikap baiklah padaku nanti, anjing setia-ku."

Tsukishima sedikit menggoda dengan meniup telinga pemuda manis yang kini sudah menyamai warna merah buah kesukaannya. Ia pergi setelah kekehan terdengar dari bibir tipisnya, meninggalkan Yamaguchi yang kini berjongkok di kamar mandi sambil memegangi telinganya yang memanas. Sumpah serapah ia ucapkan teruntuk calon majikannya yang tampan.

"Tsukishima sialan!!"
.
.
.

"Haaahhhhh?? Kenapa gak bilang dari tadi Bakageyama sialan!?" Yamaguchi hampir tersedak Gun Gun Yoghurt yang ia dapat dari kapten Ennoshita Chikara setelah mendengar penuturan Kageyama tentang suatu fakta yang sangat ia sesali setelah mengetahuinya.

"Kau tidak bertanya Yama, lagian bukannya sudah jelas ya? Orang seperti dia yang gantengnya sampai menyebar ke sekolah Akademi Fukurodani di Tokyo masa iya gak punya cewek? Jelas dia itu Gay!" Tegas Kageyama membuat Yamaguchi berkeringat dingin, wajahnya membiru.

"Yah mana aku tau! Lagian Tsukishima Group itu kan bekerjasama dengan Fukurodani Group, kalau tentang menyebar kesana pasti karena Bokuto Koutaro satu-satunya anak laki-laki keluarga Bokuto itu berteman dengan Tsukishima." Jelas Yamaguchi tanpa ada yang meminta dijelaskan. Kageyama menaikkan alis, teman sepermainannya itu terlihat sangat membenci Tsukishima, tapi malah tau hal-hal seperti itu, dia jadi heran.

"Calon majikanku adalah gay? Dan tadi dia sangaja banget mengincar titik lemah agar aku diam?? Ini saya dipekerjakan jadi pelayan maksudnya jadi pelayan apa ini? Pelayan urusan bawah?!" Kageyama menahan tawa atas derita yang menimpa temannya. Ia seratus persen ngakak mendengarkan kejadian tidak diinginkan di kamar mandi. Sebenarnya saat Yamaguchi dan Tsukishima kembali ke kelas seisi kelas berbisik, nampaknya beberapa orang sudah tau kalau Tsukishima berorientasi seksual pada laki-laki. Jadi mungkin mereka berpikir yang tidak-tidak apalagi setelah melihat cuping telinga Yamaguchi yang merona.

"Bhahaha! Yamaguchi mampus kau hahahaha! Aku akan sangat senang mendengarkan cerita hari-harimu sebagai pelayan pribadinya! Hahaha!!"

"Sialan Kageyama kudoakan kau belok juga!"

"Oke, tapi kalau aku belok fix aku akan mengincarmu juga."

"Sialaaaann! Teman tak ada adab!" Kageyama semakin ngakak, tapi jujur dia tidak bisa membayangkan kalau misalnya sahabat karibnya ini berubah menjadi pacarnya. Sahabat yang sangatlah bobrok, sangat tak beradab, dan sangat menyebalkan baginya, tapi mereka telah melewatkan hari-hari bersama, tertawa bersama kadang bertengkar namun langsung akur kembali. Menangis bersama, saling memberi dan menerima rasa dan masalah kemudian memperbaikinya bersama.

Sulit membangun hubungan persahabatan dengan orang lain, Kageyama tidak akan semudah itu mau mengubah hubungannya dengan Yamaguchi. Sampai kapanpun. Yamaguchi adalah sahabatnya.

"Yah, semoga beruntung, Yamaguchi." Kageyama menepuk pundak Yamaguchi, menyalurkan semangat dan mengulas senyuman padanya.

"Maksudmu apa?! Apa kau menghinaku lagi?!"

"Tidak! Itu murni emotional support!"

"Orang emotionless sepertimu memberikan emotional support?? Ngaco!"

Ia dan Kageyama berpisah di pertigaan, kini Yamaguchi berhadapan dengan gerbang tinggi hitam legam dan megah. Taman yang sangat luas bahkan Yamaguchi rasa ia bisa memasukan rumahnya ke halaman itu. Plat nama kediaman Tsukishima berkilat terpapar lampu. Rumah mewah dengan dua lantai dan banyak kamar terlihat dari jumlah jendelanya. Ia memencet interkom yang ada di dinding putih. Bel pun berbunyi.

"Mu-mungkin lebih baik aku pulang saja—" Yamaguchi gemetar. Ia mendapat pesan dari ibunya untuk datang ke rumah Tsukishima setelah pulang sekolah. Instruksi yang ia dapat dari ibunya hanya itu, ia tidak tau harus apa setelah ia datang, apa ia harus kembali ke rumah? Karena ia ingat barang-barangnya di rumah dan ia masih memakai gakuran, belum mandi, badanya berkeringat sehabis latihan rutin voli.

Interkom pun berbunyi kembali, kali ini suara seorang wanita. "Selamat malam, selamat datang di kediaman Tsukishima, dengan siapa?"

"Ah... Dengan Yamaguchi Tadashi..."

"Ada yang bisa kami bantu?"

"Saya kesini untuk menemui seseorang bernama Tsukishima Kei."

"....saat ini Tuan Muda Kei sedang sibuk, mungkin anda bisa kesini lagi lain kali, atas apa anda datang kemari?"

"Eh... Tsukishima Kei sendiri yang meminta saya datang sepulang sekolah." Yamaguchi mulai khawatir, jangan-jangan orang tuanya hanya membohonginya. Kenapa rasanya ia tidak diterima padahal baru lewat interkom. Tapi jika orangtuanya membohonginya, kenapa Tsukishima berbicara seperti 'itu' dan mengapa mendadak saldo rekeningnya banyak?

"Baik, akan saya tanyakan kepada Tuan Muda. Dimohon tunggu."

Yamaguchi menghela napas, entah mengapa rasanya seperti sedang interview pekerjaan. Bahkan lebih mengerikan ketimbang saat ia interview di café milik temannya dulu.

"Sudah kami konfirmasi kepada Tuan Muda. Yamaguchi Tadashi-sama, silakan masuk." Gerbang terbuka secara otomatis, Yamaguchi melangkah masuk. Ia mengagumi pemandangan malam dari halaman rumah besar ini, lampu-lampu taman menyala indah namun tidak mengalahkan cahaya sang ratu malam. Rumput yang nampak selalu subur memantulkan cahaya bulan sabit yang menjadi pusat perhatian Yamaguchi saat ini.

Yamaguchi menaiki dua belas anak tangga sampai ia berada di depan pintu utama setinggi tiga setengah meter. Yamaguchi tersenyum kecut melihat ornamen pintu yang sangat indah, jiwa miskinnya bergejolak, rasanya kalau dia menjadi maling gausah repot nyolong mobil atau harta di brangkas, nyolong pintu aja nanti juga kaya.

Pintu depan terbuka menampakkan seorang pemuda berambut oranye cerah dengan kemeja putih dan waistcoat hitam dan seorang gadis kecil dengan warna surai yang sama mengenakan seragam maid.

"Selamat datang, Yamaguchi Tadashi-sama. Perkenalkan saya Hinata Shoyo kepala pelayan sementara keluarga Tsukishima dan adik perempuan sekaligus asisten saya Hinata Natsu." Pemuda itu membungkuk salam bersama gadis kecil di sampingnya dibalas sama dengan Yamaguchi.

"Saya Yamaguchi Tadashi..."

Pemuda dengan nama Hinata itu bangkit mengulas senyum sopan, tangannya berbalut sarung tangan putih mengangkat isyarat memperbolehkan Yamaguchi memasuki rumah utama keluarga itu. "Silahkan masuk Yamaguchi-sama. Pertama biar saya tunjukkan ruangan milik tuan muda."

Yamaguchi mengangguk lalu mengikuti Hinata masuk, dalam hati ia merasa pernah melihat pemuda ini sebelumnya. Sampai otaknya mengingat sesuatu.

"Anu maaf sebelumnya, anda Hinata Shoyo anak kelas 2-2 bukan? Temannya Yachi Hitoka kelas 2-5?" Tanya Yamaguchi hati-hati. Wajah profesional Hinata langsung berubah cerah berbinar.

"Kau mengenalku!? Benar aku dan Yachi berteman baik! Karena Yachi adalah kerabat jauh Tsukishima tapi tidak termasuk Tsukishima Group kami cukup sering bertemu." Sekali lagi Yamaguchi senyum kecut, sekarang crushnya adalah kerabat Tsukishima, pantas saja ia seringkali tidak sengaja melihat mereka berdua bersama.

"Aku pernah melihatmu bersama Yachi-san."

"Benar, aku ingat kau adalah Middle Blocker Karasuno VBC 'kan? Yachi-san bercerita tentangmu."

"Ehh?? Be-begitukah??" Yamaguchi jadi salting mendengar Yachi menceritakannya ke orang lain. Jangan-jangan ia punya harapan untuk menggaet manajer manis klub voli itu? Semoga saja. Tapi tidak jika ia berada di bawah kuasa author bejad ini.

"Tentu saja! Yachi-san juga menceritakan tentang temanmu, aku penasaran dengan Setter utama kalian! Jujur aku juga bermain voli dan sama denganmu posisiku juga MB, tapi karena pekerjaan ini aku tidak bisa ikut kegiatan klub setelah pulang sekolah."

"Wah... Susah juga, padahal akan menyenangkan jika kau bergabung Hinata-san. Lain kali aku akan mempertemukanmu dengan Setter kami." Hinata tersenyum cerah, ia meminta Yamaguchi agar tidak terlalu kaku dan bersikap sopan padanya, pada dasarnya mereka seumuran dan Hinata hanya kepala pelayan sementara. Mendengar ceritanya, pelayan pribadi Tsukishima Kei sekaligus kepala pelayan yang jatuh sakit adalah ibu dari Hinata Shoyo dan Natsu, karena itulah jabatan itu diberikan kepada Hinata sementara.

"Baiklah Yamaguchi, tinggalkan saja barangmu disini, Natsu akan mengurusnya bersama pelayan lain. Sekarang ikuti aku, sebelumnya kamu haru bertemu dulu dengan tuan muda." Hinata mengantar Yamaguchi melewati lorong sepi yang panjangnya seperti jalan kenangan. Diujung lorong sebuah pintu terpampang. Hinata mengetuk tiga kali pintu tersebut sampai suara barituhon seorang pemuda terdengar dari balik pintu.

"Masuk."

Hinata membuka pintu menampakkan seorang remaja laki-laki dengan tubuh tinggi diatas rata-rata sedang duduk di meja belajarnya, membaca sebuah buku yang Yamaguchi ketahui adalah buku pelajaran sekolah mereka. Meja belajar kayu terlihat kokoh penuh dengan alat tulis dan buku pelajaran. Rak buku tersusun rapih sesuai judul dan penerbit. Globe, peta dunia, lukisan, menjadi ornamen ruangan tersebut. Yamaguchi melihat bola voli, poster atlit voli dan jersey di ujung ruangan tersebut. Yamaguchi ingin tau apakah sebenarnya Tsukishima juga bermain voli sepertinya. Jika iya, mengapa ia tidak mengikuti klub voli? Padahal dengan tinggi segitu akan sangat menguntungkan baginya menjadi Middle Blocker.

"Tuan muda, Yamaguchi-sama telah datang." Ucap Hinata.

"Terimakasih Hinata, bisa tinggalkan kami berdua disini?" Jawab Tsukishima tanpa senyum. Meski begitu tutur katanya tetap sopan meskipun Hinata pelayan dan seumuran dengannya. Pandangan Yamaguchi sedikit berubah. Hanya sedikit.

Hinata menutup pintu, Tsukishima menandangi pintu seakan memastikan Hinata benar-benar pergi. Beberapa menit setelahnya, atensinya langsung berubah kepada pemuda hijau di hadapannya. Pencahayaan redup di ruangan itu membuat Yamaguchi sulit menebak ekspresi yang dikeluarkan Tsukishima saat ini.

"Kau terlambat." Ujar Tsukishima padat, Yamaguchi memiringkan kepalanya. Bagian mana dari dirinya yang terlambat, jujur ia malah merasa pulang dari sekolah lebih cepat tiga luluh menit dari biasanya karena ia tau perjalanan dari sekolah ke rumah Tsukishima cukup jauh.

"Kuperintahkan untuk datang setelah pulang sekolah. Sekolah berakhir jam 4 sore."

Ah.. Maksudnya pulang sekolah itu adalah pulang sekolahnya siswa Sapu-Sapu. Sekolah-pulang-sekolah-pulang. Bukan pulang sekolahnya para maniak voli yang setelah pulang sekolah pacaran dulu sama bola voli. Yamaguchi memutar mata, ia enggan rasanya meminta maaf ke manusia seperti Tsukishima. Tapi bagaimanapun juga begitu memasuki wilayah ini, Yamaguchi tahu kalau sekarang derajatnya lebih rendah dari Tsukishima. Bagaimanapun juga Yamaguchi sekarang adalah pelayan pribadi sementara si bungsu.

"Yah, maafkan aku... Aku berlatih vo—"

"Ehm. Kalimatmu Yamaguchi." Yamaguchi terlonjak saat Tsukishima berdeham dan menatapnya tajam.

"Ada yang salah?" Tanya Yamaguchi.

"Apa kau tidak pernah diajarkan cara berbicara kepada orang yang memiliki derajat lebih tinggi darimu Yamaguchi? Atau perlu saya ajarkan terlebih dahulu supaya kau mengerti?"

Sombong banget— Yamaguchi menghela napas, ia mengulang kembali permintaan maafnya kepada Tsukishima kali ini dengan bahasa yang lebih sopan. Ia ogah jika harus menjalankan trainee dulu sebelum menjadi pelayan disana. Masa cuma seminggu saja harus trainee dulu.

Tsukishima tersenyum puas, sosok pemuda di hadapannya kini menundukkan kepalanya meminta maaf. Ia menyinggung seringai penuh makna dan menyilangkan kakinya. Rasanya seperti sedang mengenggam rantai imajiner yang terhubung langsung dengan kalung di leher pemuda yang berhasil ia takhlukkan. Kembali dengan wajah datar menyebalkannya.

"Kuharap kau meninggalkan kegiatan klubmu sementara. Kau harus mematuhi jadwal yang berlaku di kediaman ini Yamaguchi. Terlebih kau adalah pelayan pribadi—"

"—sementara—"

"Aku tidak memintamu memotong kalimatku Yamaguchi." Yamaguchi menghela napas. Oke gapapa lanjut kan. "Kau adalah Pelayan Pribadiku. Kau boleh melupakan status saat di sekolah untuk menghindari adanya gossip. Namun saat dikediaman ini kau adalah milikku."

Yamaguchi diam saja mendengarkan sampai Tsukishima selesai dengan kalimatnya. Lagian apa-apaan dengan kata 'milikku' itu. Memangnya Yamaguchi sejenis peliharaan.

"Jawabanmu?"

"Baik."

"Salah."

"Baik, Tuan Muda."

"Masih salah."

"Sesuai keinginan Tuanku."

"Salah."

"Baiklah tuanku."

"Bukan,"

"Yes, master."

"Masih salah."

"Okay, boss?"

"Malah pake tanda tanya, salah. Dan aku bukan bossmu>:("

"Baik, Kei-sama."

"Bukan,"

Buset ini Yamaguchi sudah berada di puncak rasa ingin menampol. Cepat katakan apa kemauanmu dasar tuan muda egois.

"Lalu, apa yang harus saya katakan?"

"Jika aku bertanya jawabanmu maka kau harus menjawab. 'As Your Wish, Young Master.'" Bulu kuduk Yamaguchi berdiri, ia merinding memikirkan bagaimana otak tuan mudanya itu bekerja sampai mau banget dijawab begitu.

"Tapi—"

"Tapi kau boleh mengganti 'Young Master' menjadi Kei-sama jika kau mau. Lagian kita juga seumuran tidak ada yang young atau old diantara kita." Ujarnya, baiklah mau tidak mau Yamaguchi harus menuruti perintah majikan seenaknya ini jika mau saldo rekeningnya penuh. Pada akhirnya Yamaguchi menerima dan menjawab dengan jawaban sesuai keinginan masternya.

"Seminggu ini diadakan ujian sekolah, karena itu kau harus berhenti mengikuti kegiatan voli demi nilaimu. Kau sendiri yang berkata 'nilai adalah satu-satunya jalan untukku bersekolah.' Bukan begitu? Sepulang sekolah kau harus langsung kembali kesini, ada pertanyaan?" Yamaguchi mengangguk, Tsukishima mempersilahkan dirinya untuk berbicara.

"Apa saya bisa pulang ke rumah setiap harinya, datang kesini hanya saat pulang sekolah dan pulang kerumah lagi saat malam hari?"

"Kau tinggal disini mulai hari ini, jangan cemaskan pakaian atau alat sekolah, semua disediakan."

"Tapi—"

"Tapi?"

"Tidak soalnya... Saya mempunyai kelinci dirumah, kalau saya tinggalkan kelincinya dirumah saya tidak bisa memberinya makan, dan kelinci bisa mati jika kesepian, saya tidak boleh terlalu lama meninggalkan rumah." Ujar Yamaguchi ragu. Benar adanya ia memelihara kelinci di rumah, kelinci putih bernama Usa berada di halaman rumah kecilnya. Saat ia bersekolah Usa di dalam kandang, tapi saat Yamaguchi di rumah, ia selalu menemani Usa.

Tsukishima menghela napas, merepotkan sekali. Mengapa Yamaguchi memilih untuk memelihara hewan yang merepotkan? Mati jika kesepian? Omong kosong.

"Akanku perintahkan pelayan lain untuk mengambil kelincimu dan membawanya ke sini, kau tak perlu cemas ia pasti bahagia jika di lepas di taman belakang berteman dengan kuda."

Yamaguchi berterimakasih, dengan begitu ia tidak perlu mencemaskan Usa kesepian. Perbincangan mereka selesai. Tsukishima berdiri dari duduknya menghadap Yamaguchi.

"Satu hal lagi, Yamaguchi."

Tsukishima mengulurkan tangannya, Yamaguchi menepis rasa ogah-ogahannya dan berlutut dihadapan. Meraih tangan seputih susu yang kontras dengan kulitnya yang sawo matang. Mendekatkan tangan tersebut pada bibir ranumnya dan mengecupnya lembut. Tanda sebuah pengabdian.

"Yamaguchi Tadashi, dengan ini engkau menyatakan bahwa engkau telah mengabdi pada keluarga Tsukishima sebagai pelayan pribadi putra bungsu, Tsukishima Kei. Jawabanmu?"

"As your wish, Kei-sama."

Seringai puas sekali lagi terpatri di wajah tampan si bungsu. Dengan ini seorang Yamaguchi Tadashi benar-benar menjadi miliknya. Dan tidak ada seorangpun yang dapat merebut pemuda manis pelayan pribadi ini darinya.

Yamaguchi duduk dipinggiran kasur yang ia tempati selama seminggu ini. Ja tidak mengerti sejak kapan barang-barangnya ada disana kecuali pakaian, buku pelajaran dan alat tulis. Buku catatannya sudah tertata di meja bahkan majalah komik yang sedang ia baca terjejer disana. Jersey Karasuno, tas sekolah, seragam sekolah, sepatunya sudah tersedia. Jangan-jangan ada orang rumah Tsukishima yang masuk ke rumahnya mengambil barang-barangnya. Ia jadi takut buku porno yang ia sembunyikan di balik kasur ketahuan orang lain.

Hanya satu kok, Yamaguchi hanya punya satu. Itu juga karena salah gaul, bukan keinginannya sendiri.

Kamar para pelayan jelas memiliki lantai yang berbeda dengan tuan rumah, terletak di basement rumah, Kamar Hinata dan Natsu bersebelahan dengan kamarnya. Meski mereka hanya pelayan tapi mereka mendapat kamar sendiri, bahkan Yamaguchi merasa ruang kamar pelayan ini memiliki besar yang sama dengan kamarnya ditambah kamar mandi. Yamaguchi merebahkan diri di kasurnya, cukup banyak kamar yang disediakan di lantai itu, ia semakin yakin kalau Tsukishima punya lebih dari sepuluh pelayan yang tinggal di rumahnya. Lalu kenapa dia masih meminta Yamaguchi menjadi pelayan pribadinya? Padahal tinggal pilih saja mau yang mana di ruang pelayan.

Yamaguchi membuka handphonenya yang terletak di nakas samping lampu tidur. Melihat beberapa notifikasi dari Kageyama, ibunya, grup kelas, dan grup Karasuno VBC yang palingan isinya Tanaka dan Noya yang mengirim hal aneh-aneh lagi. Ia memutuskan untuk membuka obrolan dari ibunya yang ternyata hanya menanyakan kabar malam pertama di kediaman itu. Yamaguchu menjawab apa adanya, mungkin sedikit ia percantik agar dirinya telihat lebih sopan dengan tuan muda. Beralih ke chat Kageyama.

Tobiuo Bakageyama
Online

Jum'at 22:17
2 Unread Message


|Gimana malam pertama?

Bilangnya hari pertama aja jangan malam pertama|
Berasa jadi pengantin baru dikata malam pertama|

|Ya, kan Kali
|Kalau ada apa-apa bilang
|Siapa tau bisa jadi gosip😂😂

Sejak kapan kau jadi lambe turah?|
Awas kalo nyebar fitnah😤|

|Tapi kalau tentang kau dan Tsukishima memang benar kan?
|bukan fitnah dong😜

Terserah|
Btw jadi belajar bareng Yachi?|
Mau mengapel 👉👈|

|Udah Yam...
|Belok juga gapapa kok

Seenak jidat ngomong|
Gak tertarik sama batang|

|wkwkwkw
|Jadi, sabtu nanti dia ngajak belajar bareng
|Kau open house?

Mustahil|
Sekarang aja lagi gak dirumah|

|Rumahku oke?
|Dateng aja jam 9an
|Kalo aku belom bangun kunci rumah di balik pot bunga

Sip nanti aku bobol rumahmu👌|

|Tapi emang si Tsukishima bakalan ngasih kamu keluar rumah?
|Kau kan pelayan bukan istrinya

Ngapa juga saya musti dapet peran istri??😡😡|
Gatau lah kalo aku gak bisa helajar berdua aja|

|hah serius?
|Nyerah sama Yachi nih ceritanya sampe bolehin dia bareng sahabatmu?

Ya kau kan belok|
Jadi gapapa dong|

|mulutnya sumpah😑

Yamaguchi mematikan layar gawainya dan meletakkannya kembali di nakas dalam kondisi isi daya, tak mempedulikan pesan Kageyama yang masih berdatangan. Masih dengan gakurannya yang sudah lecek di badan, Yamaguchi terlelap, ia terlalu lelah dengan semua kejadian yang menimpanya hari ini. Lelah fisik akibat voli dan lelah mental karena Tsukishima. Ia sempat berdoa agar saat ia bangun ia akan berada di kamarnya yang biasanya, kamar dengan nuansa hijau dan memeluk bantal kentang goreng favoritnya, menonton tivi, bermalas-malasan, belajar dan bermain bersama Usa seperti yang biasa menjadi rutinitas hariannya saat akhir pekan.

Namun sepertinya rutinitas hariannya harus ia lupakan sementara.

Matahari belum menampakkan diri, tetapi Yamaguchi sudah bangun dari tidurnya. Sesuai jadwal yang diberikan Tsukishima, hari ini masa dimana hari pertama bekerja sebagai pelayan pribadi dan masa pengenalan lingkungan rumah bersama Hinata di pagi hari lalu dilanjut pekerjaannya sebagai pelayan. Yamaguchi membasuh menyikat gigi dan membasuh wajahnya, poni yang basah menempel di jidat bukan hal yang menyenangkan, ia memilih menyisir poninya kebelakang dan memperlihatkan dahinya. Ia mengenakan seragam pelayan kemeja putih dengan waistcoat hitam berpadu warna yang diinginkan, Yamaguchi mendapat warna hijau yang sedana dengan matanya. Dan celana panjang berbahan kain warna hitam. Sepatu pantofel dan sarung tangan putih ia kenakan sesudahnya.

Ia menarik napas panjang dan membuka kamarnya.

"Baiklah, terpaksa tapi oke. Mari kita jalani hari pertama."

Pagi hari Hinata mengajaknye berkeliling rumah sambil menerangkan tugas apa saja yang harus ia lakukan sebagai pelayan pribadi Tsukishima. Ia bercerita menurut dari yang ia perhatikan dari pekerjaan ibunya. Hinata memberikan sebuah buku tulis yang dititipkan ibunya kepada Yamaguchi, Yamaguchi membuka buku tulis berwarna oranye-hitam itu dan membacanya. Satu kata yang langsung terpikir olehnya. Berat. Yamaguchi ingin menangis mengetahui pekerjaan itu sangat berat dan Ibu Hinata mengerjakannya seorang diri tanpa protes, ia sangat takjub dengan wanita separuh baya itu. Sekarang, gilirannya.

Tok tok

"Kei-sama. Susah waktunya bangun." Yamaguchi mengetuk pintu kamar berharap agar manusia yang sedang terlelap di kasur empuknya itu cepat bangun sebelum pintu putih dengan pahatan indah itu patah karena tinjunya. Tak ada jawaban Yamaguchi mengetuknya sekali lagi dan memanggilnya. Masih tak ada jawaban juga Yamaguchi mendesah capek.

Natsu yang kebetulan melewatinya menarik lengan baju Yamaguchi isyarat untuk menunduk. Yamaguchi terlalu tinggi untuknya. "Kalau membangunkan Kei-sama kau harus masuk ke kamarnya Yama-san." Ucapnya.

'Merepotkan sekali' keluh Yamaguchi dalam hati, Yamaguchi membuka knop pintu dan mendorong kereta nampan berisi teh dan biskuit. Ia mersakan angin sejuk sesaat ia masuk ke kamar tersebut, sudah pai namun pemuda blonde itu masih menyalakan pendingin ruangannya. Masuklah ia ke kamar bernuansa putih dengan gorden hitam yang tertutup rapat, sekeliling kamar terasa gelap penerangan satu-satunya hanya pada lampu tidur diujung ruangan. Yamaguchi mematikan lamou tidur tersebut, mematikan pendingin ruangan, dan membuka gorden beserta jendelanya, membiarkan cahaya matahari dan angin masuk melewatinya.

"Kei-sama! Sudah pagi bangunlah," Yamaguchi berusaha membangunkan Tsukishima bungsu dengan menepuk pundaknya, apakah ia harus melakukan cara yang di lakukan Kageyama kepadanya saat Training Camp tahun lalu? Bukan apa-apa, Kageyama hanya menarik futonnya sampai Yamaguchi terguling lalu menabrak dinding. Tapi cara itu ampuh untuk membangunkan Yamaguchi yang memang sama sekali bukan morning person. Jadi, haruskah Yamaguchi melakukan hal yang sama terhadap majikannya itu? Yamaguchi menghela napas sekali lagi, kemudian memegang bahu majikannya dan mulai mengguncangnya, namun guncangannya berhenti saat tangan putih itu menangkap pergelangan tangan Yamaguchi dan menariknya, Yamaguchi terperanjat. "Kei-sa— huwa!"

Bruk!

Pemuda hijau itu berusaha menahan tubrukannya dengan pemuda yang menariknya, hijau zamrud manik Yamaguchi bertemu dengan manik beryl. Tatapan tajam dari tuannya membuat ia membisu, mata indah yang biasa ia lihat terhalang kacamata kini tanpa halangan sama sekali, Yamaguchi hampir terpesona pada mata indah milik si bungsu keluarga bulan itu. Yamaguchi sadar dengan posisi ambigu mereka, ia bangkit dan memasang senyum selamat pagi terbaik dari yang bisa ia tampilkan, menutupi rasa malu yang tersisa saat hidung mereka bertempelan sesaat sebelumnya.

"Selamat pagi Kei-sama, bagaimana tidur anda?" Yamaguchi berkata basa-basi.

Tsukishima mendengus terlihat kecewa dengan reaksi Yamaguchi yang biasa saja, decakan kecil sedikit terdengar dari lidah Tsukishima. Ia sudah bangun sejak keukan pertama di pintu, bahkan sebelum itu juga ia sudah bangun, bukan hal sulit bagi Tsukishima bangun pagi, pelayannya yang sebelumnya tidak pernah menemukannya belum bangun saat kamarya dimasuki. Lalu kenapa ia berpura-pura, gampangnya ia hanya ingin mengerjai Yamaguchi. Ingin melihat reaksi pemuda manis berahoge hijau mencuat itu. Tapi dengan reaksi Yamaguchi yang seperti itu, ia sungguh kecewa.

"Kei-sama, tehnya,"

"ehm... tambahkan susu dan madu juga." Yamaguchi menuang susu pada gelas Tsukishima, sesuai dengan perintah Tsukishima untuk menambahkan madu sebanyak tiga sendok membuat Yamaguchi mengherankan selera tuan mudanya. Sangat bertolak belakang dengan Yamaguchi yang bukan penikmat makanan manis. Tsukishima menerima gelas dan menyesap tehnya, ia terhenti sejenak setelah satu tegukan. "Yamaguchi,"

"ya?"

"siapa yang menyiapkan teh ini?" tanya Tsukishima , Yamaguchi memiringkan kepalanya dan menjawab ia lah yang menyiapkan te tersebut. Tsukishima menyeringai, ia menatap Yamaguchi dengan seringai menyebalkan dan pandangan rendah. Yamaguchi tertegun melihat pandangannya, ia mundur, ia teringat akan tatapan mata merendahkan dari orang-orang dalam masa lalunya. Putaran cinema masa lalu menampilkan dirinya yang payah terduduk di tanah berlinang air mata, tanpa perlawanan, hanya dapat menangis, dalam hati menyimpan rasa frustasi, membenci diri sendiri yang tidak dapat melawan, dan dendam kepada mereka yang memiliki tatapan merendahkan seakan orang lain selain mereka hanyalah sampah, atau bahkan lebih rendah. Tatapan mata yang sangat ia benci, ia takut sekaligus marah terhadap hal tersebut. Serius sekali, itu hanya geng pembully, tak lebih dari itu. Mungkin ya.

"kau sungguh payah bahkan hanya sekedar menyeduh teh, Yamaguchi, Natsu dapa melakukan pekerjaan ini jauh lebih baik di banding dirimu. Bahkan aku sama sekali tidak dapat merasakan rasa teh sama sekali." Ujar Tsukishima, Yamaguchi menunduk, raut wajahnya menggelap, dan ahogenya tidak naik seperti yang biasa Tsukishima lihat. Yamaguchi hanya bereaksi kecil dan meminta maaf dengan wajah yang tertutup oleh poninya. Tsukishima mendapati keanehan dalam reaksi Yamaguchi, sebelumnya Yamaguchi terlihat berwajah tidak ikhlas walaupun pada akhirnya menurut juga. Tapi ini berbeda.

Apa ia berlebihan? Tapi seingatnya ia pernah melalakukan hal yang lebih membully lagi kepada Yamaguchi dan reaksinya? Kawai— tidak bukan itu maksud Tsukishima, Yamaguchi tidak bereaksi seperti yang saat ini ditampilkan si pemuda hijau. Tsukishima menghela napas dan kembali memanggilnya. "hanya ku kritik seperti itu kau langsung frustasi? Kau ini...."

"kau tau... melakukan kesalahan bukan berarti kau tidak bisa memperbaikinya, jadi berhentilah memasang wajah seperti itu! Kau membuatku merasa bersalah." Ujar Tsukishima. Yamaguchi mengadahkan kepalanya kembali melihat Tsukishima yang kini berdiri di hadapannya. Ia seperti hendak membelai kepala yang lebih pendek beberapa inci darinya.

"Ah- tidak- maafkan saya Kei-sama... tadi saya Cuma teringat... sesuatu." Jawab Yamaguchi ragu. Tsukishima menepuk kepalanya sayang, tidak ada maksud melukai atau apapun dalam tepukannya.

"fokuslah pada pekerjaanmu, kau tau mencampurkan urusan pribadi dan emosimu kedalam pekerjaan tidak mencerminkan bahwa kau seorang profesional, yah, walau kau memang bukan profesonal sih, karena ini adalah hari pertama dan kau disini hanya sementara maka akan ku maafkan."

Yamaguchi menatap Tsukishima yang menyungging senyum tipis meski Tsukishima berkata pedas terhaapnya namun teh yang ia sediakan tetap diminum oleh pemuda itu sampai habis. Yamaguchi kembali dibuat terpesona dengan mata indah yang sebelumnya menampilkan ekspresi merendahkannya namun tidak menyembunyikan fakta bahwa bola mata yang paling indah yang pernah bertatapan langsung padanya adalah yang dimiliki oleh anak bungsu keluarga Tsukishima.

Tsukishima-kun itu... orang baik ya?

Pada hari itu dimana Tsukishima menjenguk kepala pelayan, ibu Hinata yang sedang sakit di kampung halaman keluarga Hinata. Sang kepala pelayan nampak sudah cukup sehat untuk melanjutkan pekerjaannya, namun Tsukishima masih khawatir, mungkin wajahnya saja yang terlihat acuh tak acuh dan egois, tetapi jika menyangkut orang-orang yang ia sayangi Tsukishima tidak apat diam begitu saja. Ia masih melarang ibu Hinata untuk melanjutkan pekerjaan sebagai pelayan pribadi serta kepala pelayan di rumah utama keluarganya.

"Hinata-san, saya berharap agar Hinata-san tidak terlalu mengkhawatirkannya, ada banyaknya personil pelayan di rumah dengan alasan agar pekerjaan Hinata-san tidak terlalu berat, tenang saja, jangan mengkhawatirkanku, mungkin ini sudah waktunya juga bagi saya untuk mencoba mandiri. Selama ini saya selalu merepotkan Hinata-san, dan mungkin, penyakit Hinata-san saat ini adalah tanggung jawab saya." Ujarnya di samping ibu Hinata yang terduduk di ranjangnya, bersama dengan Shoyo dan Natsu. "pekerjaan sebagai kepala pelayan sudah saya rundingkan dengan semuanya, Shoyo yang akan menggambil pekerjaan tersebut. Shoyo adalah pelayan yang paling saya percayai setelah anda, beristirahatlah sampai pulih kembali Hinata-san. Jangan khawatirkan kami."

Sampai saat ini sebenarnya ibu Hinata sudah baik-baik saja, tapi memang beliau sudah cukup berumur Tsukishima tidak ingin membuat beliau kerepotan. Untuk sementara waktu Tsukishima ingin memakai Shoyo untuk menjadi pelayan pribadi serta kepala pelayan. Tapi ia juga tau kalau ia dan Shoyo sama sibuknya dengan sekolah, meski Shoyo tidak mengikuti kegiatan klub apapun. Ia tak dapat menjadikan Natsu sebagai pelayan pribadi, karena baginya masa seumur gadis kecil itu haruslah diisi dengan kesibukan bersama teman-temannya. Tsukishima tidak mau mengganggu kebebasan Natsu seperti yang ayah dan ibunya lakukan kepadanya. Sejak kecil, orang tuanya tidak berharap kepada Akiteru sama sekali, semua harapan diberikan kepada Kei yang kala itu masih berumur delapan tahun. Kepala keluarga Tsukishima tidak menjadikan Akiteru penerus utama, entah alasan apa yang menjadi dasar dari hal tersebut, Kei tidak mengetahuinya. Namun ia terus berpikir bahwa itu tidak adil baginya, Akiteru diperbolehkan bebas dan menekuni apa yang ia sukai tanpa adanya tekanan dari keluarga, Akiteru meneruskan jalannya berkuliah di bidang robotic sementara Kei hanya ingin melanjutkan hobinya bermain voli saja tidak bisa. Itu tidak adil bukan? Lalu mengapa kakaknya keluar dari rumah dengan tatapan seperti itu? Bahkan kakaknya sampai saat ini belum pernah menghubunginya lagi. Kenapa? Bukankah yang seharusnya merasa tidak adil itu Kei?

"Tsukishima tuh, kenapa bersikeras ingin menjaikan Yamaguchi-kun sebagai pelayan pribadi mu?" Hinata melahap bakpao dagingnya sampai habis ketika mereka berjalan pulang ke rumah. Sesuai dengan peraturan yang dibuat oleh Tsukishima sendiri, saat di sekolah status mereka boleh di lupakan. Tsukishima tidak memperlakukan Hinata seperti pelayan di sekolah sama halnya dengan Hinata yang tidak memperlakukan Tsukishima sebagai tuan. Mereka hanya dikenal sebagai 'teman akrab' saat di lingkup sekolah, yang tau hubungan mereka yang sebenarnya hanyalah Yachi yang merupakan sepupu Tsukishima.

Tsukishima menoleh pada Hinata sesaat, kemudian beralih pada gym pada sore hari itu yang ramai, betapa menyenangkannya menjadi 'orang biasa' yang dapat melakukan hal yang mereka sukai dengan bebas tanpa halangan status dan kewajiban berat yang mereka pikul. Tsukishima tau meskipun mereka terlihat bebas, mereka pastinya juga memiliki kewajiban, tapi tekanan yang ada tidak seberat tekanan dari keluarga bergengsi.

"Kei, kurasa kalau kau meminta izin pada nyonya kau akan diperbolehkan, maksudnya kau anak emas keluarga."

"kau berkata seolah kau tidak tau keluargaku, Sho."

"hahaha benar juga."

Hinata mendengar nada pahit dari kekehan Tsukishima, ya bagaimana pun juga ia tau meskipun Tsukishima berasal dari keluarga kaya, bukan berarti ia bahagia. Semua ekspektasi yang tadinya diberikan kepada si anak sulung kini dibelokkan kepada si bungsu bahkan dengan tekanan yang lebih hebat. Mungkin hal itu terlihat seperti bahwa si bungsu nampak paling disayang oleh keluarga, namun mereka tidak melihat tekanan dan kekangan yang memerangkap si bungsu.

"kau belum menjawab pertanyaan pertamaku tadi Tsukishima. Kenapa kau bersikeras ingin menjadikan Yamaguchi sebagai pelayanmu, jika kau ingin dekat dengannya, kenapa tidak berteman saja?"

"egois dan manja sudah menjadi stereotype anak bungsu, ketika anak bungsu menginginkan sesuatu ia akan berusaha menggapainya meskipun ia harus merengek seperti bayi atau bersujud. Aku menginginkannya, buka ingin berteman dengannya, aku ingin ia menjadi milikku."

"uwaah... apa itu semacam obsesi? Ternyata aku memiliki tuan muda yang mengerikan." Hinata bergidik melihat seringai yang tercetak di wajah tampan pemuda kacamata, dan dibalas delikkan sinis. Hinata tersenyum kembali dan menyikut pinggang tuan mudanya. "kau tidak perlu mengatakan hal mengerikan seperti itu. Kei-sama." Gerbang sekolah suah lewat, maka Hinata mengganti panggilannya kepada Tsukishima menjai Kei-sama sepert yang biasa ia lakukan ketika sedang berada di kediaman. "Kau bukan menginginkannya sebagai pelayan, kau hanya ingin ia ada di sisimu benar begitu kan? Aku yakin kau tidak pernah merasakan hal ini sebelumnya makanya kau kebingungan, hahaha Kei-sama sudah bertumbuh rupanya."

"eh.... apa maksudmu?" Tsukishima menatap Hinata meminta penjelasan. Dibalas cengiran secerah matahari oleh si pelayan.

"tentu saja....."

"Kau Sedang Jatuh Cinta"




.
.
.
.
.

Ini adalah artefak yang lama terpendam
Gatau mau disambung apa engga
Yang jelas makasih udh mau baca

Bye lagi

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro