ĈĤĂPŤÊŘ [ 4 ]

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

***

Dua hari berlalu setelah Dion hilang. Warga sekitar sudah mencoba mencari-cari keberadaannya namun belum menemui titik terang. Polisi juga sudah membantu mencari namun sama saja tak ada kabar baik dari mereka. Berita ini mulai tersebar sampai ke desa sebelah membuat beberapa orang panik. Banyak yang berbisik-bisik tentang hal gaib. Luna dan Ruka juga sudah memberikan bukti pesan dan apa saja yang mereka obrolan waktu itu untuk membantu kepolisian.

"Aku kasihan lihat ibunya Dion, dia kan hanya tinggal berdua dengan Dion." Ruka menatap Rita yang dipeluk oleh adiknya.

"Apa yang terjadi dengan Dion," gumam Luna. Mereka sekarang berada di tempat terakhir Dion mengirim pesan, yaitu di ujung perkebunan teh. Ada pagar yang ditempa dari besi membatasi orang-orang untuk mendekat ke area sumur. Seperti yang diketahui warga, banyak tanaman beracun yang mungkin bisa saja melukai atau membuat seseorang iritisi dengan hanya menyentuhnya saja. Hanya polisi yang boleh masuk ke pekarangan itu. Tak jauh dari sumur itu ada bangunan tua yang sudah lama tak terurus. Bangunan itu dulu merupakan tempat tinggal ilmuan tersebut dan keluarga kecilnya.

"Apa kamu memikirkan hal yang aku pikirkan?" tanya Ruka sambil mengigit kukunya, pertanda dia merasa semakin cemas.

"Maksudmu sumur permohonan?"

Ruka mengangguk lalu berkata, "aku rasa ada hubungannya."

***

Luna baru saja kembali ke rumahnya. Melihat Darman sedang memasukkan ayam ke kandang. Pohon bunga rosella berjejer panjang ke belakang hingga membentuk suatu batasan antara rumahnya dan tetangganya. Terlihat beberapa tanaman itu layu membuat Luna berinisiatif menyiramnya. Namun karena tanahnya terlihat basah Luna tak jadi melakukannya, pikirnya Darman telah menyiramnya. Saat Luna mendekati Darman, pria itu masih sibuk dengan ayam. Jendela kamar ibunya yang terbuka membuat Luna sedikit kaget karena Laura duduk di atas kursi roda menghadap ke jendela yang terbuka. Wanita itu memejamkan matanya, Luna melangkah dengan pelan takut Laura terbangun.

"Ayah," panggil Luna, Darman langsung berbalik dan melepaskan sarung tangannya.

"Kamu hampir mengagetkan ayah," ucap Darman yang kemudian mengajak putrinya masuk lewat pintu belakang. Darman kemudian mencuci tangannya di wastafel.

"Ayah, bagaimana dengan ibu?" tanya Luna, meski sering kali diberi jawaban yang sama oleh Darman yang mengucapkan ibunya akan baik-baik saja, tetapi Luna tetap berharap ada progres dari kesehatan Laura. Namun, Darman masih menjawab dengan ucapan yang sama.

Luna kembali ke kamarnya, merebahkan tubuhnya dan menatap langit-langit kamar. Pikirannya berkelana dengan cerita yang baru saja diceritakan Ruka sebelum ia pulang. Cerita yang juga Ruka dengar dari ibunya. Tentang sumur permohonan itu. Tak ada yang spesial saat Luna melihat sumur itu dari jauh. Hanya saja setelah mendengar cerita tentang sumur itu Luna benar-benar kepikiran. Bisa saja Dion meminta hal yang aneh pada sumur itu, mengingat laki-laki itu antusias sebelum dia menghilang.

Luna mengambil ponselnya dari saku, tepat saat itu pesan Ruka masuk.

'Lihat video yang Dion kirim waktu itu. Bukannya dia memakai celana hitam saat bertemu kita siang hari. Tapi divideo itu dia memakai celana abu-abu. Bukankah ibunya bilang dia tak pulang ke rumah sejak siang itu, seharusnya Dion memakai celana yang sama.'

Luna langsung terduduk dan melihat kembali video itu. Benar apa yang dikatakan Ruka. Luna semakin yakin kalau ada hal yang tidak beres.

***

Malam itu Rita berjalan tergesa-gesa, wanita itu membungkus telapak tangan kanannya dengan kaus hitam yang telah disobeknya.

"Dion kumohon kembali," ucap Rita sebelum menutup pintu rumahnya. Rita membasuh telapak tangannya yang sengaja ia lukai dengan air mengalir. Sedikit perih tapi dia tak peduli.

Sudah beberapa hari tidurnya tak nyenyak. Selalu mimpi buruk karena khawatir pada anaknya. Wanita itu langsng melepas seluruh pakaiannya dan mandi di malam hari. Bagaimanapun dia bertahan, wanita itu tetap menangis di bawah shower.

***

Pagi berikutnya Ruka mengetuk pintu rumah Luna, karena Luna tak menjawab teleponnya. Tetapi bukan Luna yang membukakan pintu melainkan Darman.

"Luna udah bangun om?" tanya Ruka yang tampak gugup.

"Oalah Ruka, langsung ke atas aja. Sepertinya Luna baru saja selesai mandi," jelas Darman.

Setelah izin, Ruka langsung ke kamar Luna tetapi ekor matanya sempat menangkap kain yang tergantung di dinding rumah Luna. Berhenti beberapa detik lalu segera buyar karwna Luna tiba-tiba ada di hadapannya.

"Dion kembali," kata Ruka membuat Luna terkejut.

"Kapan?"

"Subuh hari kata ibuku," jelas Ruka.

"Ayo ke rumah Dion," ajak Luna yang menarik sahabatnya itu segera.

"Mau ke mana?" tanya Darman yang dilewati Luna begitu saja saking buru-burunya.

"Ke rumah Dion, Ayah, dia udah kembali," jawab Luna.

Darman mengucap syukur lalu membiarkan putrinya itu keluar begitu saja. Pria itu langsung ke kamar istrinya untuk menyuapinya sarapan.

Suasana depan rumah Dion mulai ramai, ternyata bukan cuman mereka berdua yang penasaran melihat kondisi Dion. Luna dan Ruka menerobos kerumunan hingga sampai di ambang pintu.

"Dion," panggil Luna hingga laki-laki itu menoleh.

Luna dan Ruka sama terkejutnya melihat wajah Dion yang terlihat kurus dan matanya yang cekung juga jemarinya yang bergetar. Dion hanya menatap kedua sahabatnya itu tanpa berkata apapun. Luna mendekat ke arah Rita yang mengenggam tangan kanan Dion dengan erat. Semua orang berkumpul di sini sekiranya mempunyai pertanyaan yang sama di kepala yaitu apa yang terjadi pada Dion. Tetapi entah mengapa Rita tak mau menjawabnya. Wanita itu dengan sabar menyuruh warga yang berkumpul untuk segera pulang dan membiarkan Dion beristirahat hingga menyisakan Luna dan Ruka saja.

"Syukurlah Dion kamu udah balik, kami semua khawatir padamu," kata Luna.

"Ceritalah nanti kalau kamu udah siap, aku harap kamu cepat sembuh," ucap Ruka yang menatap wajah Dion yang pucat.

"Ruka, Luna, jangan terlalu banyak bertanya pada Dion dulu, ya. Ibu rasa dia masih syok, kita tunggu dia agak baikan. Sejak dia datang subuh tadi dia belum berbicara sama sekali," jelas Rita yang yang menepuk-nepuk pelan tangan anaknya. Dion tersenyum.

Rita langsung memeluknya yang dibalas Dion dengan sedikit kaku.

"Betul apa yang orang bilang padaku. Sumur itu mampu membawa Dion kembali," kata Rita yang refleks terdiam setelah mengucapkan hal itu. Seolah dia baru saja membocorkan rahasia besar.

"Maksud Ibu?" tanya Luna keheranan.

Beberpa menit terdiam hingga Rita menghela napas.

"Sebelum Dion kembali subuh hari, Ibu ke sumur tempat Dion hilang. Awalnya Ibu tak percaya tetapi karena putus asa tak ada jalan pilihan akhirnya Ibu mencoba dan ternyata itu membawa Dion kembali. Mohon jangan beritahu orang lain, Ibu tak ingin orang desa tahu akan hal ini," jelas Rita.

Luna dan Ruka hanya mengangguk. Mereka sama-sama merasa heran dan masih tak percaya.

"Mungkin kamu bisa meminta ibumu sembuh pada sumur itu," kata Rita yang membuat Luna tersentak. Dion tersenyum lagi.

***

Jangan lupa voment dan krisar ya sayangku semuaaaa

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro