Bab 04

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

MAKING CRAZY SCANDAL
Bab 04
a story by Andhyrama

IG: @andhyrama// Twitter: @andhyrama_twt// YouTube: Andhyrama// TikTok: @andhyramatv

Dapatkan buku karyaku lengkap di Shopee: Andhyrama, IG: @andhyrama.works

⌘♛∞♛⌘

The Body Art Museum, sebuah tempat pameran seni kotemporer. Siapa pun yang ingin masuk ke dalam museum itu haruslah berusia delapan belas tahun ke atas. Semua karya di dalamnya adalah hasil tangan-tangan emas, Adam Anderson. Kakek dari Nathan Anderson sang kepala museum.

Tempat dipenuhi orang-orang telanjang. Ya, museum itu dipenuhi lukisan telanjang dan patung-patung manusia tanpa busana. Namun, dengan balutan seni, semuanya terlihat indah. Emily selalu kagum dengan bagaimana lukisan-lukisan itu tampak sensual, eksotik, tetapi begitu elegan.

"Maaf ya, tidak boleh mengambil gambar di sini," kata seseorang kepada pengunjung yang ingin memotret.

Itu adalah Nathan. Pria dengan pakaian rapi, tetapi terlihat santai. Kemeja putih yang dimasukkan ke celana cokelat dengan lengan digulung dan kancing atas dibuka dua. Nathan memang tampak seksi. Itu mengapa, Emily selalu terpesona melihat sosok itu.

Emily menghampiri Nathan ketika pengunjung yang tadi bersamanya sudah pergi. "Kenapa kepala museum menegur pengunjung secara langsung?" tanya Emily.

Nathan menoleh ke arah Emily. "Kenapa kau ke sini?

"Mengagumi karya-karya di sini," kata Emily.

"Lalu, kenapa kau menemuiku?"

"Kau juga karya Tuhan, kan? Aku juga mengagumimu," jawab Emily.

Nathan tersenyum dan kemudian menggeleng pelan. "Malam ini aku pulang."

"Jangan marah lagi ya," kata Emily seperti memohon.

"Baiklah, asal jangan ungkit lagi," ujar Nathan.

Emily tampak kesulitan mengiyakan, tetapi ia mengangguk. "Melihat karya-karya di sini, aku merasakan apa yang ada di benakmu dan juga di benak kedua orang tuamu. Seorang cucu yang ingin karya kakeknya dikenang dan diapresiasi banyak orang. Dan orang tua yang tak tahu akan seni, hanya ingin keluarga mereka dikenal dengan baik, karena semua karya ini mungkin akan membawa pengaruh buruk bagi mereka."

"Dan apa yang terjadi?" tanya Nathan.

"Mereka salah. Justru semua ini diapresiasi dengan baik oleh orang-orang yang paham akan seni. Keluarga Anderson masih kokoh."

"Jadi?" Nathan memancing.

"Kedua orang tuamu yang harusnya datang dan meminta maaf," jawab Emily yang sudah tahu jawaban apa yang diinginkan Nathan.

Nathan mengelus pelan rambut Emily. "Jadi, jangan paksa aku menemui mereka."

Emily mengangguk. Walau tak yakin, tetapi setidaknya mereka sudah tidak bertengkar lagi. "Mau makan siang bersama?"

"Kenapa tidak?" tanya Nathan yang kemudian mengajak tunangannya itu makan di kantin museum itu.

⌘♛∞♛⌘

Di kafe Historia, Emily mengecek siaran TopNews siang tentang liputannya di kantor polisi itu. Liputan itu diunggah di YouTube LeaderTV. Emily membaca komentar-komentas di sana. Ada ratussan komentar yang turut sedih karena hilangnya Sheila. Ada juga yang merasa bahwa kasus itu hanyalah pengalihan isu atau sudah diset sedemikian rupa.

"Mereka pikir itu konspirasi?" Emily menggeleng.

Ada pejabat yang korupsi dan pemberitaannya memang sedang booming juga. Sehingga kemunculan berita Sheila disinyalir sebagai pengalihan isu. Emily membenci politik, tetapi ia juga harus update dengan berita yang sedang berjalan.

"Kenapa harus tempat seperti ini?" tanya seseorang yang baru saja datang.

Emily mengangkat wajahnya dan mendapati seorang pria dengan jaket parka berwarna krem itu berdiri.

"Silakan duduk detektif keren," kata Emily seraya tersenyum—ia sedang mengejek.

"Oh, jadi ini pelanggan yang ingin bertemu satu dari seratus orang yang tidak menyetujui detektif Remi adalah detektif keren? Selamat Anda sedang bertemu dengan orang itu," kata Remi yang kemudian duduk.

"Biar kukasih tahu, detektif yang keren itu cool, berwibawa, dan stay misterius." kata Emily.

"Pesankan es susu pisang," kata Remi yang sedang melihat buku menu.

"Es susu pisang? Detektif? Di mana korelasinya?" Emily tampak kesal.

"Halo, reporter. Sejak kapan detektif harus minum kopi hitam?" jawab Remi yang menyerang dengan pertanyaan.

Emily tertawa saat melihat ekspresi serius Remi yang seperti kurang terima. "Oh, tidak apa-apa. Apa mau minuman yang lebih cute. Ada Strawberry Mint, atau Blueberry Bubblegum, mau?"

"Silakan saja pesan, kau yang akan membayarkan, bukan?" tanya Remi.

"Tentu saja Tuan Detektif Keren. Habiskan semuanya, ya!" Emily berdiri untuk memesan. Itu ruangan privat sehingga ia harus keluar memanggil pelayan.

Setelah memesan, Emily kembali ke meja dan duduk. Ia menunjukkan catatannya kepada Remi. Catatan soal kasus Steven dan juga kasus Sheila. Remi membaca itu dengan santai karena seperti tak ada informasi baru yang didapatkannya.

"Aku yang menyuruh Natalia berbohong kepada media," jawab Remi.

"Oh jadi kau pelakunya," ujar Emily.

"Aku akan terlibat jika Natalia mengungkapkan kebenaran kalau Steven selingkuh," ujar Remi. "Lagi pula, aku masih mengejar Maria."

"Maria?"

"Ya, selingkuhan Steven. Wanita itu menghilang. Ada rahasia yang dibawa oleh wanita itu dan bagaimana mengungkap pesan di buku itu. Kuncinya adalah Maria."

"Apa yang bisa kubantu untuk menemukan Maria?"

"Aku butuh riwayat lengkapnya," jawab Remi. "Memangnya kau bisa dapatkan?"

"Oh, semudah mendapatkan nomormu," sahut Emily.

"Bagaimana aku bisa mendapatkan pekerjaan kalau nomorku tidak bisa didapatkan oleh pelanggan?" jawab Remi yang menatap Emily.

"Oh, bisa dengan manajer atau asisten, atau perantara lain."

"Aku bekerja sendiri. Tidak ada manajer, asisten, dan lainnya."

"Berapa kasus yang sudah kau selesaikan?"

"Tidak banyak, mungkin 99."

"Jadi, kasus Steven ini akan jadi ke 100 ya, kalau kau berhasil menyelesaikannya. Cukup keren."

"Ja-sa-de-tek-tif-ke-ren-dot-com."

"Oh untung ya sudah dot-com, coba masih blog-spot-dot-com," sahut Emily.

"Aku profesional, kau tahu kan?" kata Remi yang mengangkat tangannya dan mendekatkan tangan itu ke dada Emily.

Sontak Emily kaget dan mundur. "Apa-apaan?!"

Remi tampak bingung. "Aku hanya ingin mengambil pulpen yang tergantung di sakumu," ujarnya tanpa dosa.

Emily tampak malu, ia mengambilkan pulpen itu dan diberikannya ke Remi.

"Kau takut aku mengambil sesuatu yang tidak bisa diambil?" Remi menyengir.

"Diam," ketus Emily yang ingin mengubur rasa malunya.

Tiba-tiba pintu terbuka dan pesanan sudah masuk. Ada Es susu pisang, Strawberry Mint, dan Blueberry Bubblegum, semuanya untu Remi.

"Kau benar-benar memesan semuanya?" tanya Remi.

"Kau pikir aku bercanda?" respons Emily. "Silakan dinikmati Tuan Detektif Keren."

Remi menelan ludah. "Baiklah." Ia menyeruput es susu pisangnya.

"Ayo bahas lagi!"

Remi kemudian mulai menulis di atas kertas. "Aku mendapat pekerjaan untuk menguntit Steven dan menemukan bahwa dia bersama Maria di hotel tiga kali di waktu yang berbeda. Jadi, kusebut saja kalau Steven memang berselingkuh. Dia tidak mengaku, tetapi istrinya sudah tidak ingin mendengar kata-kata Steven karena banyak hal mencurigakan dan kebohongan yang dilakukan Steven.

Seperti berbohong pergi urusan bisnis, ataupun menjaga ruko. Padahal, rukonya sangat jarang buka. Aku mencurigai kalau Steven punya pekerjaan lain selain bisnis jam tangan branded-nya."

"Bisnis lain?"

"Kata-kata yang kita temukan di buku itu."

"Jantung? Dia akan memberikan semua jantung itu ke pelayan?"

"Aku hampir saja mengartikan itu secara harfiah."

"Jantung? Organ manusia maksudmu?" Emily tampak bingung. "Jantung kurasa adalah kata kiasan semacam "hal paling penting" yang dia miliki."

"Kau tahu dia punya gelar apa?"

"Apa?"

"Steven adalah dokter bedah jantung."

Emily menutup mulutnya. Ia menggeleng pelan.

"Setelah mendapatkan gelar itu, dia tidak melanjutkan profesinya sebagai dokter. Dia malah membuka ruko jam tangan," ungkap Emily.

Emily meulai memikirkan teori-teori gila. Dari hal yang tidak mungkin, tiba-tiba bisa menjadi mungkin.

"Kalau kasus Sheila dihubungkan dengan Steven, kau tahu arahnya ke mana?" tanya Emily yang tentu saja tidak benar-benar percaya kasus itu berhubungan.

"Kalau kasus Sheila ada hubungannya dengan Steven. Pasti Sheila hilang karena jantungnya diambil. Sekarang, kita harus memburu Maria," kata Remi dengan entengnya. 

Sampai jumpa lagi!

1. Bagaimana pendapat kalian tentang bab ini?

2. Bagian mana yang paling kalian suka?

3. Bagian mana yang paling buat kalian penasaran?

4. Apakah kalian keberatan kalau cerita ini update setiap malam?

5. Kalian berharap cerita ini ada berapa part?

⌘♛∞♛⌘

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro