08

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Malam yang gelap telah berganti fajar. Suasana mansion keluarga Lee masih tampak sepi. Hanya beberapa pelayan yang terlihat bekerja membersihkan rumah dan juga memasak di dapur.

Sohyun telah bangun dari tidurnya. Bahkan semalaman ia tak bisa tidur memikirkan perkara perjodohan itu berulang-ulang.

Sohyun terasa pusing. Teramat pusing hingga ia tak sanggup lagi mencerna panggilan yang tertuju padanya.

"Sohyun!"

"Sohyun!"


"Iya?"

Dan Sohyun pun menemukan seseorang sudah berdiri tegap di belakang setelah menepuk salah satu bahu kecilnya.

"Bibi? Bibi sudah bangun?"

"Iya. Hari ini akan ada acara spesial. Tamu dari suami Bibi akan berkunjung untuk makan malam. Semua persiapan harus dilakukan dari pagi supaya tidak kedodoran."

Sohyun memanggutkan kepala, bagaimana ia tidak sadar kalau orang-orang di sekelilingnya sibuk sedari tadi? Sementara yang dia lakukan hanyalah melamun di balik kaca jendela tanpa ada niat memberikan tangan dan tenaganya.

"Bi, apa mungkin ada yang bisa kubantu?"

"Tidak-tidak. Tidak perlu, Sohyun. Nanti kulit tanganmu bisa rusak kalau digunakan untuk bekerja. Lagipula, untuk apa Bibi punya pelayan banyak tetapi mereka tidak dimanfaatkan?"

Sekali lagi, bagaimana Sohyun bisa lupa kalau keluarga Lee adalah keluarga kaya raya yang mengadopsi begitu banyak tenaga manusia untuk diekplorasi.

'Sohyun? Ada apa denganmu hari ini? Fokuslah!'

"Ehm.. Sohyun.."

"Iya, Bi?"

"Daripada kau menganggur, bukankah sebaiknya kau lakukan rutinitasmu?"

Sohyun menelengkan kepala. Apa maksud perkataan bibi? Ia bahkan tak bisa memutar otaknya untuk memecahkan teka-teki beliau kali ini.

"Itu loh, Sohyun.. Apa kamu lupa? Atau pura-pura lupa?"

Sohyun masih tidak paham.

'Ayolah, Bi. Ini bukanlah waktu bermain tebak-tebakan. Kenapa tidak terus terang saja?'

"Ck. Nak, apa kau lupa kalau kau harus mengurusi anak Bibi?"

"Hah?"

'Taeyong maksudnya? Tidak. Aku tidak siap bertemu dengannya sekarang.....'

"Kenapa Sohyun? Kok diam? Hari ini, Taeyong ada kuliah pagi. Kau harus membangunkannya, kalau tidak anak itu pasti akan 'molor' sampai sore."

Sohyun ingin menolak, namun kedua tangan bibi sudah mendorongnya masuk duluan ke dalam kamar Taeyong. Sohyun tak bisa memberontak. Apalagi, setelah bibi menutup pintu rapat-rapat.

'Apa sebenarnya niat Bibi ini? Apa perlu buru-buru menutup pintu seperti itu?'

Dan dengan terpaksa, Sohyun melangkahkan kakinya lebih dalam menuju ranjang lebar Lee Taeyong.

Pria itu masih berkemelut dengan selimutnya. Tidurnya kelihatan damai. Mungkin dia sedang bermimpi indah disana. Sohyun menarik nafas dalam, mencoba menghadapi realitanya belakangan ini. Dimana ia hidup dan tak lepas dari medan magnet si Tuan Muda Lee. Sohyun dituntut harus selalu berada di dekat lelaki itu meskipun ia menolak.

Semua hanya berlandaskan balas budi.

Bersyukur Sohyun diperbolehkan tinggal di rumah keluarga itu.

"Hey! Bangun!"

Sohyun berteriak seperti biasanya. Suaranya yang membesar, tak mempengaruhi aktivitas tidur Lee Taeyong. Sama seperti saat pertama kali Sohyun melakukannya.

"Tuan Muda Lee, bangunlah.."

Mendengar Sohyun menyapanya dengan hormat dan lembut, Taeyong membuka mata.

'Sialan.'

Umpat Sohyun dalam hati setelah mengetahui bahwa dirinya dikelabuhi Taeyong.

"Oaahmmmm.."

Taeyong menguap masih dari balik selimutnya. Mungkin sandiwara karena uapannya tampak dibuat-buat. Pandangannya mulai fokus setelah memburam beberapa saat.

"Ternyata, bodyguard ku ada disini.."

"Terima kasih, sudah membangunkanku."

Sohyun merasa aneh akan sikap Taeyong. Ia yakin, Taeyong sedang berakting mengejek tugasnya setiap pagi.

"Bangun!"

"Santai. Jangan buru-buru. Ini masih jam tujuh pagi."

"Tapi kuliahmu setengah delapan, apa kau lupa?"

Sohyun sedikit jengkel. Rasa jengkel itu pun tidaklah terlalu berasa sebab hampir tiap hari ia menghadapinya. Mengobrol dengan Lee Taeyong sama saja menyita waktu dan usaha.

Taeyong menyibakkan selimutnya. Terpampanglah dirinya yang sedang bertelanjang dada dengan hanya memakai boxer putih selutut.

Sohyun segera membalikkan badan dan menutup matanya.

"Kenapa kau?"

Taeyong berdiri dari kasurnya dan menggaruk kepalanya yang mendadak terasa gatal.

Ia meraih bath robe abu-abu yang ada dibalik pintu. Artinya, tepat di hadapan Kim Sohyun lah bath robe itu berada.

Sohyun membalikkan badannya lagi ke arah yang berlawanan saat menyadari Taeyong berajalan di depannya.

Taeyong merasa curiga. Jangan-jangan, Sohyun sudah menjadi gadis normal yang tak tahan melihat abs-nya?

'Hehe...'

Mata Taeyong memicing, sebuah ide jahil melintas di kepalanya.

"Hey, Sohyun! Kau menjatuhkan sesuatu di belakangmu!"

"Apa?"

Sohyun melihat ke belakang. Dan yang ia lihat...

Suatu bidang datar berwarna cokelat cerah dengan enam kotak di permukaan agak bawahnya.

'Apa ini?'

Tanpa sadar, Sohyun merabanya.

Tangannya terus menjalar ke atas dan ke atas hingga tatapannya bertemu dengan dua manik hitam Taeyong yang melotot usil.

"Haaaaahhh?!! Taeyongg!!!!! Eghh!!"

Sohyun mengibas-ngibaskan tanganya ke udara, merasa jijik.

"Ugh!! Ugh!! Rasakan ini!!"

Hingga pukulan keras pun mendarat di lengan Taeyong yang berisi.

"Aduduh!! Aw!! Jangan dipukul! Sakit!"

"Kau???? Menyebalkan!"

Malunya Sohyun ketika ia mengetahui bahwa yang baru saja ia raba adalah perut dan dada bidang milik Lee Taeyong. Ya Tuhan... Pipinya pasti memerah tak karuan!

Sohyun tak sanggup mengingatnya lagi!

Berharap rasa malunya tersembunyi, Sohyun memilih pergi meninggalkan ruangan pribadi tersebut. Sedangkan, ia mengabaikan Taeyong yang tak berhenti tergelak tawa di belakangnya.

Baguslah. Sohyun membiarkan dirinya menjadi badut Taeyong pagi itu! Sungguh memalukan!

.............................

"Heh! Ngapain diam disitu? Cepat masuk."

Taeyong sudah menunggu di dalam mobil. Sopirnya bahkan sudah siap di posisinya.

Sohyun tetap berdiri di luar dan enggan masuk. Hatinya masih kesal gara-gara dikerjai Taeyong beberapa jam lalu.

"Masuk atau aku menggendongmu sampai ke dalam mobil?!"

Sohyun melotot. Dirinya telah dipermainkan. Bagaimana ia bisa terlihat begitu lemah hari ini? Kemana sikap dingin dan sombongnya pergi? Ia tidak mau kalah oleh Lee Taeyong hanya karena ciuman tidak sengajanya kemarin.

Benar. Sohyun jadi bodoh sebab memikirkan kejadian itu semalaman. Ia takut kalau Taeyong sampai memergoki perbuatannya. Bisa saja pria itu akan semakin mengolok-oloknya kan? Atau mungkin, bibi juga sudah memberitahu apa yang ia lakukan pada bibir Taeyong kemarin?

"Tidak boleeeh!!"


"Apanya yang tidak boleh?"

Sohyun terlalu asyik dengan pikirannya hingga ia tidak menyadari kata-kata yang keluar dari mulutnya sendiri. Kebodohannya menjadi begitu parah pada akhirnya.

'Bodoh, kau Sohyun!'

"Cepat masuk! Lama sekali sih! Atau aku akan benar-benar menggendongmu nanti!"

Tak banyak bicara, dengan wajah yang tanpa ekspresi, Sohyun memasuki mobil dan membiarkan sedan hitam itu melaju membelah jalanan kota menuju ke universitas tujuannya.

Sepanjang jalan hanya hening yang ada. Sohyun tenggelam pada pemandangan di luar jendela sementara arah pikirannya menuju ke yang lain.

..................................

Sesampainya di depan gedung kampus yang megah, mereka berdua turun. Sohyun mengekori Taeyong seperti kesehariannya.

Namun, baru beberapa jengkal Taeyong melangkah, ia berbalik lagi.

Sohyun yang dibelakangnya pun dibuat bingung. Yang Sohyun lakukan adalah memundurkan kakinya hingga punggungnya membentur pintu mobil Taeyong.

Taeyong semakin mendekat. Sebelah tangannya berhasil mendarat di sisi kiri tubuh Sohyun, menghanta di kaca jendela sampai menimbulkan suara 'Duk!'. Sementara tangannya yang lain hendak menjangkau sesuatu. Sohyun menggeser tubuhnya ke kanan, Taeyong mengikutinya. Sohyun menggeser tubuhnya ke kiri, Taeyong mengikutinya lagi.

"Apa yang kau lakukan?"

Taeyong akhirnya membuka mulut.

"Justru aku yang bertanya! Apa yang kau lakukan Lee Taeyong?? Apa kau mau membalas perbuatanku semalam? Aku katakan padamu, itu terpaksa dan tidak sengaja!"

Mimik wajah Sohyun tampak ketakutan. Terlihat dari lirik matanya yang penuh ragu. Taeyong justru tidak mengerti apa yang dikatakan Sohyun.

"Menyingkirlah! Aku buru-buru! Handphoneku tertinggal di dalam!"

"A-apa?"

Sohyun memindahkan posisinya ke bagasi belakang agar Taeyong leluasa membuka pintu mobil dan mengambil ponselnya yang ketinggalan.

'Sohyun.. dia hanya mengambil ponsel. Kenapa kau berpikir dia akan menciummu?'

Dengan sekilas, Taeyong menyenter kedua bola mata Kim Sohyun sebelum akhirnya bergegas menuju kelas tanpa sepatah kata.

Sohyun akhirnya bisa bernapas lega. Ia terbebas dari Taeyong, setidaknya untuk sementara ini sampai ia bisa menghilangkan semua keparnoannya.

..............................

"Sayang, langsung pulang ya. Kita harus menyambut tamu penting hari ini."

"Iya, Ma. Ini masih di jalan.. bawel deh."

Sohyun tidak menyangka, seorang Taeyong bisa sesantai itu bicara dengan ibunya di telepon.

"Ya sudah. Baguslah.. tolong sampaikan pada Sohyun, Mama menyiapkannya pakaian cantik hari ini."

Sohyun langsung menoleh ke arah Taeyong begitu kata 'pakaian cantik' keluar dari komunikasi telepon Lee Taeyong.

'Oh.. please... Tidak lagi!'

"Kau dengar kan?"

Kata Taeyong agak menjauhkan ponsel itu dari telinganya.

"Iya Ma. Sohyun sudah mendengarnya cukup jelas."

"Okay, sayang. Hati-hati di jalan.. dan langsung pulang."

Tit.

"Tamu apaan lagi sih?! Padahal kan mau keluar sama Johnny!"

Taeyong agak membanting ponselnya ke atas kursi mobil di sebelah kirinya. Mereka berdua tengah dalam perjalanan pulang menuju rumah.

"Sepenting apa tamu Mamamu sampai-sampai aku harus memakai 'pakaian yang cantik'?"

Celetuk Sohyun tiba-tiba.

"Mana aku tau? Pasti rekan bisnis Papa! Dan seperti orang bego, aku pasti dijadikan bahan guyonan dengan pengetahuan bisnisku yang NOL. Membosankan!"

..................................

Hari mulai gelap. Meja makan di rumah keluarga Lee sudah tersusun rapi dengan hidangan-hidangan mewah. Sohyun duduk tidak nyaman di dalam kamarnya. Ia memandang dirinya yang ada di dalam cermin, rasanya putaran memorinya kembali menghantui.

Ia benci dirinya sendiri. Ia benci melihat dirinya yang berbalut pakaian cantik khas perempuan. Ia tak suka walau ia suka. Ia tak mau walau ia mau memakainya. Sebab tak lagi punya pilihan, berakhirlah pakaian pilihan Mama Taeyong melekat di tubuhnya.

Terdengar suara ketukan pintu dari luar.

"Nak, apa kau sudah selesai?"


"I-iya, Bi. Sebentar lagi."

'Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak mau keluar dengan pakaian ini. Lagipula, apa hubunganku dengan tamu spesial mereka? Aku hanya pengungsi di rumah ini. Aku harus cari cara supaya tidak terus dipaksa keluar kamar.'

Sohyun mengamati meja riasnya. Tak banyak alat make up disana, namun seorang pelayan sempat meninggalkan sebuah foundation di atasnya tanpa sengaja setelah selesai mendandani Sohyun tadi.

Sohyun mengoleskan beberapa krim di sekitar bibirnya sehingga itu membuatnya terlihat pucat secara alami. Barulah Sohyun membuka pintu kamarnya dengan memasang muka letih.

"Astaga, Sohyun Sayang? Kau pucat sekali. Apa kau sakit, Nak?"

"Ah.. tidak apa, Bi. Aku masih sanggup berdiri kok."

Sohyun mengolengkan badannya ke samping sampai ia berhasil membuat Mama Taeyong panik.

"Aduh... Maafkan Bibi, Sayang. Sebaiknya kau istirahat saja. Bibi tidak akan memaksamu ikut menemui tamu penting Bibi malam ini."


"Tapi, Bi? Aku merasa tidak enak padamu.."

"Tidak apa Sayang. Sebaiknya kau istirahat saja agar cepat sembuh. Ayo, berbaringlah."


'Akhirnya..'

Sohyun tersenyum di dalam hati.



"Permisi, Nyonya besar. Tamu dari Perusahaan CyWorld sudah tiba. Tuan Lee memanggil Anda."

"Baiklah. Aku akan segera menyusul."

"Nah, Sohyun. Bibi harus keluar menyambut tamu Bibi. Apa kau tidak masalah kalau Bibi tinggal?"

'Sangat tidak masalah, Bi. Pergilah...'

Sohyun mengangguk.

Pintu kamarnya pun tertutup kembali. Sohyun begitu senang dan segera mengganti pakaiannya, kemudian ia menghabiskan free time-nya seorang diri di dalam kamar.

.................................

"Selamat datang, Tuan Yoonho. Bagaimana kabar Anda?"

"Baik, Tuan Lee. Seperti yang Anda lihat."

"Apa ini putra Anda? Sudah lama sekali saya tidak melihatnya."

"Iya.. dia cukup sibuk membantu pekerjaanku akhir-akhir ini.


Jaehyun? Apa kau tidak berniat menyapa Tuan Lee?"

















































To be Continued...

Panjanggg sekali...

Maaf.. maaf.

Next (?)





Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro