43 [END]

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Hai, sudah siap buat ending-nya? Sebelumnya aku mau berterima kasih buat kalian yang setia membaca cerita ini. Terutama, komentar2 kalian yang membuatku makin semangat nulisnya.

Karena perjalanan hidup pastilah berujung, begitupula dengan cerita ini, pastilah memiliki akhir.

Selamat membaca ⬇️⬇️
.

.

.

Sohyun membuka matanya. Kepalanya terasa pusing sekali. Pengelihatannya sedikit kabur, bukan, tapi pengelihatannya jadi gelap!

Tangan kakinya terasa nyeri. Ia tak bisa bergerak sama sekali.

Bibirnya bungkam. Sepertinya ada sesuatu yang menyumpal di mulutnya. Gadis itu masih belum sadar dengan apa yang menimpanya.

Seingat Sohyun, ada seseorang yang membuka paksa mobilnya di pinggir jalan tadi. Lalu sebuah kain membekap mulutnya dan ia pingsan.

Siapa yang tega melakukan ini?

Sohyun mendengar sebuah lagu mengalun di telinganya. Sebuah musik melankolis terputar. Memenuhi rongga-rongga pendengaran Sohyun dan membuatnya miris.

Adelle - Hello

Sohyun ingat betul, lagu favorit siapakah itu. Mendadak Sohyun jadi panik. Ia berusaha melepaskan diri dari tali pengikat di tangannya, dan sia-sia!

Ikatan itu terlalu kuat sampai-sampai menyakiti pergelangan tangan Sohyun yang tak terbalut apapun!

Dimana blazzer yang tadi ia pakai? Kulit tangan sampai lengannya terasa oleh dinginnya AC. Dimanakah ia sekarang??

"Hello, it's me."

Suara itu muncul beriringan dengan lirik lagu yang sedang dimainkan.

Sohyun mengikuti derap langkah yang ia dengar. Kepalanya menoleh gelisah meski pada faktanya ia tak dapat melihat apapun.

"Waktu bisa mengobati semua luka, Sohyun. Apa kau percaya itu?"

"Bodoh! Orang mana yang mempunyai anggapan setolol itu?"

"Yang benar adalah semakin kau mempersingkat waktu, semakin besar pula kemungkinan luka itu tidak akan menggerogotimu."

Sohyun tidak mengerti apa ucapan lelaki itu. Ia hanya sedang sangat ketakutan sekarang. Sohyun menggerakkan tubuhnya, menjajal melepas ikatan simpul yang membungkus pergelangan tangannya.

"Mau kemana, Sohyun? Kita belum main-main."

"Kalau aku tau wanita sok penguasa itu akan membunuhmu, aku sudah pasti membawamu pergi bersamaku terlebih dahulu."

"Kau tau, dari dulu aku mencintaimu. Aku sangat ingin memilikimu.. "

"Dan kau menolak!"

Brak!

Sohyun mendengar suara benda-benada yang terbanting dan terjatuh pecah di lantai.

Sebuah tangan mencengkeram lengannya dengan ketat. Mencekal agar Sohyun tak coba-coba berontak lagi.

"Diamlah!!"

"Atau kau sudah tidak sabar menikmati permainanku? Kakak tiri kesayanganmu ini sangat merindukanmu, Sohyun!"

Sret..

Penutup mata Sohyun terlepas, dan bungkaman mulutnya terbuka.

Sohyun mengambil nafas dalam-dalam. Dadanya naik turun, bergemuruh ketakutan.

Sial! Bangchan menculiknya!

"Brengsek! Kau sama saja dengan ibumu! Sama-sama busuk!"

Hina Sohyun habis-habisan.

"Kenapa kau tidak menyusul wanita ular itu saja ke penjara? Melihat wajahmu, aku benar-benar muak! Cuih!"

Bangchan mengelap bekas ludah Sohyun di wajahnya. Mata pria itu menggelap. Ia sudah tidak sabar lagi, Sohyun sudah sangat menguras habis tingkat kesabarannya.

Bangchan membawa tubuh Sohyun yang masih terikat dan melemparkannya ke atas kasur!

Sial! Sekali lagi sial!

Sohyun terus mengumpat dengan mulutnya. Bangchan keterlaluan, apa yang dia inginkan? Memiliki tubuh Sohyun seutuhnya? Bahkan di apartemen Sohyun yang telah lama gadis itu tinggalkan?

Sohyun tak mengerti bagaimana Bangchan bisa menemukan password kamar apartemen itu. Tetapi yang jelas, gadis itu harus keluar dari sana! Secepatnya!

Bangchan meremat rahang Sohyun dengan kasar.

"Berhenti sok jual mahal! Katakan, kau juga menyukaiku kan?"

"Kau brengsek!! Bodoh!! Lepaskan aku! Akan kubuat kau menyusul ibumu! Biadab!"

"Hahaha.."

Bangchan melepas cengkramannya dari dagu Sohyun. Kepala Sohyun menghantam pada headbboard ranjangnya. Ia mengerang.

"Ibu mana yang mencuri kebahagiaan anaknya? Aku sungguh bersyukur polisi menangkapnya. Dengan begitu, kita bisa bersama. Iya, kan?"

Bangchan mendudukkan diri, merapatkan tubuhnya pada Sohyun dan memeluk paksa gadis itu. Sohyun tak bisa lepas, bulu kuduknya meremang. Kakinya mati rasa dan dirinya seakan merasakan kelemahan yang luar biasa.

Disaat seperti ini, dia justru mengingat Taeyong. Taeyong yang pernah menyelamatkannya dari serangan Chan saat itu. Tetapi sekarang? Mungkin tidak ada yang tau kalau Sohyun diculik.

Bangchan mendekatkan wajahnya hendak mencium bibir Sohyun.

"Aku sudah lama menginginkan ini, Sohyun.."

...............................

"Kamu mau kemana, Sayang? Kamu masih sakit!"

Wanita itu berusaha mencegah kegilaan putranya. Keadaannya belum cukup stabil, tetapi anak laki-laki tunggalnya sudah berani mencabut selang infus dan mungkin juga telah memperparah kondisi tubuhnya yang baru ternetralkan dari racun.

"Mau kemana kau, Yong?!"

Kini giliran seorang Pria baya yang mencegah putranya pergi.

Taeyong tidak peduli! Sohyun hilang, dan Bangchan juga tidak diketahui keberadaannya. Ia menjadi incaran polisi, bagaimana Taeyong bisa tenang?

Sejak Yuqi menghubunginya, Taeyong jadi sangat gelisah. Sohyun lost contact. Taeyong juga tak berhasil menghubungi ponselnya. Kecemasannya pun semakin menjadi saat sebuah foto terkirim ke ponselnya, menunjukkan Sohyun sedang terikat. Mirip kondisi seseorang yang tengah diculik.

"Taeyong harus pergi, Ma, Pa!"

"Taeyong harus membawa Sohyun kembali! Sekarang kalian lihat, kan?? Dia tidak bersalah!"

"Taeyong!!"

Terlambat sudah. Kedua orangtua itu tak bisa menghentikan niatan putranya untuk menemukan si gadis pujaan hati. Dengan berjalan tertatih, Taeyong mencari taksi untuk mengantarnya ke sebuah gedung bertingkat. Yang tidak lain adalah apartemen lama Sohyun.

Cerobohnya Chan, sebab ia tak sengaja memotret pemandangan luar apartemen Sohyun. Artinya, ada celah bagi Taeyong untuk mengetahui dimana letak Sohyun ditawan.

"Cepat, Pak! Saya tidak punya waktu banyak!"

Desaknya pada sopir taksi tersebut.

Sesampainya di gedung, Taeyong buru-buru menuju resepsionis.

"Dimana kamar Nona bernama Kim Sohyun?!"

Tanyanya tergesa-gesa.

"Maaf, Tuan. Kami tidak bisa memberitahukan informasi pribadi penghuni apartemen ini kepada orang asing."

"Shit! Kau tidak tau siapa aku??"

Resepsionis itu menggeleng dan meminta maaf sekali lagi karena bersikukuh tidak mau memberitahukan letak kamar apartemen Sohyun.

"Sial!!"

Taeyong berlari menuju ke dalam. Menaiki setiap lift dan setiap lantai. Berusaha melacak keberadaan Sohyun.

"Kau dimana?!!! Sohyun!!"

Nafas Taeyong memburu. Ponsel Sohyun tidak aktif dan juga tak bisa dicek navigasinya. Ada satu jalan, Taeyong harus menghubungi Jaehyun!

.

.

"Taeyong!"

"Baguslah kau datang! Kita harus menyelamatkan Sohyun!"

"Ikut aku!"

..........................

"Pergi! Menyingkir!!"

Seolah puas, Bangchan menerima setiap lemparan barang dari tangan Sohyun. Lelaki itu sengaja melepas ikatan Sohyun agar ia bisa menikmati permainan mereka.

"Kemarilah Sayang.. kau tidak bisa kabur. Menyerahlah.."

Sohyun berlari menuju kamar mandi dan mengurung diri disana.

Bangchan terus mengetuk pintu kamar mandi, sengaja menciptakan ancaman bagi Sohyun yang terjebak di dalam sana.

Berpikirlah Sohyun.. kau harus bisa kabur..

Rapalnya resah.

"Buka, Sohyun! Atau aku dobrak pintu ini!!"

"Brengsek! Kau brengsek! Berapa kali kubilang, kita adik-kakak, Chan?!!"

"Adik-kakak sialan! Jangan lupa, kau belum menaruh kata kakak tiri di kalimatmu! Cepat keluar!!"

Sohyun Berjongkok di sudut kamar mandi. Memeluk erat kedua lututnya dan mengharap bantuan segera datang.

Baru kali ini ia merasa tak berdaya untuk melawan Chan. Bukankah dia hebat bela diri? Bodoh! Kemampuannya tak berguna ketika mental Sohyun terguncang! Ia hanya butuh sosok pelindungnya saat ini!

Bruak!

"Aa!!"

Sohyun berteriak berbarengan dengan terdobraknya pintu kamar mandi. Dan Bangchan yang psiko melangkah masuk dengan arogan dari luar.

Sohyun tak bisa bergerak. Ia justru semakin menunduk dan memejamkan matanya. Tak berani lagi menatap sorot iblis yang Bangchan tampilkan.

Sedetik kemudian, kedua pundaknya tergigit oleh jari-jari Chan yang tajam. Ia merasa bahwa Chan berusaha menciumnya kembali. Dan benar saja! Lelaki itu berhasil mendapat yang ia mau.

Ia menjamah area wajah dan leher Sohyun dengan rakus.

Menguasai Sohyun semampunya, menarik tubuh gadis itu dan membawanya ke bawah shower. Menyalakan air pada shower tersebut hingga membuat keduanya basah kuyub di bawah guyuran air.

"Hentikan.."

Lirih Sohyun yang sudah mulai merasa kewalahan. Ia tak mampu menghentikan aksi Bangchan yang menjamah dirinya.

Taeyong.. kapan kau datang..

Duagh!

Bangchan tertimpuk benda tumpul. Laki-laki brengsek itu jatuh tersungkur.

Melihat siapa yang datang, Sohyun segera berlari dan memeluk orang itu.

"Sohyun! Kau baik-baik saja?"

Sohyun merengek di pelukan Taeyong.

Mungkin pria kesayangannya itu datang terlambat, tetapi belum cukup terlambat sampai Chan benar-benar memiliki Sohyun seutuhnya.

Taeyong memeluk Sohyun posesif. Mengusap kepala gadis itu. Tak membiarkan gadis itu celaka lagi.

"Dasar lelaki bajingan!"

Bugh!

Jaehyun yang ikut bersama Taeyong tidak dapat menahan amarahnya. Ia menghajar Bangchan habis-habisan. Sementara yang dihajar meringis dan tersenyum tidak jelas.

Oh, sudahlah! Sohyun sudah tidak nafsu melihat wajah pria menjijikkan itu.

"Jaehyun hentikan! Kau bisa membunuhnya!"

Peringat Taeyong. Namun Jaehyun tidak mengindahkan.

Pria itu termakan emosi dan terus-menerus menghajar Chan.

Dan kali ini, Chan melawan Jaehyun.

"Laki-laki bodoh!"

"Bukankah kau tunangannya?? Bodoh sekali kau menyerahkan Sohyun pada pria itu!! Dungu!"

Bugh!

Balas Chan dengan melayangkan tendangannya ke wajah Jaehyun.

"Jaehyun!"

Teriak Sohyun yang tak sengaja menyaksikan kejadian itu.

"Sohyun, bisa kau keluar dan telpon polisi?"

Sohyun mengangguk dan segera keluar membawa ponsel Taeyong untuk menghubungi polisi.

"Huh.. huh.."

Nafas Jaehyun terengah-engah. Kelelahan membuatnya berhasil dikalahkan Chan saat ini.

"Kau pria brengsek!! Sialan!!"

Sekali lagi Chan menendang Jaehyun yang terjatuh di lantai.

Kini mereka sudah keluar dari kamar mandi. Lantai yang sedikit berdebu itu menjadi saksi perkelahian antara Jaehyun dan Chan.

Tidak! Tetapi Taeyong juga!

"Hei!!"

Pukul Taeyong di wajah Chan. Membuat hidung dan bibir Chan semakin mengeluarkan darah.

"Memang kenapa jika pria ini menyerahkan gadisnya padaku?? Justru dia tau mana yang terbaik, tidak sepertimu bajingan!"

Taeyong ingin menghajar Chan lagi, tetapi dadanya terasa sesak. Sepertinya efek racun itu masih berasa dan belum hilang.

"Kau ini lemah! Tidak usah sok jantan! Cih!"

Bangchan memukul perut Taeyong dan sukses menumbangkannya.


"Bangchan!!!"

Pyar!

...........................

Sohyun menangis di rangkulan ibu kandungnya. Juga di rangkulan Mama Taeyong yang telah hadir untuk mendukung dan menyemangati Sohyun disana. Seseorang dilarikan ke rumah sakit karena luka di kepalanya. Ada beberapa polisi di sana yang menyita perhatian para pasien dan pengunjung rumah sakit.

Sohyun sesenggukan. Kemudian, Taeyong datang dari arah lain, dipapah oleh Tuan Lee. Wajahnya pucat, tetapi ia tampak kuat.

Ia mengambil alih posisi ibu Sohyun dan mamanya. Taeyong memeluk Sohyun. Mencium puncak kepala gadis itu.

"Bagaimana, Taeyong?"

Tanya Sohyun dengan suara bergetar.

Taeyong menghela nafas. Tidak menjawab. Kemudian ia menepuk punggung Sohyun yang sudah terguncang karena tangisnya.

Seorang dokter keluar dari ruang operasi.

"Dokter, bagaimana keadaannya?"

"Nyonya, pasien tidak dapat diselamatkan. Ia kehilangan banyak darah akibat luka di kepalanya."

Sohyun membekap mulutnya dengan kedua tangan. Tidak disangka, kejadian ini akan terjadi dan menghancurkan hidup serta sebagian kebahagiaannya.

Semua usai..

Tetapi dengan cara yang Sohyun sama sekali tidak pernah duga.

...........................

"Hm.. aroma apa ini?"

Taeyong datang dari arah kamarnya. Turun dengan semangat setelah mencium aroma lezat dari arah dapur. Dilihatnya Sohyun sedang fokus memasak.

"Sayang, kenapa repot-repot memasak?"

Tanyanya yang entah sejak kapan sudah berada di belakang Sohyun.

"Kau lupa ini hari apa?"

"Kita harus pergi menemuinya."

"Ah! Iya! Bagaimana aku lupa?"

Sohyun membawa cangkir kopi dan meletakkannya di atas meja makan.

Mengabaikan Taeyong yang sedari tadi membuntutinya.

"Sayang..."

Rengek Taeyong manja.

"Hmm..."

"Istirahatlah. Biar aku yang melanjutkan pekerjaanmu."

"Sudah, biar aku saja. Minum kopimu, keburu dingin."

Taeyong memutar matanya malas. Dengan sigap, ia meraih tubuh Sohyun. Menggendongnya ke meja makan dan memangku dirinya.

Sohyun yang mencoba melepaskan diri, malah semakin terjebak pada pesona Taeyong pagi itu.

"Dasar bandel! Akhir-akhir ini kau sering membantahku! Kenapa? Apa karena Baby Taeyong yang ada di perutmu?"

Bibir Sohyun tersungging. Tepatnya senyum bahagia ia pancarkan.

Butuh waktu lama dengan begitu banyak kejadian yang harus mereka lalui untuk bisa menyatu bersama.

Syukurlah, semua berakhir indah. Mama dan Papa Sohyun kembali jadi satu keluarga. Keluarga Taeyong meminta maaf pada Sohyun atas sikap tidak baiknya. Bahkan kini Sohyun dan Taeyong berhasil menikah dan tengah menantikan anak  pertamanya bertumbuh di dalam rahim Sohyun.

"Hm, kau tau kenapa Taeyong kecilku menentang semua perintahmu?"

"Kenapa?"

"Karena kau terus meladeni Soojin menyebalkan itu! Kau ini sudah punya istri, bisa hilangkan tidak sikap playboymu itu?"

"Sayang! Aku dan Soojin tidak ada apa-apa! Serius! Dia mendekatiku karena dia naksir sama sahabatku, si Lucas!"

"Oh ya?? Lucas??"

"Lihat saja! Kalau sampai anak itu menyakiti perasaan Yuqi! Tidak akan aku ampuni dia!"

Taeyong tergelitik. Ya ampun, begitu cepatnya hati berpindah ke lain hati. Soojin yang dulu tergila-gila pada Taeyong justru kini mengejar Lucas. Sementara, Lucas secara tak terduga tengah menjalin hubungan dengan Yuqi, adik tiri Sohyun.

Sekarang, bukan Soojin saingan Sohyun, melainkan Soojin lah yang jadi saingan adik Sohyun.

Dunia tiba-tiba saja terbalik.

"Hei! Kita telat!"

Sohyun menepuk bahu Taeyong.

Cup..

"Morning kiss dulu, Sayang."

Ciuman dadakan Taeyong membuat Sohyun tersipu, meskipun mereka sudah menikah selama kurang lebih 8 bulan.

"Aish! Kau nakal! Bagaimana kalau anak kita protes di dalam sini?"

"Berarti dia cemburu. Biar aku cium sekalian!"

Taeyong menunduk dan mencium perut Sohyun yang tampak sedikit berisi. Sohyun merasa geli.

"Bisa kau cium aku sekali lagi? Aku dengar, Baby Taeyong menginginkannya dari dalam sana."

"Alasan!"

Meskipun begitu, Sohyun tetap melakukan apa yang Taeyong minta sebab mencium Taeyong sudah jadi sarapan tiap paginya.

Hari ini mereka ada jadwal berkunjung ke kantor polisi. Menemui seseorang yang begitu penting, yang telah mendukung kisah cinta Sohyun dan Taeyong.

"Jaehyun!"

Sohyun memeluk Jaehyun yang diantar oleh seorang anggota kepolisian. Dengan baju tahanannya, Jaehyun tak terlihat sedih. Lebih tepatnya, ia memendam kesedihan itu dalam-dalam supaya Sohyun tidak khawatir.

"Bagaimana keponakanku? Dia sehat kan?"

Jaehyun melirik perut Sohyun dan ditanggapi gadis itu dengan senyuman manisnya.

"Aku bawakan makanan kesukaannmu."

Ya, beruntunglah Sohyun selalu membawakan Jaehyun makanan. Kehidupan di bui yang selama ini tampak menyeramkan, berjalan begitu baik bagi Jaehyun. Sohyun tak berhenti terus mengunjungi dan memberinya semangat.

Setelah membunuh Chan dengan vas bunga kaca malam itu, Jaehyun menyesal. Tindakan bodohnya telah membawanya ke penjara. Tetapi dia juga lega, kini Sohyun tak ada lagi yang mengganggu.

Jaehyun membuka kotak makannya. Sedangkan kedua ekor matanya menyaksikan kemesraan gadis yang pernah hampir menjadi pendamping hidupnya bahagia bersama orang lain.

Sakit..

Tetapi lebih baik sakit melihat orang yang kau cintai bahagia, daripada sakit melihat orang yang kau cintai menderita.

Jaehyun belum sepenuhnya berhasil mengusir perasaannya pada Sohyun sampai sekarang.

Entahlah, gadis itu begitu spesial buatnya.

Tapi aku bangga. Sebagai lelaki sejati, aku berhasil membahagiakanmu, Kim Sohyun. Semoga kau aman dan nyaman bersama malaikat penjagamu yang baru.

Batin Jaehyun dengan senyum tipis di bibirnya.


























The End.

Huhu... Makasih vomment kalian. Aku janji, bikin cerita yang lebih baper lagi lain waktu. Karena fokus cerita ini lebih ke konflik😖😖

Tapi aku seneng liat apresiasi kalian di cerita "My Beautiful Matchmaker"

Terima kasih atas segalanya...

Dan cerita ini udah bener-bener end.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro