03💌 Sebuah Peringatan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sini tinggalkan komen yang banyak biar aku cepet update hehehe

***

Yoojung bagai memenangkan lotere saat mendapatkan konfirmasi dari perusahaan yang mewawancarainya bahwa ia diterima kerja. Kebahagiaannya membuncah mengetahui ia memiliki kesempatan memiliki pekerjaan tetap. Kalau berhasil menjalani tiga bulan kerja magang dengan baik, perusaahan itu akan memperpanjang kontraknya.

Malam itu setelah menidurkan Sean, ia melakukan pesta kecil-kecilan di rooftop bersama teman-temannya. Mereka memanggang barbekyu, memesan chicken dan juga cola. Mereka sengaja tak membeli minuman beralkohol karena masing-masing harus bekerja keesokan harinya.

Pesta malam itu baru berakhir saat menjelang tengah malam. Masing-masing pulang ke rumah kecuali Yoojung yang memang tinggal di lantai dua bangunan itu bersama Sean.

Sebelum beranjak tidur, Yoojung terlebih dahulu mengecek keadaan putranya. Membenarkan letak bantal dan selimut yang dirasa membuat Sean semakin nyenyak tidurnya. Sebelum pergi tak lupa ia mengecup kening Sean dan membisikkan sesuatu.

"Mama akan bekerja sangat keras agar bisa menjadi pegawai tetap perusahaan itu dan mama akan memberikan apapun yang Sean mau. Mama akan membahagiakan Sean."

"Maaf, karena selama ini mama tak bisa banyak memberikan apa yang Sean mau."




***

Hari pertama Yoojung bekerja tak memiliki banyak kendala. Ia bisa melakukan apapun yang pimpinannya suruh untuknya, walau di hari pertama kerja saja banyak pekerjaan. Pimpinan di bagiannya Lee Haneul sangat baik dan senantiasa memberi arahan bila ia kesulitan mengerjakan tugas yang diberikan. Pria berumur 30 tahun lebih itu sosok pemimpin yang sangat baik. Yoojung malah mendengar, pimpinan bagiannya itu akan dipromosikan ke jabatan yang lebih tinggi beberapa hari ke depan.

"Beristirahatlah, jangan terlalu bekerja keras di hari pertamamu kerja. Bersantai dan sedikit," ucap beliau saat makan siang. Ketika karyawan lain terburu-buru ke lantai bawah untuk menuju kantin, Yoojung lebih memilih meneruskan pekerjaannya. Pekerjaan yang pimpinannya berikan akan ia selesaikan sebelum akhir Minggu supaya ia bisa lebih banyak menghabiskan waktu dengan Sean. Untuk makan siang, Yoojung memakan bekal yang telah ia siapkan dari rumah. Ia tersenyum lebar melihat bekalnya ia buat sama dengan milik Sean, melihat itu membuatnya merindukan Sean, merindukan tawa dan panggilan putra kesayangannya itu.

Yoojung menyemangati diri, ia pasti bisa menyelesaikan pekerjaannya dengan baik.

"Kamu mendengarnya? Ketua Lee akan dipromosikan. Kudengar Mirae juga ikut dipromosikan menjadi pegawai tetap padahal ia baru bekerja 3 bulan lebih."

Yoojung yang tengah berada di bilik toilet mengurungkan niatnya keluar dari sana, ia mendengar suara para pekerja yang sepertinya dari departemen lain. Walau ia baru bekerja di situ, ia bisa membedakan karyawan di departemennya atau bukan.

"Yang benar saja? Kita yang lebih dulu bekerja di sini saja belum menjadi pegawai tetap," ucap karyawati satunya.

"Ck, kalian seperti baru tahu saja. Karyawati di bagian itu semuanya sampah."

Deg!!!

Jantung Yoojung terpompa lebih cepat ketika mendengar penuturan karyawati yang lain. Ia bertanya-tanya apa maksud wanita itu mengatakan karyawati bagiannya adalah sampah?

Tiba-tiba ia teringat ucapan karyawan HRD yang mendampinginya menuju departemennya.

"Sebenarnya aku tak mau menaruhmu di bagian itu tapi kuyakin kamu bisa. Kamu pasti kuat dan berhati-hatilah."

Yoojung tak begitu paham maksud ucapan Sejeong waktu itu, tapi mendengar gosipan para karyawati departemen lain, ia menebak ada sesuatu yang tak beres.

Dengan departemennya

Atau

Dengan pimpinan departemennya.

***

"Segelas ice americano untuk Anda," terang Yeri menyerahkan segelas americano pada Jaehyun.

Jaehyun menerimanya dan menyerahkan kartu debit miliknya pada Yeri untuk pembayaran. Selama menunggu Yeri, Jaehyun meminum ice americano nya.

Sementara itu Yeri berkali-kali mencuri pandang kearah lelaki berpakaian serba hitam, lengkap dengan masker hitam yang menutupi sebagian wajahnya. Walau Yeri hanya bisa melihat mata dan rambut lelaki itu yang di cat kecoklatan di balik tudung hoddienya, ia bisa menebak lelaki itu tampan.

Proporsi tubuh lelaki itu sangat bagus, tinggi, memiliki badan tegap, mata yang indah, kulit semulus kulit bayi. Yeri saja merasa kulitnya tak sebagus lelaki itu.

Apa dia model? Atau penyanyi? Atau aktor?

Yeri bertanya-tanya dalam hati. Lelaki di hadapannya itu terlihat sempurna.

"Kenapa rasa ice americanonya berbeda?" protes Jaehyun setelah tegukan pertama ia bisa tahu rasa ice americanonya berbeda. Padahal beberapa hari lalu sama, walau Minggu kemarin rasanya sempat berbeda.

"Eh? Maaf?" tanya Yeri bingung sembari memberikan kartu milik lelaki itu.

"Kenapa rasa ice americanonya berbeda? Aku sering membeli di sini dan hari ini rasanya sangat berbeda, tak senikmat biasanya."

"Eemmm, sebenarnya takarannya sama tapi yang membuat berbeda."

Jaehyun menyipitkan mata, ia sudah menduganya. Pasti pembuatnya berbeda.

"Aku pesan satu lagi tapi kali ini harus pegawai biasa yang membuatkannya," pinta Jaehyun terdengar mendesak dan harus dituruti.

Yeri yang mendengar permintaannya hanya tersenyum dengan terpaksa."Saya tak bisa memberikan ice americano yang dibuat oleh pegawai yang biasa."

Jaehyun menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa? Aku akan bayar lebih. Berikan aku ice americanonya secepatnya."

"Maaf tuan tapi tak bisa. Pegawai yang biasa membuat sudah berhenti karena dia bekerja di perusahaan besar sekarang."

Jaehyun mendesah kecewa. "Jadi dia tak akan membuat ice americano lagi?"

Yeri bingung pada awalnya, tapi ia mengangguk.

"Sayang sekali. Padahal ice americano buatannya enak."

Yeri tersenyum simpul. Ya, dia memang sering mendengarnya,minuman buatan Yoojung sangat enak. Walau pegawai lain sudah mengikuti takaran yang Yoojung berikan, rasanya tetap beda.

"Tante Yeri," sapa Sean memasuki cafe yang sepi itu, hanya ada Jaehyun di sana, berdiri di depan meja kasir dengan segelas americano di tangan kanannya.

Jaehyun yang merasa mengenal suara itu menoleh dan terkejut saat mendapati Sean berada di tempat itu. Walau baru pertama kali bertemu ia hafal dengan bocah itu.

"Sean, tunggu sebentar ya. Tante akan meminta pegawai lain menggantikan Tante. Nanti kita makan di restoran ujung jalan."

"Siap Tante!!!"

"Maaf tuan, Anda jadi memesan lagi?"

Jaehyun mengalihkan pandangannya dari Sean. "Tidak. Tidak jadi."

Ia menurunkan tudung hoddienya sehingga hanya sedikit bagian saja yang terlihat, ia buru-buru pergi dari cafe itu secepatnya agar bocah itu tak mengenalinya.

"Kenapa ada bocah menyebalkan itu sih di sini?" gerutunya berjalan terburu-buru menuju mobil yang terparkir di depan cafe

Ia harus pergi secepatnya. Ia tak boleh terlihat oleh bocah menyebalkan itu. Yang ada bocah itu akan membuatnya susah.

Tangan Jaehyun membuka pintu mobilnya, menaikkan sebelah kakinya untuk menaiki mobil. Ia terhenti ketika mendengar seseorang memanggilnya.

"Paman!!!!!!"

Mata Jaehyun melotot melihat bocah yang paling ia hindari malah keluar dari cafe dan berlari ke arahnya.

"Paman tampan kan?"

Jaehyun tersenyum di balik maskernya. Siapa yang senang sih dipanggil tampan. Tapi apa barusan? Paman? Bocah itu tak henti-hentinya membuat hati Jaehyun dongkol.

"Hmm siapa ya?"

"Sean. Yang minggu lalu paman tolong."

Jaehyun memeriksa keadaan sekitar yang untungnya sepi. Tapi tetap saja ia harus waspada, tak bisa sembarangan menunjukkan diri di depan umum. Kalau ada yang melihatnya pasti akan banyak menyedot perhatian.

"Paman membeli ice americano ya." Sean menunjuk gelas ice americano Jaehyun yang masih utuh karena lelaki itu baru meminum satu teguk.

"Hmmmm aku memang ke sini untuk membeli ice americano tapi maaf kamu salah orang. Aku bukan paman yang kamu maksud."

Sean mendekat, memperhatikan Jaehyun dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan mata bulatnya."Sean yakin kok ini paman tampan."

"Bukan. Aku bukan paman yang kamu maksud."

Jaehyun merasa malas bila harus berurusan dengan bocah itu.

"Paman jangan bohong. Bohong itu dosa kata mama."

"Dengar ya Sean aku bukan paman yang kamu maksud. Maaf aku terburu-buru," tegas Jaehyun memasuki mobilnya tak peduli bocah itu percaya atau tidak, lebih baik ia segera pergi.

"Tunggu paman!!!!" Tangan kecil Sean memegang pintu mobil membuat Jaehyun urung menutup pintu.

"Apalagi?"

Sean mengeluarkan buku tulis dan pensil lalu mulai menuliskan sesuatu di sana.

Jaehyun hanya memperhatikan dengan kesal sementara ponselnya terus berkedip semenjak tadi, Wendy yang menghubunginya. Ia memang diminta menuju gedung agency nya entah kenapa tiba-tiba dipanggil. Jaehyun sedikit merasa tak tenang. Lalu Sean malah menghambat kepergiannya.

Sean menyobek satu lembar buku tulisnya lalu membaginya menjadi empat bagian. Keempat-empatnya ia serahkan pada Jaehyun.

Jaehyun yang bingung hanya menatap malas kertas yang terulur padanya, tak kunjung ia terima. "Apa ini?"

"Kupon ice americano gratis "

Jaehyun menatap tajam Sean, saat ia terburu-buru bocah itu mengerjainya dengan memberikan robekan kertas ia katakan adalah kupon ice americano gratis? Yang benar saja. Jaehyun bahkan tak akan mampir lagi karena pegawai yang membuat ice americano berbeda ditambah kupon Abal-abal dari Sean itu ingin membuatnya tertawa.

"Paman bisa menggunakannya pada hari Minggu karena mamaku ada di cafe saat hari Minggu. Mama akan membuatkan paman ice americano yang enak."

"Benarkah? Terimakasih kupon gratisnya," sahut Jaehyun menerima kupon itu bukan untuk menggunakannya di kemudian hari tapi ia hanya ingin cepat pergi. Menerima kupon itu dan langsung pergi adalah pilihan yang tepat.

Demi apapun Jaehyun tak akan kembali ke cafe itu setelah tahu bocah itu akan di sana.

***

Jaehyun membanting map di tangannya ke meja. Ia begitu marah dan kecewa usai membaca isi map itu. Tatapan tajamnya pada sang direktur membuat lelaki berumur 50 tahunan itu meneguk ludah. Jung Jaehyun saat sedang marah memang mengerikan.

"Apa anda serius melakukan ini padaku? Anda membatalkan semua jadwalku?"

Direkturnya melonggarkan dasinya yang terasa mencekik, tiap menghadapi Jaehyun jantungnya bagai naik roller coaster, terpacu cepat.

"Kamu selama ini sudah bekerja sangat keras, Jae. Aku memberimu waktu istirahat beberapa bulan. Kamu bisa berlibur dan..."

"Anda bahkan menunda perilisan albumku?" sela Jaehyun kesal.

"Begini Jae, lebih baik kamu beristirahat sembari mempersiapkan albummu dengan baik. Saat kamu kembali nanti, aku akan mendukung promosimu dengan baik. Aku akan mengerahkan semua usahaku. Aku janji," ucap direktur Yoo bersungguh-sungguh.

Tapi, Jaehyun tak bisa terima.

"Gunakanlah waktumu dengan baik. Beristirahatlah Jae. Kamu sudah bekerja keras. Kamu juga boleh bagi ingin menjalin hubungan dengan wanita. Agency akan mendukunh sepenuhnya, kami akan pasang badan misal seandainya nanti hubungan asmaramu diketahui publik."

"Ayolah, Jae. Kamu butuh istirahat. Kamu membutuhkan waktu menghibur diri."

"Siapa yang menyuruh Anda melakukan ini?" tanya Jaehyun to the point', sedari awal semua itu mencurigakan. Kecurigaannya bertambah saat direkturnya berkata ia harus menjalin sebuah hubungan.

"Tidak ada yang seperti itu, Jae. Tak ada yang menyuruhku."

"Anda pikir aku bodoh? Anda tak mungkin membatalkan kontrak iklan mahal secara sepihak? Yang jelas-jelas membuat perusahaan harus membayar pinalti yang besar."

"Tidak, Jae. Tidak. Tidak ada yang menyuruhku. Keputusanku murni untuk membuatmu menikmati waktu istirahat dan...."

"Ck, jujur lah pak direktur! Siapa yang menyuruh Anda?" Bentak Jaehyun sudah kehilangan kesabaran.

"Aku yang menyuruhnya melakukan itu," jawaban tegas itu membuat direktur Yoo dan Jaehyun terdiam. Seorang lelaki tua memasuki ruangan direktur Yoo. Direktur Yoo segera bangkit dan menghampiri lelaki itu, ia bahkan membungkukkan tubuh untuk menghormatinya. Terlihat sekali lelaki itu orang yang sangat berpengaruh yang telah membuat direktur Yoo menghentikan semua jadwalnya. Lelaki itulah dalang yang membuat Jaehyun kehilangan pekerjaan dalam sekejap.

Dan sialnya lelaki itu adalah kakeknya. Kakek tuan menyebalkan.

Pak Park asisten pribadi kakeknya, membantu kakek Jung duduk di sofa yang ada di hadapan Jaehyun, lalu beliau berdiri di belakang sofa yang diduduki kakek Jung untuk menunggu perintah.

"Kenapa kakek melakukan ini?"

"Kamu sudah tahu jawabannya Jaehyun. Kamu mengabaikan ucapan kakek."

"Kakek tak bisa seenaknya seperti ini."

"Kakek bisa. Sangat bisa melakukannya. Sudah kakek bilang kan segera kembali ke perusahaan dan berikan cucu untuk kakek. Bukankah itu mudah untuk kamu lakukan."

"Arghhhhh," Jaehyun mengerang kesal.

"Tidak. Aku tak bisa. Aku tak bisa melakukannya."

Kakek Jung tersenyum licik,"kalau kamu masih bersikap keras kepala, kamu tak hanya kehilangan pekerjaan ini untuk sementara. Kakek bisa membuatmu tak akan bisa menginjakkan kakimu selamanya di dunia entertainment."

"Kakek!"

"Tak hanya itu saja, kakek bisa merebut semua aset milikmu secara paksa."

Jaehyun mendengus kesal.

"Aku bisa membuatmu miskin dalam sekejap, Nak."

Ya, Jaehyun tahu. Kakeknya itu bisa melakukan apa saja. Untuk sampai di posisi puncak, kakeknya banyak bertarung dengan saingan-saingan bisnisnya. Bahkan orang-orang menjulukinya orang tak berperasaan.

Jaehyun mengiyakan itu semua. Kakeknya menyebalkan dan tak berperasaan. Hanya mementingkan keinginannya.

"Semua aset itu milikku, kek. Aku mendapatkannya dengan jerih payahku."

"Kakek tahu. Dan kakek punya seribu satu cara untuk merebut semuanya."

Kejam. Kakek Jung sangat kejam.

Direktur Yoo sampai bergidik ngeri. Ia tak bisa membantah perintah lelaki itu untuk membatalkan semua jadwal Jaehyun beberapa bulan ke depan. Direktur Yoo sudah diberitahu untuk membuat Jaehyun kembali ke perusahaan atau menjalin sebuah hubungan dengan wanita.

"Kalau kamu tak ingin melihat kakekmu bertindak kejam padamu. Cukup lakukan dua hal. Urusi perusahaan dan berikan aku cucu."

Rasanya Jaehyun mau gila. Mengapa ia harus memiliki kakek sekejam kakeknya????

Direktur Yoo

Kakek Jung


-To Be Continued-

Tenang semua, mereka akan ketemu di saat yang tepat wkwkkwkwkwwk
Btw Jaehyun bawa bunga buat Yoo tapi masih disembunyikan di belakang.

Foto edited by me

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro