09💌 Keputusan Gila

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Aku bersedia memberimu anak."

Keputusannya itu mungkin terdengar kontroversial bagi siapapun. Jaehyun sendiri juga nampak terkejut dan tak percaya dengan apa yang ia dengar.

Yoojung dengan sukarela menawarkan dirinya untuk memberi anak pada Jaehyun.

Keputusannya itu bukanlah tanpa sebab, mungkin memang ada sedikit pengaruh dari saran teman-temannya. Kemunculan Haneul di depannya benar-benar membuatnya takut. Haneul berdiri di ujung gang yang dilewatinya, lelaki itu tersenyum licik. Bahkan mengiriminya pesan.

Unknown: lihatlah, aku akan membuat hidupmu menderita

Unknown: aku menunggu saat kamu dengan sukarela menyerahkan dirimu padaku

Unknown: aku tak sabar mendengarmu mendesah di bawahku.

Untung ada tetangganya yang lewat sehingga Yoojung bisa aman saat berjalan dengan beliau.

Pesan provokatif Haneul berturut-turut membuatnya risih sekaligus takut. Terlebih bila itu menyangkut Sean. Dan ucapan temannya sedikit mempengaruhinya. Dia butuh seseorang yang bisa menjaga dan melindunginya dari Lee Haneul. Sebenarnya keputusannya cukup berisiko, orang yang bisa melindunginya dari Haneul dan menjebloskan lelaki itu ke penjara hanyalah orang yang lebih berkuasa dari keluarga Lee. Yoojung bagai membuat taruhan ketika mengajukan diri tanpa mengetahui latar belakang lelaki di hadapannya itu.

Tapi, lelaki itu mengatakan akan memberinya apapun kan?

"Kamu barusan bilang apa?"

"Aku bersedia memberimu anak."

"Kamu yakin?" tantang balik Jaehyun.

"Yakin."

"Kamu serius?" Jaehyun berjalan mendekat, berhenti tepat di hadapan Yoojung, menatap lekat-lekat wanita itu,"kamu sadar dengan ucapanmu barusan? Kamu tak takut dicap sebagai wanita murahan?"

"Kamu tahukan, aku butuh kamu mengandung anakku tanpa ikatan pernikahan."

Wanita murahan? Yoojung sudah sering mendengar pandangan negatif seperti itu. Orang orang yang tak mengenalnya selalu memandang buruk dirinya seolah ia penyakit yang harus dimusnahkan. Padahal, pandangan mereka tentangnya salah. Sekuat apapun ia berusaha menjadi baik dan mengubah pandangan orang terhadapnya, rasanya percuma. Orang-orang tetap jijik dan meremehkannya. Dia terlanjur terbiasa terinjak-injak, dia sudah jatuh ke dalam kubangan lumpur. Sekalian saja menjadi kotor. Sekalian saja menjadi murahan.

"Aku tahu dan aku tak masalah dengan itu," ucapnya mantap karena pernikahan bukanlah hal yang ingin Yoojung alami sekali lagi.

"Aku sudah terlanjur dicap murahan. Mengapa tak sekalian saja menjadi murahan? Asalkan aku dan Sean bisa hidup bahagia. Apa aku salah?"

Jaehyun bungkam. Ada kesedihan dan kemarahan dalam mata Yoojung. Sepertinya terlalu banyak kemalangan yang terjadi pada wanita itu daripada kebahagiaan.

"Kamu bilang akan memberikan apapun kan? Aku hanya butuh kebahagiaan dan kenyamanan untuk Sean.  Apa kamu bisa memberikannya?"

"Aku bisa memberikannya tapi....

"Tapi?" Yoojung menatap lurus lelaki di hadapannya itu.

"Pikirkan sekali kali ucapanmu. Ini masalah serius," tegas Jaehyun tak ingin Yoojung memutuskan tanpa berpikir panjang terlebih ia tahu wanita itu wanita kuat dan baik-baik. Mengapa ia sampai bisa membuat keputusan kontroversial semacam itu?

***

Yoojung tak bisa berhenti memikirkan kejadian semalam. Ia terus memikirkan semua sampai kesulitan tidur.

Mungkin keputusannya memang sedikit gegabah  tapi kalau  ia tak memiliki solusi yang tepat hidupnya dan  Sean akan benar-benar hancur.

Saat jam dua dini hari ponselnya terus menerus berkedip, walau ia sudah mematikan nada deringnya tak ada pengaruhnya sama sesekali. Seseorang mencoba menghubunginya  dengan nomor tak dikenal.

Yoojung berusaha mengabaikan panggilan itu dan berusaha memejamkan matanya.

Lalu bunyi notifikasi pesan membuatnya kembali terjaga.

Unknown: kamu mengabaikan telponku?

Unknown: kita lihat sampai kapan kamu bisa bertahan Kim Yoojung.

Unknown: aku akan terus menerus menghubungimu sampai kamu mengangkatnya.

Unknown: aku merindukan suaramu. Suaramu yang sexy itu.

Lee Haneul sungguh gila. Lelaki itu benar sudah terobsesi dengan Yoojung sampai terus menerus menerornya. Ponselnya kembali berkedip beberapa detik kemudian. Nomor yang sama dengan yang mengiriminya pesan.

Yoojung merasa tak tahan lagi. Ia tak bisa tinggal diam.

Unknown: Cepat angkat telponnya atau aku dobrak pintu rumahmu! Kamu pikir aku tak bisa memperkosamu? Sekarang juga aku bisa melakukannya.

Yoojung diliputi ketakutan yang teramat besar. Ia mengambil ponselnya, dan buru-buru turun dari ranjang, dengan segera ia menuju kamar Sean untuk membangunkan putranya itu. Dia dan Sean dalam bahaya, dan Lee Haneul tak pernah main-main dengan ucapannya. Waktu itu saja ia bisa masuk ke dalam rumahnya, apalagi sekarang.

Yoojung menggendong Sean dan segera keluar dari rumah. Putranya itu kembali terlelap dalam gendongannya tak menyadari mamanya sedang ketakutan setengah mati.

Yang ada dipikirannya saat itu adalah meminta bantuan. Satu-satunya yang bisa memberinya bantuan hanya satu. Jaehyun.

Tok tok tok

Dia mengetuk pintu rumah Jaehyun secara tak sabar, sambil sesekali melirik ke belakang takut Hasnul mengetahuinya pergi ke rumah atap.

Tok tok tok

Ketukan di pintu Jaehyun berubah menjadi gedoran. Wanita itu sangat ketakutan sampai panik dan terus menerus menggedor pintu rumah Jaehyun yang tak kunjung terbuka.

Jaehyun yang masih terjaga untuk membaca dokumen-dokumen yang dikirimkan oleh Mingyu bergerak malas ke arah pintu. Bertanya-tanya siapa yang mengganggu waktu istirahatnya.

"Apa kamu tahu jam berapa sekarang?" tanya jaehyun kesal mendapati Yoojung dan Sean berada di depan rumahnya.

"Tolong aku. Kumohon," ucapnya memelas dengan mata berkaca-kaca hendak menangis.

"Menolongmu apalagi?" tanya jaehyun bingung.

Yoojung tak menjawab karena tubuhnya sudah gemetaran sambil memeluk Sean. Jaehyun yang merasa ada yang tak beres mengambil ponsel di tangan kanan wanita itu, mengecek ponsel yang sedari tadi berkedip. Sebuah nomor terus menerus menghubungi. Bahkan mengirimkan pesan ancaman.

Pantas saja dia takut. Lelaki itu sungguh gila.

Jaehyun tak habis pikir lelaki brengsek itu masih terus terobsesi pada Yoojung.

Saat nomor itu menghubungi Yoojung kembali, Jaehyun menekan menu rekam sebelum mengangkat telepon.

"Akhirnya kamu menjawab. Mengapa kamu begitu jual mahal Kim Yoojung? Kamu tinggal menyerahkan tubuhmu padaku maka aku akan memberikan apapun padamu."

Jaehyun menyunggingkan senyum sinis mendengar kalimat Haneul.

"Kalau kamu keras kepala begini, aku hanya akan semakin ingin menghancurkan hidupmu. Jadi berhentilah jual mahal, menyerahkan mumpung aku masih bersikap baik."

Yoojung yang masih gemetaran, menatap Jaehyun dengan was-was.

"Berapa banyak? Berapa banyak yang akan kamu berikan pada wanita ini?" tantang Jaehyun.

"Siapa kamu?"

"Kamu tak perlu tahu siapa aku. Ucapanmu itu hanya dusta. Kamu bahkan tak bisa memberikan sepeserpun uang pada Yoojung. Aku tahu semua asetmu tengah dibrkukan. Kamu bilang akan memberikan apapun? Jangan berdusta Lee Haneul."

"K—kamu? Kenapa kamu bisa tahu? Kamu siapa? Jangan-jangan kamu lelaki malam itu?"

"Sudah kubilang kamu tak perlu tahu siapa aku. Daripada kamu terus menerus mengejar Kim Yoojung, lebih baik kamu urusi kondisimu dulu. Aku tutup ya, aku sudah menelpon polisi, beberapa menit lagi pasti mereka datang."

"Ah sial!" ucap Haneul buru-buru memutuskan sambungan, Jaehyun menuju ke pembatas rooftop untuk memeriksa keadaan di bawah. Seorang lelaki berpakaian serba hitam sedang lari tunggang langgang. Ternyata benar, Lee Haneul memang mengawasi Yoojung.

"Terimakasih," ucap Yoojung saat menerima ponselnya kembali.

"Karena Lee Haneul kan?'

"Apa?"

"Karena terus menerus diteror Lee Haneul kamu membuat keputusan gila itu. Kamu butuh perlindungan kan?"

Yoojung mengangguk singkat. "Aku hanya ingin hidup bahagia. Mana bisa aku bahagia kalau lelaki itu terus menerus menggangguku."

"Apa kamu tak takut aku akan memanfaatkanmu seperti Lee Haneul?"

Yoojung terdiam, menatap manik mata kecoklatan lelaki tampan di hadapannya itu.

"Tapi aku juga memanfaatkanmu."

Jaehyun tersentak, nampak terkejut dengan jawaban jujur Yoojung

"Kamu membutuhkan sesuatu dariku. Aku juga membutuhkan sesuatu darimu. Bukankah kita saling memanfaatkan?"

Kepala Jaehyun berdenyut, mendadak pusing. Mengapa wanita di hadapannya itu sangat pintar berbicara.

***

Yoojung hanya tidur sejam karena kejadian selaman. Ia tak bisa tidur lebih lama untuk mempersiapkan Sean ke sekolah. Usai mengantar Sean ke sekolah, ia langsung bersiap-siap di cafe. Setelah dipecat dan susah mencari pekerjaan di perusahaan manapun karena pengaruh keluarga Lee, Yoojung hanya bisa bekerja di cafe Yeri sekali lagi.

Bukannya ia tak bersyukur dengan pekerjaannya yang sekarang. Hanya saja, ia ingin memberi lebih pada Sean.

"Wah, kamu sudah mempersiapkan semuanya ya Yoo." Yeri takjub melihat cafe sudah bersih dan siap untuk beroperasi. Pegawai cafe hanya tiga. Ia dan dua orang lain.

Dua orang lain hanya pekerja part-time yang bekerja di jam tertentu karena masih kuliah.

"Kita harus bersiap untuk menyambut pelanggan pertama kita," ucap Yeri bersemangat sembari mengikat rambut panjangnya ke belakang, menjadi satu agar rapi dan mempermudah pekerjaannya.

"Hah?"

"Lelaki penghuni rumah atap."

Ya, Jaehyun selalu datang untuk membeli ice americano setiap hari. Bagai sebuah rutinitas.

Kring

Baru saja Dibicarakan, lelaki itu muncul di cafe, kali ini ia tak menutupi wajahnya lagi seperti awal pertama pindah karena merasa tempat itu sudah aman.

"Apa kubilang, dia muncul juga kan," Yeri mengikuti lengannya, menyadarkan Yoojung dari keterkejutannya melihat lelaki itu setelah peristiwa semalam.

"Selamat datang." Yeri yang pertama menyapa.

Jaehyun melirik sekilas Yeri dan tersenyum, tatapannya kembali tertuju pada Yoojung yang salah tingkah.

"Satu ice americano seperti biasa kan?" tebak Yeri sudah hafal pesanan lelaki itu.

"Bukan. Aku ingin berbicara denganmu."

"Eh?" Yeri mengernyit bingung, sampai kemudian tersadar yang dimaksud adalah Yoojung. Tatapan keduanya yang sama-sama serius, membuat Yeri mencurigai sesuatu.

"Bisa kita bicara? Penting."

***

Yoojung membaca surat kontrak yang diberikan padanya itu, tak ada yang aneh dari isi kontrak itu yang secara garis besar mengatakan Yoojung harus mengandung anak Jaehyun, dan selama Yoojung mengandung ia berada di bawah penjagaan dan pengawasan Jaehyun.

"Tak perlu khawatir dengan kompensasi." Jaehyun menunjuk point di halaman berikutnya yang membahas tentang uang kompensasi yang diberikan Jaehyun padanya dalam jumlah besar. Tak sampai di situ, Jaehyun juga akan membiayai biaya sekolah Sean sampai lulus kuliah. Kontrak yang sangat menjanjikan bukan.

Yoojung mengalihkan pandangannya dari kontrak dan beradu pandang dengan lelaki itu, ia tak menyangka akan mendapatkan kompensasi yang begitu banyak. Ini memang kehidupan nyaman yang ia inginkan, biaya hidupnya terjamin.

Ia jadi bertanya-tanya sebenarnya sekaya apa Jung Jaehyun ini? Ia menempati rumah atap yang kecil tapi semua barangnya barang branded dan mewah.

Yoojung memicing curiga, ingin tahu lebih dalam tentang lelaki itu sebelum menandatangani kontrak.

"Sepertinya ada yang ingin kamu tanyakan."

Yoojung mengangguk, mengiyakan. "Siapa sebenarnya dirimu? Melihat begitu banyak kompensasi yang kamu berikan, sepertinya kamu sangat kaya."

"Ya, aku cukup kaya."

Cukup? Yoojung tak mempercayai kata cukup. Sangat kaya mungkin iya, lelaki itu sengaja merendah.

"Cukup kaya dan cukup berkuasa untuk membuat Lee Haneul masuk penjara dan diadili secara setimpal," jelasnya. Dia menekankan kata cukup karena kekuasaan dan kekayaan sesungguhnya milik keluarganya, bukan dirinya.

Tetapi pernyataan itu berhasil menarik perhatian Yoojung, ketika nama Haneul di sebut.

"Kamu yakin bisa melakukannya? Menghukum Lee Haneul?"

"Ya, aku bisa."

"Keluarga Lee sangat berkuasa, itu tak mudah, Jae. Kamu lihat sendirikan dia bebas dari penjara dengan mudah."

Jaehyun menarik sudut bibirnya.

Sayangnya, keluarga Jung lebih berkuasa.

Tapi ia tak ingin mengatakan semuanya.

"Aku yakin, Yoo. Kalau kamu tak bisa mempercayaiku maka jangan tanda tangani kontrak di depanmu."

Dan Yoojung memutuskan mempercayai lelaki di hadapannya itu, tanpa ragu ia menggoreskan tinta di atas kertas kontrak itu, membubuhkan tanda tangannya.

Kebahagiaannya bukan cuma soal materi tapi dijauhkan dari Lee Haneul. Yoojung tak ingin Haneul terus menerus menggangu hidupnya dan Sean.

Sebelum menyerahkan kontrak itu pada Jaehyun, Yoojung kembali bertanya. "Tolong pastikan Haneul tak bisa menggangguku lagi."

"Akan kupastikan," jawab Jaehyun yakin mengambil kontrak dari Yoojung.

Mari mengagumi ketampanan main cast kita 🌚

-To Be Continued-

Aku tak memiliki banyak ekspektasi pada cerita ini berhubung mungkin ceritanya mainstream

But

Aku senang kalian menyukai cerita ini ^^

Thank you All

Ada yang penasaran nggak sih sosok haneul kayak apa?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro