25💌Perdebatan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Ada yang merindukan cerita ini nggak sih???? Angkat tangan dong yang kangen😁

***

Sinar matahari pagi masuk ke sela-sela gorden yang tak tertutup secara rapat oleh si pemilik kamar. Sinar matahari yang mengenai area wajah itu membuat si penghuni kamar yang yang awalnya saling berpelukan untuk meredakan suhu dingin saat malam sedikit menggeliat. Hanya sedikit karena keduanya kembali tertidur, rasa kantuk yang menyerang membuat keduanya enggan beranjak dari tempat tidur, membuka mata dan memulai aktivitas. Keduanya terlalu nyaman tidur, dengan posisi Jaehyun yang memeluk Yoojung dari belakang.

Aktivitas semalam yang melelahkan menjadi alasan terbesar mereka enggan bangun. Baru ketika alarm ponsel Yoojung berbunyi, wanita itu meraba-raba meja di sebelahnya masih dengan mata terpejam. Alarm ponselnya menandakan ia harus mempersiapkan sarapan untuk Sean dan mempersiapkan cafe sebelum dibuka. Jemari Yoojung langsung mematikan ponselnya, menaruhnya kembali ke meja lalu kembali meringkuk dalam pelukan Jaehyun. Jaehyun yang merasakan kepala Yoojung mengenai dadanya, sedikit menggeliat, bukannya terusik ia malah mengeratkan pelukannya. Keduanya merasa nyaman tidur saling berdempetan seperti itu.

Lima menit kemudian giliran ponsel Jaehyun yang berbunyi, kali ini bukan alarm melainkan sebuah panggilan telpon. Jaehyun melepaskan pelukannya di tubuh yoojung, tangannya terulur ke arah meja di samping ranjang, mengambil ponselnya. Tanpa melihat nama yang tertera di layar, lelaki itu menempelkan ponsel di telinga kanannya, mengangkat panggilan dan kembali tertidur di samping Yoojung, kembali merengkuh tubuh mungil itu dalam pelukannya.

"Hmmmmm halo."

"Jaehyun."

"Hmmmmm."

"Kamu masih tidur?"


"Hmmmmm."

"Astaga Jaehyun! Bangun dulu. Mama ingin mengatakan sesuatu yang penting." Sahut mama Jaehyun terdengar gemas mendengar putranya belum sadar seratus persen.

"Katakan saja, Ma."

"Jadi begini, kakekmu kemarin berjam-jam mengobrol serius dengan pengacara Park sepertinya punya rencana tersembunyi untukmu. Tapi mama tak tahu rencana macam apa."

"Hmmmmm lalu?"

"Mama khawatir, Jae. Hmmmmm kamu tahu sendirilah kakekmu itu bagaimana."

"Sudahlah, ma. Biarkan saja. Aku tak takut menghadapi apapun rencana kakek," sahutnya dengan mata sedikit menyipit. Gara-gara mamanya, rasa kantuknya perlahan hilang. Hal pertama yang dilihatnya adalah Yoojung yang tertidur manis dalam dekapannya. Jaehyun tersenyum kecil, mengelus rambut Yoojung lalu turun ke punggungnya yang terekspos.

"Kamu yakin?"

"Aku yakin, ma."

"Tetap saja mama khawatir. Lebih baik kamu pulang sekarang, bicarakan semua secara baik-baik. Siapa tahu kakekmu berubah pikiran."

"Berubah pikiran? Kakek? Tak mungkin," Jaehyun sangsi kakeknya bisa dibujuk dan berubah pikiran.

Obrolan Jaehyun dan mamanya mengusik tidur indah Yoojung, wanita itu membuka matanya perlahan, dia menguap sebentar kemudian mendongakkan kepala, beradu pandang dengan Jaehyun yang berbalik menatapnya dengan senyuman kecil. Ia melirik ponsel yang tertempel di telinga kanan lelaki itu.

"Kamu sedang menelpon siapa, Jae?"tanya Yoojung pelan.

Sepelan apapun itu, mama Jaehyun di seberang sana bisa mendengarnya.

Jelas beliau kaget,"Jaehyun? Kenapa mama mendengar suara wanita? Siapa itu?"

"Hmmmmm begini, Ma."

Yoojung membelalakkan mata, ia menggerakkan bibirnya tanpa suara "mamamu?"

Jaehyun mengangguk, bingung juga mendengar hujanan pertanyaan mamanya yang bertubi-tubi di seberang sana. Yoojung yang merasa tak enak hati memutuskan bangun. Dia kembali menggerakkan bibir tanpa suara. Untung Jaehyun memahami semuanya dan mengangguk. Wanita itu meminta izin untuk menyiapkan sarapan dan membangunkan Sean. Dia sengaja pergi untuk memberikan ruang pada Jaehyun untuk mengobrol dengan mamanya. Ia hanya berharap, maka Jaehyun tak mendengar suaranya. Mama Jaehyun bisa berpikiran macam-macam.ya walau putranya dan ia sudah melakukan macam-macam.

Yoojung memakai pakaian ala kadarnya, ia bahkan tak sempat mengancingkan kancing kemeja teratasnya saking terburu-buru ya untuk keluar kamar. Saat ia menengok ke kamar Sean, putranya itu belum bangun. Yoojung sengaja tak membangunkannya agar Sean tak melihat Jaehyun yang tengah berada di kamarnya. Putranya itu pasti bertanya-tanya mengapa paman yang ia sukai berada di kamar mamanya.

Yoojung memilih ke dapur untuk membuat sarapan. Ia memeriksa bahan di kulkas dan memutuskan untuk memasak nasi goreng kimchi dan telur mata sapi untuk mereka. Tak lupa ia menyiapkan susu untuk Sean dan secangkir teh untuk Jaehyun.

Sambil memasak, ia tak bisa berhenti memikirkan kejadian semalam. Bagaimana ia dan Jaehyun menghabiskan malam panas itu membuat pipinya merona. Mungkin itu ulang tahun terbaiknya setelah ulang tahun terakhir saat papa mamanya masih hidup.

"Sepertinya aku harus membeli banyak bahan makanan," gumamnya teringat kulkasnya minum bahan makanan. Ia berniat memasak banyak makanan di hari ulang tahunnya.

Usai menggoreng telur mata sapi, ia menaruhnya di atas piring lalu menata makanan dan minuman di atas meja makan. Entah Jaehyun akan bergabung atau tidak untuk sarapan, ia sengaja membuat tiga porsi sarapan. Saat ia sedang menata sendok dan garpu, sebuah tangan melingkari pinggangnya. Bahu sebelah kanannya terasa berat, kepala Jaehyun santainya bersandar ke bahu wanita itu.

"Kamu sudah selesai memasak? Cepat sekali."

"Iya. Aku memasak makanan seadanya. Kamu mau ikut bergabung sarapan dengan kami kan? Aku membuat satu porsi untukmu."

"Boleh."

"Hmmmmm mamamu bagaimana? Suaraku tadi tak terdengar oleh mamamu kan?"

Jaehyun terkekeh membuat Yoojung mencubitnya. Pelukan Jaehyun mengendur, membuat wanita itu berbalik dan menatap kesal Jaehyun. Bukannya menjawab pertanyaan lelaki malah terkekeh. Kesal kan.

"Aku serius, Jae. Aku khawatir mamamu mendengar suaraku dan hmmmmm mamamu akan berpikir yang macam-macam."

Jaehyun mencondongkan tubuhnya, mendekatkan wajahnya ke arah Yoojung membuat wanita itu salah tingkah,"tak perlu memikirkan mamaku karena kenyataannya kita sudah macam-macam kan."

Pernyataan itu sukses membuat pipi Yoojung memerah, Jaehyun malah dengan sengaja menggodanya, mendekatkan wajahnya semakin dekat hendak mencium bibir Yoojung, Yoojung yang sadar Jaehyun hendak menciumnya memejamkan mata, pasrah saja bila Jaehyun hendak menciumnya. Tapi sekali lagi lelaki itu memiliki niat untuk menggoda, ia menghentikan bibirnya yang hanya berjarak beberapa centimeter dari bibir Yoojung, lalu beralih mendekatkan bibirnya ke telinga wanita itu dan berbisik dengan suara rendahnya yang terdengar begitu menggelitik dan sexy.

"Ngomong-ngomong, aku suka sekali mendengar suaramu semalam, Yoo. Sangat sexy," goda Jaehyun.

"Apa maksudmu, Jae? Jangan membicarakan sesuatu yang aneh," Yoojung berusaha menghindari obrolan tentang semalam, ia terlalu malu bila mereka membicarakannya, bukannya ia tak suka,malah ia menyukainya dan lebih baik menyimpan kenangan semalam. Karena ia tak tahu esok hari Jaehyun akan bersikap seperti sekarang ataukah akan sedingin sebelumnya. Jaehyun itu tak tertebak. Kadang manis. Kadang dingin.

"Kenapa? Apa semalam adalah hal yang memalukan buatmu?"

"Bukannya aku yang harusnya menanyakan itu," balas Yoojung.

"Hah?"

"Aku takut yang semalam tak ada artinya buatmu. Aku takut kamu kembali dingin dan menganggap yang semalam hanya hubungan singkat. Karena bagiku yang semalam bukan hanya hubungan singkat, Jae. Bagiku semalam adalah awal hubungan kita," ucap Yoojung merasa perlu memperjelas semua yang menjadi isi hatinya dan apa yang membebani pikirannya.

"Kenapa kamu bisa berpikir seperti itu? Apa karena aku tidur denganmu sehingga kamu berpikiran hubungan kita dimulai dari sana? Banyak orang di luar sana yang tidur bersama tanpa hubungan kok." Ucap Jaehyun ringan.

Yoojung menghela napas, inilah yang mengganggu pikirannya tadi. Walau ia sempat berpikiran positif. Dan pernyataan Jaehyun barusan kembali membuat perasaannya kacau.

"Kurasa cara berpikir kita berbeda, Jae. Mungkin bagimu yang semalam tak ada artinya, tapi bagiku itu berarti."

"Tunggu! Siapa yang bilang semalam tak ada artinya untukku?"

"Aku? Aku yang mengatakan itu, Jae. Ucapanmu barusan mengisyaratkan demikian. Seolah tidur bersama bisa dilakukan oleh semua orang baik yang memiliki hubungan maupun tidak."

"Aku hanya bertanya mengapa kamu bisa berpikir hubungan kita dimulai semalam? Aku tak mengatakan yang semalam tak ada artinya untukku kok. Aku bertanya bagaimana bisa berpikir semalam awal hubungan kita?."

"Bukannya jawabannya jelas."

"Karena kita tidur bersama kan. Tapi tak semua orang...."

"Stop, Jae. Stop," pinta Yoojung memohon Jaehyun menghentikan sanggahannya. Pada akhirnya perdebatan mereka tak usai dan berputar di titik yang sama, tak ada jalan keluar karena cara pikir mereka berbeda.

"Lalu mengapa kamu bersedia tidur denganku kalau kamu tak menginginkan hubungan lebih denganku? Toh bukankah perjanjian kita sudah berakhir?"

"Hadiah ulang tahunmu."

"Sungguh hanya itu saja."

"Semalam kamu tak mempermasalahkannya tapi kenapa kamu sekarang malah mempersalahkannya sih?"

"Karena semalam aku terlalu bahagia sampai tak bisa berpikir rasional."

"Dan kamu mau kita berdebat seperti ini?"

"Tidak. Kamu sarapan saja terlebih dulu aku akan membangunkan Sean." Yoojung lebih memilih menghindar untuk mengakhiri perdebatan mereka yang pada ujungnya semakin membuatnya sakit dan menunjukkan yang semalam tak ada artinya untuk lelaki itu.

"Yoo, kamu marah?" Jaehyun tak bisa melepaskan pandangannya dari Yoojung yang menjauhinya.

Yoojung diam. Enggan menjawab dan lebih memilih menuju kamar Sean. Sebelum ia membuka pintu, tangan Jaehyun menahannya. Lelaki itu menarik tangannya membuat Yoojung menubruk dada bidang Jaehyun dan malah berakhir di pelukan lelaki itu.

"Jangan marah, kita bisa membicarakannya secara baik-baik."

Yoojung diam,membiarkan lelaki itu yang mengambil alih.

"Aku tak bilang yang semalam tak ada artinya untukku. Aku hanya mempertanyakan...."

"Sudah, Jae. Sudah. Jangan diteruskan. Aku yang berpikir terlalu jauh dan menganggap setelah tidur bersama hubungan kita dimulai. Maaf, Jae kalau pikiranku kolot, karena...." Pandangan Yoojung mengabur, matanya mulai berkaca-kaca. Mengapa ia begitu lemah?

Padahal ia bertekad membuat Jaehyun menjadi miliknya, tapi mengapa baru segini saja ia sudah menangis.

"Yoo, aku perlu memberitahumu satu hal. Yang semalam itu berarti sekali untukku."

Yoojung mendongak,menatap Jaehyun dengan matanya yang berlinang air mata.

"Aku tak pernah tidur dengan wanita sebelumnya. Hanya kamu. Ya, aku hanya tidur denganmu saja. Kamu adalah yang pertama untukku."

Mendengar pernyataan Jaehyun membuat perasaannya sedikit membaik tapi tetap saja ia masih belum bisa tenang.

"Dan anehnya aku hanya ingin melakukannya denganmu saja. Aku suka mendengarmu mendesahkan namaku. Tapi sekali lagi aku takut menyakitimu. Hubungan serius terlebih pernikahan, itu akan sangat sulit."

Entah apa yang membuat Jaehyun begitu kekeuh bertahan untuk enggan memiliki hubungan serius. Sampai detik ini Yoojung tak tahu alasannya. Lebih tepatnya ia tak tahu banyak soal lelaki itu.

Pelukan Jaehyun mulai mengendur.

Entah mengapa Yoojung merasa Jaehyun akan meninggalkannya.

Hatinya terasa perih saat lengan kekar itu benar-benar melepaskan pelukannya. Perlahan, Jaehyun memundurkan tubuh, menjauhinya.

Air matanya kian tak terbendung.

Kalau kamu tak bisa, maka aku akan membuatmu menjadi bisa. Aku akan mengubah pikiranmu.

Sayangnya, Yoojung enggan mundur. Ia mendekati Jaehyun tanpa ragu, meraih tangan lelaki itu,menggenggamnya dengan erat membuat Jaehyun tersentak. Tak sampai di situ, Yoojung berjinjit. Menangkupkan tangannya ke pipi Jaehyun dan mencium bibir lelaki itu singkat.

"Aku tak mau menyerah."

"Kenapa? Kamu akan tersakiti, Yoo."

"Aku tak ingin menyerah sebelum mencobanya dengan seluruh kekuatanku dan......Kamu membuatku memberanikan diri membuka lembaran baru setelah rasa sakit yang ditimbulkan dari mantan suamiku."

"Kenapa aku, Yoo? Masih banyak lelaki baik di luar sana"

"Memang. Tapi tak semua lelaki bisa membuatku berani untuk memilih jalan yang sulit ini. Aku ingin membuka lembaran baru, memulai hubungan denganmu. Hanya kamu, Jae."

"Yoo."

"Aku ingin memperjuangkannya. Aku ingin memperjuangkan kita."

"Yoo."

"Aku akan mengubah pikiranmu. Aku akan mengubah...."

"Yoo hentikan!" Mohon jaehyun dengan nada suara meninggi.

Melihat raut serius Jaehyun menyadarkannya. Tak ada kesempatan untuknya.

-tbc-

Mau ngumpulin orang yang kesel sama Jaehyun dan pengen nimpuk si ganteng yang abis mampir ke Jakarta?






Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro