4. Definisi Second Lead di Drama Korea (b)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Bantu tandai typo ya ♥️

***

Semalam, Fares lumayan kesulitan tidur. Padahal selama di kantor dia merasa lelah dan ingin cepat-cepat istirahat. Ini jelas efek pesan dari Akas. Sahabatnya itu berhasil membuat perasaannya berantakan. Kalau diingat-ingat, Fares memang mirip second lead di film-film atau di sinetron. Dia agak merasakan tanda-tandanya. Adiknya bilang, beberapa tanda-tanda second lead yang jelas ditunjukkan Fares adalah:

1. Fares menyukai Mela sedangkan perempuan itu tidak menyukainya.

2. Mela tahu perasaannya tetapi pura-pura tidak tahu dan menganggap fakta itu angin lalu.

3. Fares selalu ada untuk Mela.

4. Mela menyukai pria lain dan hanya bahagia bersama pria itu.

5. Mela ada di bayangan masa depan versi Fares sedangkan Fares tidak ada di bayangan masa depan versi Mela.

Sepertinya Yura memang benar. Fares tidak akan bisa bersama Mela jika terus diam seperti ini. Apalagi memikirkan bahwa Mela akan berkencan dengan pria lain membuatnya semakin tidak bisa tidur. Terakhir kali Mela punya pacar itu lima tahun yang lalu, saat perempuan itu masih kuliah. Hubungan mereka berakhir setelah Fares menghajar pria itu karena bersikap tidak senonoh terhadap Mela. Sejak awal Fares tidak setuju Mela berpacaran dengan pria berengsek itu. Karena ... karena harusnya Mela berpacaran dengannya, bisik sesuatu di dalam dada Fares. Pria itu menggelengkan kuat-kuat. Menghilangkan perasaan posesif yang selalu muncul saat Mela dekat dengan pria lain. Dia memaksa matanya terpejam. Sampai tanpa disadari, dia terlelap dan disambut kehadiran Mela sebagai bunga tidurnya.

Pagi-pagi sekali -menurut perkiraan Fares yang belum sadar sepenuhnya- rumahnya terdengar ramai. Suara berisik dari lantai bawah membuatnya dipaksa bangun dari tidur. Pria itu bangun lalu melirik jam. Pukul 10.00. Masih pagi. Dia memang berencana tidur lama hari ini karena weekend. Apalagi, kemarin-kemarin dia sering begadang sampai lelah.

Fares berjalan keluar kamar dan menuruni anak tangga sambil menguap lebar. Dia sedang malas harus membereskan penampilannya sebelum turun ke dapur. Tenggorokannya sudah terasa kering dan ingin segera dialiri air minum. Lagipula, setelah minum dan makan sedikit sarapan, dia berencana kembali lagi ke kamarnya dan tidur lagi.

Sayup-sayup dari arah dapur terdengar percakapan dua orang perempuan. Pasti Ibunya dan Yura, pikir Fares. Tanpa memperhatikan dua orang itu, Fares berjalan mendekati kulkas dan meraih botol minum dari dalam sana. Cowok itu meneguk air mineral dan tenggorokannya kembali segar.

"Baru bangun, Res?"

Fares berbalik, berniat melihat ibunya serta adiknya lalu mengangguk. Namun, kedua matanya melebar saat mengenali perempuan yang sedang memanggang roti bersama ibunya bukan Yura, melainkan Mela.

"Pagi, Mas," sapa perempuan itu ceria. Kedua bibirnya berdenyut seolah menahan tawa.

Mela sudah rapi dengan dress selutut bermotif bunga-bunga dan rambut diikat kebelakang. Penampilannya berbanding terbalik dengan Fares yang masih memakai kaus dan celana training.

Pria segera mengendalikan diri dan mengangguk, mencoba sebisa mungkin bersikap biasa saja. Diam-diam dia melirik Ibunya dengan ganas. Seolah mengatakan, "Kenapa nggak kasih tahu aku kalau ada Mela!"

Tanpa berlama-lama, Fares segera berbalik dan berjalan kembali menaiki tangga menuju kamarnya.

Menolak dihakimi oleh putranya, Ibunya berkata dengan suara geli yang sontak membuat Fares malu bukan main. "Mamah sudah bangunin kamu dari tadi, ya! Kamunya aja yang nggak bangun-bangun. Malu, tahu. Mela sudah rapi gini. Masa kamu belum cuci muka."

Iyalah! Ini hari Sabtu. Kantor libur. Jadi setelah salat subuh Fares memutuskan tidur lagi karena ... ini libur! Siapa yang mengira Mela akan datang ke sini di hari libur.

Ya ampun! Fares belum menyisir rambut. Belum cuci muka juga. Wajahnya pasti jelek sekali. Pantas saja dia melihat Mela menahan tawa.

Sial.

Sambil mengumpat pelan, Fares berjalan menuju kamar dan bercermin di kamar mandi. Rambutnya sesuai dugaan, tidak rapi sama sekali. Dia mendekatkan wajah ke cermin dan menghela napas lega saat tidak menemukan kotoran apa pun nyempil di sudut-sudut wajah. Namun, tetap saja rasa malunya belum hilang. Fares terbiasa berpakaian rapi, bersikap terkendali, dan menjadi pria sempurna di hadapan Mela. Sedangkan barusan .... dia merusak usahanya selama beberapa tahun terakhir.

Fares segera cuci muka dan merapikan diri. Dia mengganti kaus dan celana trainingnya dengan yang baru. Setelah merasa wangi dan layak dilihat Mela, dia kembali turun ke lantai bawah. Mela sudah tidak ada di dapur, melainkan sedang mengobrol dengan Yura di halaman samping. Mereka memang dekat setelah saling setuju membuat proyek promosi kerajinan tangan Melapodium. Yura, yang Fares sendiri heran kenapa bisa mendapat banyak followers di Instagram, menjadi ambassador untuk setiap produk kerajinan tangan Melapodiun. Isi konten Instagram Yura yang membahas segala macam hal tentang korea, mulai dari bahasa, makanan, drama, dan lainnya terasa cocok dengan produk Mela. Jadi, produk Mela semakin dikenal. Bahkan, pernah suatu hari Yura memposting produk make up Melapodium di Instagram story-nya. Keesokan harinya, produk make up itu terjual setengah dari stoknya di gudang.

Fares meraih satu roti dari meja. Ibunya yang tadi sibuk mencuci piring sekarang berdiri di sampingnya, ikut melihat ke arah Mela.

"Nggak bosen gitu Mas, liatin dari jauh mulu?"

Fares tersenyum. Ibunya dan Yura memang sebelas dua belas.

"Cantik gitu. Masa bosan," jawabnya sambil lalu.

"Bukan itu maksud Mamah. Kamu-"

"Iya," sahut Fares singkat lalu melenggang mendekati sofa yang tidak jauh dari halaman belakang supaya bisa sedikit mendengar percakapan Mela dan Yura. Kalau diperhatikan baik-baik, ada sekotak kerajinan tangan di atas meja. Mela sedang memakaikan gelang dari tali dengan liontin berbentuk jangkar ke pergelangan kanan Yura. Setelah posisi gelang itu pas, Yura menyimpan tangannya di atas kain polos berwarna pink. Mela meraih kamera dari atas kursi lalu mulai memfoto gelang di pergelangan tangan Yura.

"Gelang ini cantik banget. Mbak yang desain?"

Mela menggeleng. "Percaya nggak kalau yang desain itu Mas Akas?"

Yura terbeliak. "Serius?!"

Mela mengangguk-angguk sambil terkekeh pelan. Dia mengambil satu foto, lalu menjelaskan. "Waktu itu Mas Akas bikin desain gelang buat ilustrasi bukunya. Aku lihat dan merasa itu lucu banget. Jadi, aku bikin deh."

"Wih, keren. Keluarga Mbak kayaknya berbakat semua, ya? Mas Bara jadi bos yang kompeten, Mas Akas jadi arsitek dan ilustrator buku terkenal. Terus, Mbak punya merk kerajinan tangan yang digandrungi remaja."

"Kamu juga keren. Bisa dapat uang dari konten di sosmed."

Yura tersenyum bangga. "Makasih."

Satu notifikasi pesan masuk di ponselnya membuat Mela berhenti mengambil gambar dan meraih benda itu. Kedua bola matanya terbeliak dengan binar senang saat tahu pesan masuk itu berasal dari Ervin. Mela tidak dapat menahan senyum lebar saat membaca pesan itu.

Ervin: Mel, kamu ada di toko? Sibuk nggak?

Mela segera membalas dengan cepat.

Mela: Aku lagi di luar. Kenapa?

Ervin: Aku mau ketemu sama kamu, nih. Mau ngomong sesuatu.

Mela: Boleh. Mau ketemu di mana?

Ervin: Kamu ada di mana sekarang? Aku aja yang ke sana.

Mela: Aku lagi di rumah teman.

Mela mengirimkan lokasi rumah Fares lalu melirik Yura.

"Yura, Mbak harus pulang sekarang, ya. Ada urusan mendadak. Nanti kita lanjut foto-fotonya lagi."

Yura mengangguk dengan sorot penasaran. "Oke, nggak apa-apa, Mbak," kata perempuan itu lalu melirik pintu masuk rumah. "Mas, Mbak Mela mau pulang, nih. Anterin, ya."

"Nggak usah," pekik Mela cepat. "Mbak dijemput teman."

Yura menyipitkan mata sejenak dan bertanya, "Siapa? Mbak Sekar?"

"Enggak, dong." Mela mendekatkan wajah ke telinga Yura. "Calon pacar," katanya sambil terkikik pelan.

Yura terbeliak. "Kok bisa?"

Mela mengerutkan kening. "Apanya?"

Yura mengerjap lalu menggeleng dengan senyum dipaksakan. "Nggak apa-apa," katanya kaku lalu melirik Fares yang sudah berdiri mematung di pintu masuk ke halaman samping. Yura menghela napas berat. Merasa kasihan sekaligus marah. Lihat. Ucapannya semalam benar, kan?!

Mela membereskan kamera dan tasnya lalu berdiri. Dia berpamitan pada Yura, Ibunya, dan Fares. Yura dan ibunya merespons dengan ramah, seperti biasa. Namun, Fares hanya mengangguk dengan pandangan tidak terbaca. Pria itu mengikuti kepergian Mela yang tersenyum senang saat melihat sebuah mobil terparkir di depan rumah. Mela berjalan dengan langkah riang lalu mengetuk jendela mobil. Jendela turun, dan sosok Ervin yang tersenyum manis muncul dari baliknya. Mela balas tersenyum lalu mereka bercakap-cakap. Fares tidak dapat mendengar mereka membicarakan apa. Namun, pria itu tahu jelas kalau Mela sedang jatuh cinta saat memasuki mobil Ervin.

Menyadari itu, Fares merasa amarahnya berkobar dan perasaannya tidak enak. Ervin pastilah pria yang dikatakan Akas semalam.

"Aku juga bilang apa." Tahu-tahu Yura muncul di sampingnya dan menghela napas berat.

"Kalau di drama korea, saat first lead muncul, second lead harus berusaha keras menarik perhatian si tokoh perempuan. Seolah kalau kalah, dia akan mati." Jeda sejenak. Yura menghela napas lagi. Kali ini jauh lebih kasar dari sebelumnya. "Sabar ya, Mas. Janur kuning masih belum melengkung, kok. Mas masih punya kesempatan untuk nikung."

Fares menghela napas tanpa melirik atau merespons ucapan adiknya. Masalahnya adalah, apa dia berani menikung Mela dari Ervin padahal hal itu pasti akan membuat Mela bersedih?

***

Ya ampunnnn! Aku pingin bungkus Mas Fares terus bawa pulang. Kamu berhak bahagia, Mas. Sama aku aja, siniiii.

Oiyaaa. Ervin mau nyapa, nih. Salamin, dong~ Udah ganteng dan rapi gini masa dicuekin.

Kalau mau tahu bocoran bab selanjutnya novel ini, kamu bisa kepoin aku di Instagram: @upa_im ♥️

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro