Chapter 1 : Distopia Teknologi

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

5 Mei 2026, Kreaville

(Di suatu kota)

Saat berada di perjalanan menuju rumah baru, Dilla berada di mobil bersama dengan orang-orang yang baru dia kenal itu. Dilla baru saja pindah dari kota Patriotville menuju kota Kreaville tanpa didampingi orang tuanya. Di kota itu ada banyak sekali warga dipasar yang sedang berkumpul. Suasana kota disana terlihat aman terkendali, seperti ada warga yang sedang membeli sembako, anak-anak yang bermain turnamen game online dengan penuh ambisi, pengguna kendaraan yang taat aturan, gadis remaja yang sedang asik mengidolakan artisnya, para konten kreator yang memberi semangat kepada sesama konten kreator lain, dan masih banyak lagi aktivitas warga yang teratur dan ramah. Namun, di balik keharmonisan masyarakat tersebut pasti ada saja kekacauan yang tanpa ada habisnya ketika mereka berada di sosmed. Apalagi lebih parahnya lagi mereka sering melakukan cybercrime di sosmed. Mereka sudah terjangkit kebiasaan membuat kekacauan di sosmed seperti negara-negara lainnya. Seperti contoh, orang yang sering menghujat artis yang terdengar sangat dermawan, anak-anak yang menghina sang developer game tanpa alasan, buzzer yang mencoba meneror warga yang melakukan protes peraturan pemerintah, dan masih banyak lagi contoh aksi kriminal sosmed lainnya. Dan saat itu cuaca mulai mendung, menandakan sesuatu yang menyeramkan akan terjadi.

Dilla : Berapa lama lagi kita sampai?
Ufan : Hanya sekitar 30 menit lagi kita sampai.
Dilla : Okay..
Oni : Urghh.. makin lama aku terus merasakan perasaan yang tidak enak terus..
Mity : Kamu tuh kenapa sih?? Kenapa cemas terus??
Oni : Hantu yang ada disekitaran sini selalu memberitahuku bahwa ada bencana besar terus daritadi.
Mity : Ehh?? Kamu bisa lihat hantu?
Oni : Iya, tapi jujur kelainan ini agak menggangguku. Dan aku sebenarnya tak suka jadi orang indigo. Aku hanya ingin sehari saja hidup ku tanpa melihat arwah penasaran terus.
Mity : Uhh.. maaf aku tidak bisa membantumu memberi solusi.
Oni : Tidak apa-apa. Aku hanya ingin seseorang mendengarkan penderitaan ku saja.

Dilla terus menunduk diri dan memakai masker karena selalu mengalami delusi dan tertawa sendiri. Sampai Mity dan Oni pun bingung sendiri melihat Dilla.

Mity : Dilla? Kamu gakpapa?
Dilla : Eh! Uhh.. nggak gakpapa kok. Aku cuma...
Ufan : Mohon maaf yah Mity, Oni. Dilla ini agak sedikit mengalami gangguan kejiwaan. Jadi kalian musti lebih berhati-hati didepannya, yah~
Mity : Oh begitu... Ok.
Dilla : (AAAHHHHH!! Dasar otak ku! Malu banget aku pengen hilang dari dunia aja deh!!! Sialan lu, Ufan!)
Ufan : (Jadi itu alasannya kenapa si Dilla tak pernah memunculkan kekuatannya lagi. Kasihan sekali yah.. Padahal kekuatannya itu luar biasa hebat loh.)

(Ahhh!!!)

Ufan ngerem mendadak karena tiba-tiba ada darah di kaca mobil.

Ufan : Hah?!! Kok ada darah di kaca mobil?!
Mity : Darah?!!
Dilla : Apa?!!

??? :
'Hancurkan mereka..
Ledakkan mereka..
Ohhh hapuskan dosa ini!
Demi menolak kiamat!
Tolong hancurkan peradaban!

Karyamu merusak...
Karya yang merubah...
Ide-ide mu yang menghancurkan..
Moralitas manusia...

Kami yang akan bangkit...
Kami yang akan melawan...
Segala teknologi!
Mari kita hancurkan!'❳

Sekelompok ormas sedang melakukan ritual untuk melenyapkan hampir seluruh umat manusia. Ritual pun terkabul, dan akibatnya banyak orang-orang yang mati meledak akibat melakukan kejahatan di sosmed. Kota-kota besar dipenuhi dengan ledakan manusia, darah berceceran dimana-mana. Ledakan itu berasal dari HP yang terkena efek virus sirkuit merah yang menjalar ke tubuh. Jadi semua orang panik dan banyak yang menjatuhkan HP-nya

Oni : Aku tidak percaya ini! Menakutkan!
Mity : Beneran terjadi dong!
Dilla : What the...
Ufan : Kita harus cepat!

Ufan bergegas mengendarai dengan kecepatan tinggi. Di sepanjang jalan penuh dengan orang-orang yang meledak, ini pertama kalinya dalam sejarah teknologi digital bisa mengalami efek distopia yang mengerikan. Ntah bagaimana caranya distopia ini bisa terjadi tetapi peristiwa ini sudah membuat nyawa orang melayang dan membuat banyak orang mengalami trauma berat akibat perangkat digital. Saat sudah mulai sampai di rumah, jalanan akses ke rumah ditutup karena dipenuhi dengan banjir darah manusia. Akibatnya mereka harus menunggu di toko sembako selama 45 menit sambil melihat orang-orang mati meledak akibat HP.

Dilla : (Hah? Siapa orang-orang keji yang mempunyai kekuatan ini? Kenapa mereka ingin menghancurkan seluruh dosa di sosmed? Bukannya ini sudah termasuk memusnahkan kebebasan manusia? Bro... Aku tau semua teknologi ada konsekuensinya, tapi jangan sampai membuat kiamat anti teknologi juga dong! Ini namanya g*b**k, a*y*ng!!!)
Ugh!! Lama lama aku pengen jitak tuh orang yang bikin kekacauan kayak gini!
Ufan : Tolong tenang! Kita di depan umum tau!
Dilla : Tak peduli! Aku ingin membasmi mereka! Orang itu sudah pasti kelakuannya seperti orang T*L*L! G*B**K!! B*G*!!!

18 Juli 2028, Kreaville

Dilla terbangun dari tidurnya, dia akan bersiap-siap untuk pergi ke sekolah SMK yang baru. Seperti biasa, hawa di kota ini masih sangat suram. Orang-orang mulai menjadi gila akibat kepergian orang terdekat setelah kejadian itu. Diketahui bahwa jumlah korban yang tewas akibat melakukan cybercrime di jejaring sosial itu mencapai 560 juta orang di seluruh dunia dengan kejadian sekitar 2 kali pada tanggal 5 Mei 2026 dengan korban sebanyak 500 juta orang selama 40 menit dan 7 Mei 2026 dengan korban sebanyak 60 juta orang selama 5 menit. Kejadian ini melampaui peristiwa wabah mematikan dahulu. Hal yang sungguh mengerikan sekaligus menjadi pelajaran yang pahit untuk mengendalikan komentar kita kepada orang lain di sosmed sekalipun.

Mity : Ini roti mozzarella-nya, Dillaa!
Dilla : Terima kasih..
Mity : Hmmm, kamu masih trauma yah?
Dilla : Iya, sangat, sangat, trauma..
Mity : Ayolah... Kamu harus bisa mengikhlaskan itu semua.
Dilla : Tidak bisa. Aku tidak bisa melakukannya...
Mity : Hufttt... Gejala mu makin parah sekarang. Tolong sayangi dirimu...
Dilla : Hm? Apa itu menyayangi diri sendiri? Aku tak pernah merasakan cinta sama sekali dalam hidupku. Jadi aku memilih untuk menetralkan diriku. Walaupun aku sebenarnya sering membenci diri sendiri, tapi karena benci diri sendiri juga tidak boleh jadi ku berusaha lebih milih netral.
Mity : Huft.. terserah mu deh. Sekarang kamu harus cepat pergi ke sekolah. Yang penting jangan sampai kamu menambahkan jenis gangguan mental baru lagi.
Dilla : Oke deh... Aku pergi dulu, Mity.
Mity : Iya, hati-hati di jalan!

Dilla tersenyum melihat lambaian Mity. Bagaimana pun kondisi mentalnya, dia harus tetap memaksakan diri untuk tersenyum karena Mity, Oni, dan Ufan bukanlah kerabat Dilla. Di perjalanan menuju ke sekolah, Dilla melihat sekeliling rumah orang-orang mengalami gangguan kejiwaan akibat kehilangan seseorang dengan cara yang tidak wajar. Konter-konter elektronik pun tutup dengan sangat lama. Inilah kali pertamanya, orang-orang sudah tidak candu lagi memainkan hp yang penuh adiktif. Karir-karir yang ada di jejaring digital mereka hancur, perusahaan teknologi besar pada nyaris bangkrut.

Dilla : (Kapan toko-toko elektronik itu pada buka? Ini sudah dua tahun loh. Memang yah, efek dari kejadian dua tahun lalu itu berdampak besar pada ekonomi. Pelakunya juga masih belum ditemukan, malah pelaku I.T yang tak bersalah pun ikut keseret ke hukum.)

Saat sudah menginjakkan kaki ke tanah sekolah, ada seorang pria bersurai blonde yang sangat misterius berpapasan dengan dirinya. Dilla merasakan hawa yang cukup menyeramkan dari orang itu.

Dilla : (Hah? Itu bukannya orang yang pernah berpapasan dengan ku dulu? Aku merasakan hawa yang cukup mengerikan dari orang itu. Jangan-jangan dia... 'The Phantom of Internet'? Ada tato yang misterius di lehernya.. Hmmm... Masa bodoh ah, aku takut salah orang. Penyakit anxiety ku makin menjadi-jadi nanti kalau salah mengira.)
???? : Dil, Dilla?
Dilla : Oh! Halo kakk.
Firyal : Yeah, halo Dilla~ Reuni lagi nih kita.
Dilla : Iyap! Kita satu sekolah lagi deh~
Firyal : Pasti kamu baru kelas 10. Aku sudah setahun berada di sekolah ini dan sekarang aku sudah kelas 11. Aku memilih keahlian Animator dan Illustrator karena ingin sekedar mengekspresikan imajinasiku. Walaupun sekarang pekerjaan animator dan illustrator sedang mengalami penurunan pasar akibat tragedi itu. Kalau kamu pilih keahlian apa?
Dilla : Hmmm aku pilih keahlian illustrator dan animator juga. Kita samaan dong!
Firyal : Uwaww, hebat, hebat!

Dilla dan Firyal melakukan jabat tangan dan pergi bersama-sama menuju ke kelas mereka masing-masing. Ketika mereka sedang berada di lantai 3, tiba-tiba ada seseorang yang menabrak Dilla. Orang itu ternyata adalah teman sekelas Dilla juga, ntah bagaimana dia bisa tergesa-gesa begitu tapi dia sudah minta maaf duluan ke Dilla sebelum kemudian pergi lebih cepat ke kamar mandi.

Dilla : Kok dia lari begitu sih? Memang ada apaan?
Firyal : Ntah, mungkin dia kebelet ke kamar mandi.
Dilla : Hmmm... Itu bukannya temen sekelas ku yah yang namanya Gabriel?
Firyal : Gabriel? Dia terlihat seperti makhluk scavenger atau kucing yah.. Tapi menarik nih aura ku dengannya sama-sama berwarna ungu.
Dilla : Hmmm bisa jadi dia makhluk scavenger. Dan... dia ini terlihat imut juga yah.
Firyal : Betul, dia sangat imut dan cantik, tapi kok dadanya rata sekali seperti papan? Kamu juga apalagi, hehe.
Dilla : Waduh kakak ini, hahaha. Tapi tunggu, apa gak salah itu? Kok dia masuk ke kamar mandi laki-laki?
Firyal : Apa...?

( Bel berbunyi )

???? : Firyal!! Udah mau masuk tuh!!
Firyal : Malas.
Dilla : Oh iya, sudah bel ini. Aku masuk dulu yah!
Firyal : Oke, aku bergegas dulu, bye bye!
Dilla : Bye!!

Jam belajar sudah mulai masuk, Gabriel masih berada di toilet untuk cuci tangan. Dia terkena cipratan tinta saat sedang membantu temannya memperbaiki printer. Ketika dia keluar dari toilet ada seorang gadis yang bergumam ingin menghabisi Dilla karena dulu dia telah merebut karirnya.

Gabriel : (Jadi, kau ingin membunuhnya yah? Aku tak tau siapa dirimu tapi tak akan kuampuni kau kalau mencoba-coba untuk membuat keributan di sekolah ini.)

Jam pelajaran pertama pun dimulai, kali ini di awali dengan pelajaran desain. Semua murid di beri tugas praktek terlebih dahulu dengan membuat desain di hp. Lalu tiba-tiba Dilla mulai mengaktifkan kekuatannya, kemudian menggambar desain dengan hanya kurun waktu 1 menit. Murid-murid lain pada kaget karena Dilla ternyata bisa menggambar lukisan kompleks dengan hanya selama 1 menit. Gabriel pun terpukau melihat skill-nya, dia berpikir bahwa ini kesempatan yang bagus untuk membujuk Dilla menjadi anggota klub nya. Namun di satu sisi, Martin yang duduk di pojokan pun makin merasa iri dan dengki melihat kemampuan kekuatan Dilla yang berbeda dari orang-orang biasa yang menggunakan kekuatan elemen dasar. Dia menganggap Dilla adalah robot A.I yang sama-sama mengjengkelkan dan merusak pekerjaan seniman. Gurunya pun ikut terpukau melihat kekuatan Dilla yang cukup unik tapi beberapa murid di kelas risih karena merasa jengkel melihat skill menggambar Dilla yang terlalu jenius dan cepat.

Guru : Uwahhh... Kok kamu bisa gambar secepat itu sih??
Dilla : Ahh itu dari kekuatan bodohku saja pak. Desain ku juga kurang begitu bagus karena terlalu kecepatan.
Gabriel : (Ya ampun, malah merendah diri..)
Henry : (Buset, gua timpuk lu kalo masih merendah lagi.)
Guru : Duhh.. jangan merendah dong, gak bagus buat diri kamu. Jangan dengarkan orang-orang yang iri dengan dirimu, ingat kita walaupun mempunyai kekuatan yang luar biasa pun kita tetaplah makhluk yang tak akan pernah bisa sempurna. Kita hanyalah makhluk titipan dari Tuhan, segala hal yang kita punya pun juga titipan dari Tuhan. Kita boleh merendah hati tapi kita tak boleh merendah diri karena itu sama saja buruknya dengan tinggi hati.

Dilla mulai terdiam dan merenung. Sekali lagi guru itu menenangkannya.

Guru : Kamu sering di bully karena terlalu pintar menggambar kah?
Dilla : Uhh... Iya.. Itu waktu ketika aku masih smp.
Guru : Ohh.. Jangan khawatir. Kita semua disini akan menghargai kekuatan kalian, lagipun kekuatan bahaya itu sudah sangat biasa dalam kehidupan kita, kan? Kita harus tetap menjaga diri supaya kekuatan yang kita miliki itu tidak menjadi dampak buruk bagi semua orang. Jangan seperti kejadian 2 tahun lalu itu, sekelompok ormas memakai kekuatan teknologi untuk menghapus peradaban modern.
Dino : Betul itu, pak! Punya keahlian luar biasa pun mental kita tetap harus di latih!
Guru : Benar! Yang masih belum selesai mendesain, ayo di selesaikan dulu!

Beberapa murid respon dan mengangguk. Jam istirahat pun tiba, tiba-tiba saja ada murid yang mencoba membuat kekacauan di kantin.

Martin : Sudah lama tidak bertemu dengan kau, Dilla...
Dilla : Apa? Kau mau melakukan apa padaku?!
Martin : Aku ingin mengeksekusimu.. Kekuatanmu itu sebenarnya sangat berbahaya. Lebih dari sekedar menggambar cepat, kau akan mendapatkan kekuatan yang jauh lebih mengerikan ketika kekuatanmu itu sudah di upgrade dengan batu permata Feline. Sekarang mana batu itu?..
Dilla : Hah? Batu? Apa sih?! Sumpah! Aku gak tau itu batu ada dimana! Mau buat apa sih dengan batu itu? Kau gak dengar apa yang guru itu ucapkan?
Martin : Tak peduli, guru itu terlalu cerewet. Dan... Kekuatanmu itu akan merusak peradaban makhluk hidup. Kau mau hidup ini jadi semakin hilang kemanusiaan karena kemajuan teknologi?
Dilla : (Hmmm...) Kau ormas anti-teknologi yah?

To be continued..

Chapter 1 End

🖌️🖥️🖼️🍟👩🎧🎵🌆🎊💃
❒❑❒❑❒❑❒❑❒❑❒

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro