13.

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Mungkin ini saat-saat paling berat untuk Kim Nari. Dia masih menatap surat perjalanan Jungkook yang baru saja diserahkan kepadanya.

"Mas, tapi kan dua minggu lagi kita nikah. Harus banget Mas pergi?"

Jungkook mengangguk dengan muram sambil meletakkan cangkir kopi.

"Saya sudah minta tolong sekertaris saya. Hanya saja, dia harus menangani kerja sama dan rapat lainnya selama saya nggak ada. Ini permintaan langsung dari pemegang saham. Jadi, saya harus ke sana."

Nari mencebikkan bibirnya. Kemudian menggantungkan bahu dengan lemas. Seharian nggak liat masnya aja dia kangen, apalagi saat nanti berjauhan?

"Cuma tiga hari kok. Saya janji bakalan cepet pulang." Jungkook menambahkan lagi, sambil tak lupa mengusap puncak kepala tunangannya. Nari akhirnya mengembuskan napas pelan lalu berusaha tersenyum. Dia mengembalikan surat yang baru saja diberikan oleh Jungkook.

"Tapi Mas telepon saya kalau lagi senggang, ya? Jangan kayak kemaren, ngilang tanpa kabar sama sekali." Nari jadi ingat kejadian beberapa bulan yang lalu. Hal tersebut cukup membuatnya kapok untuk berjauhan dengan Jungkook.

"Tapi kan setelah itu saya langsung lamar kamu." Jungkook terkekeh pelan.

Nari memberengut. "Tetep aja, Mas! Nanti kalau saya kangen sama Mas, gimana? Gak mungkin kan Mas langsung pergi nemuin saya kayak di drama-drama."

Jungkook tertawa lagi. Dia terlalu takjub dengan pemikiran Nari yang diluar dugaan.

"Ya tentu saja nggak! Saya bakalan telepon kamu kalau kangen."

"Kalau gak kangen berarti gak nelepon, dong?" sambar Nari lagi. Jungkook terkekeh pelan, dia sedikit memajukan tubuhnya agar tatapan mata serius itu terlihat jelas oleh Nari.

"Selama 24 jam, atau dalam seharian, nggak ada waktu saya nggak kangen sama kamu. Tapi, saya harus tetap mengerjakan pekerjaan saya. Saya bukan tipe pria yang membiarkan tanggung jawab saya terbengkalai. Jadi, kamu jangan khawatir. Saya pasti telepon kamu," ujar Jungkook sambil tersenyum simpul.

Semburat merah jambu perlahan muncul di pipi Nari. Dia masih tidak menyangka kalau pria di depannya ini bisa berubah menjadi pria manis dengan wajah datar seperti itu. 

~~~

Jungkook sengaja tidak pergi tepat di depan Nari. Setelah malamnya puas berjalan-jalan dan makan enak, Jungkook memberikan kecupan lama di kening Nari. Cadangan rindu, katanya. Nari hanya terpaku dan tersipu malu. Apapun yang masnya lakukan sukses membuat keberisikannya itu lenyap seketika.

"Oy, bengong aja! Cepet kasih makan ikan cupang gue!" teriak Jimin yang sedang mengganti air cupang satu persatu. Nari yang saat itu sedang memegang lidi sedikit terkejut, lalu menatap kesal ke arah Jimin.

"Ih! Lo ngagetin gue aja! Untung cacing sutra buat anak-anak kesayangan lo gak tumpah!" Nari lalu mulai memberikan cacing sutra ke akuarium demi akuarium dengan wajah cemberut.

Jimin menoleh sebentar, masih dengan tangan yang aktif mencuci akuarium.

"Lo itu lagi mengasah kemampuan bengong? Apa gimana, sih?"

Nari mengembuskan napas. "Yang kayak begitu nggak usah di asah juga gue udah jago. Gue lagi galau nih, Jim."

"Pacar ganteng, udah. Mapan pula. Tunangan pun udah. Terus, apa lagi yang mau lo galau-in?"

"Mas Jungkook dinas keluar kota, Jim. Sebagai insan yang pernah kasmaran, gue gak pengen berjauhan sama Mas gue."

Jimin memutar kedua bola matanya dengan malas, sambil menjulurkan lidah seolah ingin muntah.

"Jijik abis! Lo gak usah kayak abg galau yang bingung mau ngasih cokelat merk apa ke gebetannya pas valentine."

"Emang gak guna gue curhat sama lo ya, Jim. Yang ada bikin gue tambah emosi aja."

Setelah akuarium cupang bersih dan berisikan cacing sutra, mereka berdua duduk sambil menikmati es krim. Masih dengan topik yang sama —kegalauan Nari yang ditinggal Jungkook.

"Omong-omong, lo tau Jungkook itu kerja di mana?"

Nari terpaku sebentar. Dia belum tahu seluk beluk Jungkook setelah tunangan dengannya. Palingan hal-hal mendasar seperti makanan kesukaan, hobi dan kebiasaan di rumah yang —bisa dibilang— Nari lihat dari keseharian Jungkook.

"Gue belum kepikiran untuk nanyain hal itu, sih. Tapi gue tahu kalau dia itu ngejalanin perusahaan start up gitu bareng temen-temennya sampai sukses kayak sekarang."

Jimin mengangguk saja menanggapi hal tersebut, sambil membuang cup eskrim yang sudah bersih karena isinya berpindah ke lambung.

"Kenapa? Lo mau ngelamar kerja di sana?"

"Ya nggak, lah! Gue nanya begitu, cuma pengen tahu. Menurut lo, Jungkook itu ganteng dan mapan. Di perusahaannya nggak mungkin kayak asrama sekolah cowok kan, pasti ada ceweknya. Apa lo gak penasaran dengan rekan kerjanya?"

Jimin emang paling bisa bikin Nari overthinking. Padahal, sebelumnya dia gak tertarik soal kehidupan pekerjaan Jungkook. Namun setelah omongan Jimin barusan, Nari jadi kepo banget sama rekan kerja Jungkook.

"Tadinya sih nggak, tapi pas lo ngomong gitu gue jadi penasaran. Seberapa besar kemungkinan sekertaris di perusahaan itu cewek, Jim?"

"Ya besar kemungkinan sih. Meskipun ada juga sekertaris cowok. Ah iya, gue juga mau tanya sama lo, karena lo ngomongin soal sekertaris. Kenal dia nggak?" tanya Jimin sambil memperlihatkan media sosial Jungkook. Nari melihatnya dengan saksama. Di foto itu, terlihat Jungkook dan seorang wanita yang sedang memegang buket bunga tulip merah. Nari merebut ponsel Jimin dan men-stalk akun gadis itu.

"Tulips are red, and violets are blue.
I'm so happy, you're single too." Nari membaca caption dengan jelas. Jimin pun ikut melirik ponsel dan terkekeh pelan.

"Barangkali dia gak tau kalau Jungkook udah tunangan," kata Jimin Sambil mengangkat bahunya.

Nari menoleh kesal. "Jim, jangan berburuk sangka. Mungkin aja itu buat cowok tinggi di samping Mas."

Jimin menggeleng pelan. "Nggak mungkin. Yang megang tulip di foto slide selanjutnya adalah Jungkook. Pinter dia, bagiin fotonya langsung multiple alias banyak biar gak ketauan kalau dia lagi mengagumi orang itu."

Jimin kampret! batin Nari kesal. Dia mengembuskan napas kasar dan meninggalkan Jimin yang memanggilnya dengan lantang.

~

Akhiirnya ada juga work yang gue publish hahaha.

Again, wattpad adalah pelarian terbaiqqqqq.

Btw, hiatusku mungkin akan berakhir seiring berjalannya waktu dan bertumbuhnya anakku. Iya, aku baru punya anak HEHE.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro