5.

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Perasaan Kim Nari saat ini kayak kebun bunga, warna-warni banget! Meski belum pasti, tapi dia udah keburu baper sama omongan Mas Jungkook tadi. Nih ya, dia kan suka sama Mas Jungkook. Bahkan pernah berharap kalau salah paham bundanya bakalan berlanjut. Terus tadi saat mamanya Mas Jungkook dan Somi berkunjung, dia malahan ngajakin Kim Nari jadi calon istri.

Siapa yang nggak geer bakalan jadi ibu dari anak-anak gebetan sendiri?

"Bundaaa, Jimin dateng!" Suara cempreng Jimin bikin Kim Nari terkejut bukan main. Dia bahkan jitak kepala cowok itu ketika dengan seenaknya tiduran di sofa depan televisi.

"Kok udah lama nggak ke sini, Jim?" tanya Bunda sambil nyuguhin kue mochi kedemenan Jimin. Tanpa malu-malu, pria itu langsung melahap kue tersebut.

"Nganterin Mama, Bun. Nenek di Busan lagi sakit. Sekarang Mama lagi nginep di Busan. Papa masih dinas di Singapur dan baru lusa pulang. Jimin jadi sendiri kayak anak kost. Laper nih, Bun! Ada makanan nggak?" Jimin naik turunin kedua alisnya.

Kim Nari kembali menoyor kepala Jimin. Kali ini pria itu tidak diam saja, melainkan membalas dan menampakkan wajah yang sama cemberutnya kayak Nari.

"Apaan sih lo daritadi ngeselin aja?!" kata Jimin kesel. Kim Nari cubit pipi Jimin lagi karena dia gak terima di toyor sama pria itu.

"Lo dateng-dateng bikin berisik! Mengganggu ketenangan gue aja lo!"

Jimin jadi semakin nyolot. "Dih apaan, sih?! Gue kan gak gangguin lo, gue lagi ketemu Bunda!"

Bunda tersenyum melihat kedua anak tersebut. Mereka berdua seperti anak kembar. Terkadang akur, tapi lebih sering berantem kayak gini. Bunda maklum karena umur mereka sama, dari kecil juga udah bareng-bareng. Baru beberapa tahun aja pisah karena Jimin pindah rumah. Tapi hal tersebut nggak mengikis persahabatan mereka.

Kim Nari menghela napas kesal dan senderan di sofa. Dia menekan remote dengan penuh emosi. Kalau sudah begini, perang dingin akan berlanjut sampai seminggu ke depan. Namun Jimin selalu punya cara jitu biar sahabatnya itu nggak ngambek sama dia.

"Jangan ngambek! Nih gue bawain cokelat buat lo," kata Jimin sambil mengeluarkan cokelat dari kantong bajunya. Raut wajah Nari langsung semringah, otomatis dia acak-acak rambut Jimin dan merangkul paksa sahabatnya itu.

"Ih tau aja gue lagi kepengen cokelat. Kok cuma satu sih, Jim?"

"Tinggal satu, lagian gue juga lupa itu ada di mana. Tau-tau ada di kantong gue. Ajaib, ya?" Kim Nari langsung ngejar Jimin dan berusaha untuk cubit pipi Jimin sampai kendor kalau bisa. Pas udah dapet, dia langsung headlock pria itu dan menggiringnya keluar. Namun, Nari jadi salah tingkah begitu tahu ada Jungkook di depan pintu. Nenteng sebungkus plastik dan sedang mengbrol dengan ayahnya Nari.

"M-mas Jungkook?" Pria itu menoleh lalu tersenyum, meski dari kedua bola matanya sedikit bergetar karena terkejut. Yaiyalah, Kim Nari yang Jungkook kenal kan jomblo alias belum punya pacar. Tapi saat ini dia kelihatan mesra banget sama salah satu cowok yang entah siapa itu bagi Jungkook.

"Saya bawain sarapan buat kamu, ayah dan bunda." Jungkook menyerahkan kantong plastik tadi ke tangan Nari. Gadis itu melihat isi plastik yang tak lain bubur ayam Bu Han yang udah legendaris banget di komplek ini.

"Kamu jadi repot-repot, Mas! Kan Bunda udah nawarin, kalau mau Mas aja yang makan di sini," kata ayahnya Nari.

Jungkook tersenyum dengan sopan. "Kebetulan lewat, Om. Lagian, saya rasanya belum berterima kasih karena sudah dijamu sebelumnya."

Kim Hyunshik yang merupakan ayahnya Nari hanya terkekeh pelan. "Kalau begtu terima kasih. Silakan ngobrol sama Nari. Om mau ke rumah Seokjin dulu."

Jungkook mengantarkan Om Hyunshik sampai ke depan pagar. Duh, idaman banget deh! Nari aja ngeliatnya sampai mesem-mesem sendiri.

"Buat gue mana?" kata Jimin yang langsung nyerobot plastik. Kim Nari langsung geplak tangan Jimin dan cubit pipi lagi sampe pria itu ngambek.

"Lo jangan malu-maluin gue," bisik Kim Nari kepada Jimin. Namun, tampaknya pria itu tidak terlalu memedulikan. Dia cubit gemes pipi Nari sekali lagi sebelum masuk ke kediaman sobatnya itu.

"Itu tadi temen saya kok, Mas. Bukan pacar saya." Kim Nari spontan ngomong gitu karena raut wajah Jungkook berubah total. Gak mau geer kayak yang Bang Namjoon bilang, tapi dia bisa dengan jelas melihat bahwa raut wajah Jungkook berubah total.

"Saya nggak tanya apa-apa," tanya Jungkook. Kali ini wajahnya beneran kelihatan serius, tidak senyum sama sekali.

"Saya cuma mau kasih tahu sama Mas. Kan Mas sendiri yang mau tahu kalau saya itu punya pacar apa nggak? Mas juga kan yang ngajakin saya buat jadi calon istri. Kalau cuma harapan palsu, mendingan Mas jangan deket-deket saya lagi dari sekarang." Kim Nari serasa mendapat kekuatan dari bubur yang dipegangnya. Karena tiba-tiba saja apa yang dikhawatirkannya keluar melalui kata-kata tepat di depan Mas kesayangannya ini.

Jungkook membuang napas dan menoleh ke arah berlawanan. Dia memijat pangkal hidungnya lalu kembali menatap Kim Nari dengan serius.

"Saya serius dan nggak main-main. Biar jelas, saya tanya sekali lagi." Jungkook mendekat dan memegang jemari Nari sekarang.

"Kamu mau jadi orang yang pertama kali ngelihat wajah ngantuk saya? Masak sama-sama untuk kita. Dengerin cerita saya meskipun kamu nggak terlalu paham. Mengandung anak-anak lucu yang mirip saya atau kamu, tentu atas kemauan bersama. Meskipun mungkin saya marah sama kamu, hal tersebut bukan berarti saya nggak kepingin sama kamu lagi. Marahin saya kalau telat makan atau melakukan hal yang nggak kamu suka. Menyepakati banyak hal dan merencanakan masa depan bersama. Apa kamu bersedia hidup seperti itu?"

Sejujurnya, lutut Kim Nari udah lemas bukan main. Selain dia mendengar kalimat panjang berupa lamaran, dia juga ditatap dengan teduh oleh Jungkook. Jemarinya digenggam dan semua kerasa pas banget.

"Aku mau hidup seperti itu, Mas. Saya sayang dengan Mas Jungkook," ujar Kim Nari yang tersipu malu.

~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro