7.

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Meskipun apa yang diomongin Somi cukup mengganggu, Jungkook nggak berusaha nanya ke Nari. Dia lagi banyak kerjaan, hal tersebut gak bakalan selesai kalau emosinya labil. Ada target yang harus dia tepati, salah satunya selesai pekerjaan setidaknya sebelum bener-bener ngelamar Kim Nari.

"Mas, soal ini gimana?" tanya salah satu sekertaris Jungkook. Namanya Han Ye In. Dia dikenal sebagai orang kepercayaan Jungkook, juga orang yang ngebet pengen jadian sama pria itu. Tapi sayang, Jungkook cuma ngelihat Ye In sebagai rekan kerja saja.

Jungkook mendekat ke arah Ye In. Gadis itu bisa menghidu aroma musk yang kuat dari tubuh Jungkook. Apalagi turtleneck hitam itu membuat Jungkook kelihatan lebih manly. Pikiran Ye In mulai mengarah ke dada kekar Jungkook. Bagaimana jemari lentiknya bisa menyentuhnya dan....

"Hello? Ye In are you listening?"

Ye In seketika terkesiap dan malu sendiri dengan pikiran nakalnya. Dia hanya mengangguk dan buru-buru mengambil tab yang sedang Jungkook pegang. Soal pekerjaan yang ditanyakan belum tuntas, tapi Ye In bisa bertanya lagi dengan orang lain nanti—setelah rona merah di wajahnya memudar.

Jungkook mengernyit, dia menangkap sesuatu yang ganjil dari Ye In. Namun, dia memilih untuk tidak memikirkan terlalu jauh. Toh gadis itu sering terlihat sedikit canggung bila berdekatan dengannya. Setelah itu, dia bertemu dengan Minggyu yang tengah melihatnya dengan senyum mencurigakan.

"Kenapa kamu lihatin saya kayak begitu?" tanya Jungkook sambil mengernyit. Meskipun Minggyu dan Jungkook seumuran, pria itu tetap memanggil dirinya dengan sebutan 'saya-kamu'.

"Nggak, gue cuma salut aja sama lo. Soalnya lo ngebangun tembok tinggi banget, padahal yang deketin lo cantik abis."

Jungkook semakin merapatkan alisnya. "Maksud kamu? Saya masih nggak ngerti."

Ini nih kelemahan Jungkook. Kurang bisa meneliti hal-hal yang lumrah bisa cowok lihat. Minggyu beranjak dari duduknya dan menghampiri Jungkook, kemudian merangkul pria itu menuju balkon.

"Ye In tuh suka sama lo. Masa lo gak bisa lihat itu, sih?"

Jungkook menyeringai. "Mana saya tahu soal itu. Lagian, saya bukan cenayang yang bisa baca hati seseorang."

Minggyu ketawa ngakak. Dia kemudian menepuk bahu Jungkook beberapa kali.

"Soal kayak gitu gak harus baca lewat hati aja, kali! Lo bisa lihat gerak gerik dia saat lagi di deket lo," kata Minggyu santai. Jungkook sebenarnya tidak tertarik, tapi pada akhirnya dia mendengarkan keseluruhan ucapan Minggyu yang menjelaskan dengan akurat. Tentang bahasa tubuh wanita yang tertarik dengan lawan jenis, dimana mereka pasti melihat dengan intens mata pria yang tengah disukainya. Atau lenggokan jalannya yang terkesan di dramatisir di depan pria tertentu.

"Sebaiknya kamu mulai memikirkan masa depan," kata Jungkook sambil menjejalkan ponselnya ke kantong baju.

Minggyu mengernyit. "Maksud lo apa?"

"Dari penjelasan kamu tadi, kamu sangat berbakat soal kencan dan wanita. Kamu bisa membuka usaha biro jodoh atau konsultasi percintaan. Jasa seperti itu mudah diminati, jelas bisa meraup untung yang banyak kalau dikerjakan dengan marketing yang luar biasa."

"Yee, dasar kaku lo!" umpat Minggyu yang membuat Jungkook tertawa. Tanpa di suruh, Minggyu kembali ke kubikelnya dengan decakan sebal. Sementara Jungkook memperhatikan sejenak Ye In yang tengah berbicara dengan salah satu rekan kerjanya. Beberapa kali, gadis itu terlihat mencuri pandang ke arah Jungkook. Pria itu mengangkat bahunya dan memilih untuk kembali bekerja.

~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro