🐊21🐊 Sabar dan Tegar

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Halo Lezer Kimfoodie 👋
Ada yang mau gabung GC cerita aku gak? Namanya Lezer Kimfoodie, artinya pembaca cerita kimfoodie dalam bahasa Belanda. Yang mau gabung komen nomor kalian ya, nanti aku masukin.

🐊🐊🐊

Nyatanya pohon yang rindang itu tidak cukup untuk melindungi Gania dari tetesan air hujan yang semakin deras. Ingin berlindung, tetapi Gania sudah terlanjur basah. Jadinya Gania memilih tetap di sana. Bukan untuk sok dramatis, tetapi ia hanya ingin menyejukkan hatinya yang panas melihat pemandangan memuakkan itu.

“Cara apalagi bisa bikin itu cewek centil ngejauh? Maki-maki mah gak mempan, telinganya kebal tahan banting,” sungutnya. Berulangkali ia menghela napas dan menggosok-gosokkan kedua tangannya agar terasa sedikit hangat. Gania menggigil, ia menyesal terlambat mencari tempat teduh.

“Gila, biasanya orang kalau lagi sedih kuat banget yang namanya hujan-hujanan. Lah, gue? Dingin banget, njir.” Gania mulai melangkahkan kakinya menuju ke sebuah bangunan yang sekiranya bisa melindunginya dari hujan. Namun, belum lebih dari dua langkah, Gania merasakan dirinya tidak terkena air lagi. Apa hujan sudah berhenti?

“Kandungan air hujan itu telah terkontaminasi kotoran hewan, bakteri, parasit, virus, dan bahan kimia yang bisa menyebabkan penyakit. Menurut penelitian, jumlah bakteri pada air hujan bisa mencapai 1.362 bakteri per sempel. Masih mau hujan-hujanan? Banyak bakteri tuh nempel,” cerocos orang yang telah menghalangi air hujan yang mengenai tubuh Gania menggunakan payung hitamnya yang cukup besar.

Gania tercengang, ternyata Agalanka yang membuatnya tidak terkena hujan lagi. Malah cowok itu berceramah tentang kotornya air hujan hingga membuat Gania terkekeh pelan. “Berapa jam lo ngapalin semuanya?” tanya Gania sambil menyisir rambut basahnya yang menutupi sebagian wajahnya.

“Nyebelin lo. Emang gue sebodoh apa sampai ngapalin beberapa kalimat sampai berjam-jam?” ketus Agalanka sambil memasang ekspresi cemberutnya.

“Lo ke sini nyariin adik lo yang ngilang?” tanya Gania. Mereka masih diam di tempat dan berteduh di bawah payung Agalanka dengan posisi berhadap-hadapan.

“Kok lo tahu? Itu anak tiba-tiba ngilang gitu aja, takut aja gue kalau dia diculik,” kata Agalanka.

Gania tersenyum palsu, bibirnya sampai bergetar karena kedinginan dan juga karena menahan tangisan, matanya juga sudah berkaca-kaca. Ia tidak mau menatap Agalanka. Bisa-bisanya ia merasa sedih hanya karena laki-laki berengsek yang sialnya adalah suaminya.

“Itu.” Dengan tangan yang gemetar, Gania menunjuk ke arah Ghanu dan Meidy yang sedang berteduh. Mereka tampak tertawa bersama. Ghanu telah melupakan kalau Gania masih menunggu.

Agalanka terkejut melihat adiknya sedang bermesraan dengan suami orang. Tangannya terkepal, suatu saat nanti Meidy pasti akan mendapat nasib yang sama seperti Gania kalau ia tidak mencari cara untuk memisahkan mereka berdua.

“Jangan lihat,” pinta Agalanka sambil menutup mata Gania yang terus memperhatikan suaminya berselingkuh. Refleks Gania memejamkan matanya sehingga air mata yang sejak tadi ia tahan menjadi mengalir begitu saja. Agalanka merasakan tangannya terkena air mata Gania dan membuatnya merasa sangat bersalah.

“Apa gue menyedihkan?” tanya Gania yang kini menangis dalam diam. Ia tidak ingin menangis, tetapi air matanya keluar begitu saja tanpa bisa ia tahan. Ia bertanya-tanya dalam hati, mengapa ia bisa menangisi lelaki berengsek seperti Ghanu? Memang apa bagusnya laki-laki itu sampai ia sedih seperti ini saat melihatnya dengan cewek lain?

“Jangan pernah maafin Ghanu. Sekalipun dia mohon-mohon sama lo, jangan pernah maafin dia,” bisik Agalanka.

“Cinta bisa bikin gue bodoh.”

“Suami galak bisa dimaafin, suami egois bisa dimaafin, suami kasar bisa dimaafin, tapi yang gak bisa dimaafin itu adalah suami selingkuh. Sikap bisa diubah, tapi sifat gak bisa. Kalau misalnya lo maafin kesalahan dia yang sekarang, gue yakin nantinya dia bakal ngulangin lagi,” tutur Agalanka. Perlahan ia menjauhkan tangannya yang menutup mata Gania dan menatap perempuan itu dengan lekat-lekat.

“Gue gak mau ngakuin ini, tapi gue bener-bener cinta sama dia, Gal. Gue gak tahu kenapa perasaan gue kayak gini, bisa-bisanya gue ngasih hati gue ke dia. Gue bodoh,” lirih Gania dengan wajah yang berlinang air mata. Ia ingin berhenti bersikap cengeng seperti ini, tetapi semakin ia mengingat Ghanu, hatinya semakin teriris.

“Bisa-bisanya perempuan sebaik lo diperlakukan kayak gini,” desis Agalanka pelan. Kemudian ia merengkuh tubuh Gania dan membawanya ke pelukannya. Ia mengusap-usap punggung Gania dan membiarkan Gania menangis sepuasnya. Perasaan cinta memang bukanlah pilihan karena ia datang secara tiba-tiba.

“Kenapa sesakit ini, Gal? Gue udah berusaha hilangin rasa cinta gue. Tapi kenapa rasanya malah makin membesar? Gue mau musnahin rasa ini, tapi kenapa susah banget? Gal, tolongin gue, Gal.”

Gania tidak mengerti sama sekali dengan dirinya. Ia ingin membenci Ghanu, tetapi ia tidak bisa. Namun, saat ia tidak ingin mencintai Ghanu, tetapi ia malah mencintainya. Mengapa takdir begitu mempermainkannya?

“Gania, lo mau tahu gak filosofi payung?” tanya Agalanka sambil melepaskan pelukan mereka. Gania sudah berhenti menangis dan tampaknya perempuan itu sudah lebih tenang.

Gania yang sedang mengusap air matanya menatap Agalanka dengan kening berkerut. Ia memang kurang tahu tentang filosofi benda-benda. “Apa, Gal?”

“Pertama, dari payung kita belajar arti berjuang. Meski harus menahan guyuran air, payung tetap membawa kita ke tujuan. Kedua, payung ini sabar dan tegar. Payung selalu sabar dan tegar ketika pemiliknya menaruhnya di sembarang tempat tanpa memikirkan deritanya. Ketiga, dari payung kita belajar ikhlas, selalu menemani seseorang yang membutuhkan. Payung juga ikhlas menjadi benteng ketika kita berjalan. Nah, pertanyaan gue, kira-kira yang cocok sama lo yang mana?” jelas Agalanka panjang lebar.

Kini, Gania tampak berpikir filosofi mana yang sesuai untuk dirinya saat ini. “Kedua? Kayaknya itu cocok buat gue,” kata Gania sambil menyunggingkan senyumnya.

“Terus sekarang lo udah sabar dan tegar?” tanya Agalanka.

Gania terdiam. Senyumnya luntur, bahunya merosot, dan helaan napas berat terdengar. Ternyata ia belum cukup pantas untuk menandingi sebuah payung. “Mungkin yang sedih itu bukan gue, tapi dia,” kata Gania sambil mengelus perutnya yang terus membesar seiring berjalannya waktu. “Dia pasti sedih karena mamanya disakitin.”

“Ah, masa?” Agalanka tersenyum mengejek dan membuat Gania jadi malu.

“Ih, gue tuh gak cengeng kayak biasanya tahu,” ucap Gania sambil memasang ekspresi cemberutnya.

“Jangan sedih-sedih lagi ya. Kalau lo mau curhat sama gue, gue bisa kok jadi teman curhat lo. Jangan pendem semuanya sendiri.”

🐊🐊🐊

Kini, Gania sedang berendam di bathtub dengan air hangat. Setelah berendam, ia membuat air hangat untuk ia minum agar tidak terserang flu setelah terkena hujan. Di rumah sedang sepi. Kedua orang tua Ghanu masih di luar negeri, sedangkan Ghanu belum pulang sama sekali.

“Agalanka, orangnya baik banget sama gue. Sesuai namanya, cowok kayak dia itu emang agak langka,” kata Gania sambil senyum-senyum. Sambil meminum airnya, Gania membuka ponselnya yang menampilkan notifikasi pesan dari Agalanka. Baru saja ia memikirkan cowok itu dan ia langsung mendapatkan pesan.

Agalanka
Jangan lupa pake baju hangat biar gak flu. Udah mandi dan minum air hangat, 'kan?

Gania
Udah kok. Makasih loh udah ngingetin.

Agalanka
Iya. Sekarang lo istirahat sana. Jangan mikirin suami lo. Dia udah gak sama adik gue.

Gania
Oke:)

Gania sudah meminum vitamin, susu, dan air hangat. Kini, ia pun menarik selimutnya dan bersiap-siap untuk tidur. Tidak ada gunanya memikirkan Ghanu yang tidak memikirkannya. Namun, baru saja Gania memejamkan matanya, suara pintu terbuka yang bersamaan dengan suara teriakan membuat Gania kaget bukan main..

“Gania!”

“Apa sih?” ketus Gania. Ia menatap Ghanu sekilas, lalu kembali memejamkan matanya.

“Aku cari-cari kamu di taman dan kamu gak ada! Kamu tahu gak kalau aku panik banget kamu hilang! Apa sih susahnya nunggu bentar doang?” bentak Ghanu yang tampak sangat kesal. Untungnya tadi saat ia tidak menemukan Gania di taman, ia langsung berpikir untuk pulang. Benar dugaannya, Gania sudah pulang lebih dulu.

“Bentar doang?” tanya Gania yang tampak tercengang. Ia membuka matanya dan menatap Ghanu dengan tajam. Ia menunggu Ghanu sudah sangat lama, tetapi laki-laki itu tampak tidak ingat dengannya dan terus bersama Meidy selama hujan deras turun.

“Kamu pulang sama siapa? Jawab!”

“Sama Agalan. Kenapa? Hah!”

“Kamu pulang sama cowok lain? Berani kamu Gania? Kamu ada hubungan apa sama itu cowok? Suami kamu panik nyariin kamu gak ada, eh ternyata kamu pulang sama cowok lain!”

“Sadar diri! Aku hujan-hujanan nungguin kamu selesai mesra-mesraan sama jalang sok polos itu! Terus Agalan dateng bawa payung dan nganterin aku pulang biar aku gak lama-lama lihat pemandangan menjijikkan itu! Ghanu, kamu kenapa jadi berengsek dan egois gini sih? Bajingan! Lihat aja nanti, kamu bakalan dapet karma setelah apa yang kamu lakuin ke aku!”

Gania menarik napas berulangkali setelah meluapkan semua emosinya. Tangannya meremas selimutnya untuk menyalurkan kemarahannya. Jika saja ia tidak sedang hamil, ia pasti sudah menerjang dan memukuli Ghanu hingga laki-laki itu babak belur.

“Karma? Gania, aku kasih tahu sama kamu. Semua yang kamu rasain sekarang ini adalah karma kamu dulu. Inget semua perbuatan buruk kamu dulu. Aku juga gak tahu ke mana rasa cinta aku ke kamu dulu atau mungkin emang aku gak pernah cinta sama kamu. Intinya, aku masih belum ngerti apa itu cinta.”

Gania tertampar oleh kenyataan. Ia kembali mengingat perbuatan jahatnya dulu saat masih SMA. Bukan hanya sejak SMA, ia sudah sering memperlakukan orang dengan buruk sejak kecil. Apa sekarang ini ia dapat karma seperti yang Ghanu katakan?

“Tapi kamu sering bilang i love you ke aku, Ghan. Kenapa kamu tiba-tiba bilang kamu mungkin gak pernah cinta sama aku?” tanya Gania yang menatap kosong ke arah depan. Setelah bertanya seperti itu Gania tersadar, ia sudah tahu sejak dulu kalau apa yang Ghanu katakan hanya bualan belaka. Namun, kenapa sekarang ia malah mempertanyakannya?

“Sekarang aku tanya sama kamu, breakfast artinya apa? Sarapan, 'kan? Bukan istirahat cepat. Terus butterfly artinya apa? Kupu-kupu, 'kan? Bukan mentega terbang. Sama kayak aku bilang i love you. Itu bukan artinya aku bener-bener cinta sama kamu!”

🐊🐊🐊

Minggu, 31 Januari 2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro