🐊34🐊 Responsibility

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Ghanu sempat teringat kalau Gania pernah bilang akan melanjutkan pendidikannya dan mengejar masa depannya kembali. Namun, sudah lebih dari satu bulan Ghanu belum melihat Gania masuk kuliah. Jujur, Ghanu berharap bisa bertemu Gania setiap hari walaupun Gania bukan lagi miliknya. Itu lebih baik daripada tidak bertemu sama sekali.

Rasa rindu itu selalu muncul setiap Ghanu mengingat momen kebersamaannya dengan Gania. Apalagi kalau Ghanu berada di rumah, pasti bayangan Gania kembali memenuhi isi otaknya. Karena itulah Ghanu tidak suka berada di rumah dan memilih menghabiskan waktu di luar, di mana tempat yang tidak mengingatkannya pada Gania. Wilder pun jarang Ghanu gendong karena saking jarangnya ia di rumah.

"Menurut lo lebih sakit mana, enggak ketemu sama sekali atau sering ketemu, tapi dia udah punya yang lain?" tanya Reja sambil meminum sekaleng bir milik Ghanu. Kini, mereka sedang berada di tempat karaoke, yaitu tempat yang sering mereka kunjungi jika sedang ada masalah.

"Ngaur pertanyaan lo. Gimana gue bisa jawab coba?" ketus Ghanu. Ia merampas kembali kaleng bir itu dan menggeser semua kaleng-kaleng bir miliknya agar jauh dari Reja. Sementara Reja langsung berdecak kesal karena Ghanu sangat pelit.

"Jawab aja, sebelum gue ngasih tahu lo sesuatu," ucap Reja dengan sedikit lantang. Kemudian, ia menatap Yuga yang sedang bernyanyi dengan sinis. Yuga berteriak keras sehingga membuat suara Reja hampir tidak terdengar. Yang ada masalah adalah Ghanu, tetapi Yuga yang gila-gilaan.

"Apa? Lo tahu sesuatu? Buruan kasih tahu gue!" seru Ghanu sambil mencengkeram jaket kulit yang dikenakan oleh Reja. Reja langsung menepisnya dengan kasar, ia langsung tahu kalau Ghanu sudah dalam pengaruh alkohol, makanya bertindak tidak wajar.

"Santai dong!" sentak Reja sambil merapikan jaketnya. Ghanu memang sangat menyebalkan jika sedang mabuk.

"Bagi gue, lebih sakit kalau enggak ketemu sama sekali. Di sini ..." Ghanu menepuk-nepuk dadanya dengan keras. "... sesek banget, Ja. Gue kangen sama dia," lirihnya dengan raut wajah yang lesu. Tak lama kemudian, Reja melihat bulir-bulir air mata mengalir di kedua pipi Ghanu. Laki-laki itu sangat sering menangis akhir-akhir ini. Sebesar itukah rasa cinta Ghanu terhadap Gania? Atau mungkin rasa menyesal yang membuatnya terpuruk seperti ini?

"Gue tahu Gania di mana sekarang," kata Reja. Ia membuka aplikasi instagramnya dan menunjukkan sebuah video yang diupload oleh Agalanka. Di video itu Gania tampak sangat bahagia, tawa Gania itu membuat Ghanu mematung.

"Apa gue pernah bikin Gania ketawa lepas kayak gitu?" tanya Ghanu, lebih tepatnya ia bertanya pada dirinya sendiri. Ia merasa kalau itu pertama kalinya ia melihat Gania tertawa lepas seperti itu dan itu bukan karena dirinya, melainkan karena orang lain. Dada Ghanu semakin sesak membayangkan sejauh apa hubungan Gania dengan Agalanka. Namun, rasa rindunya sudah terobati begitu ia melihat video Gania.

"Dia ke luar kota, mungkin dia lanjut kuliah di sana," kata Reja, lalu ia mematikan ponselnya. Ghanu tampak sedih melihat kebersamaan Gania dan Agalanka. "Lo enggak papa?" tanyanya. Reja sangat tidak tega melihat keadaan Ghanu yang jauh dari kata baik-baik saja sejak hari perceraian.

"Fine," sahut Ghanu singkat. Ia tersenyum tipis. Melihat Gania bahagia juga membuatnya lega walaupun ia tersakiti karena melihat itu.

"It's not fine! Ah ah ah ah it's not fine!" Tiba-tiba Yuga menyanyikan lagu Fine milik Taeyeon SNSD. Hanya lirik dalam bahasa Inggrisnya saja yang terdengar jelas, selain itu Yuga seperti orang sedang kumur-kumur karena liriknya dalam bahasa Korea. Setelah itu, Yuga duduk di sebelah Ghanu sambil membawa pengeras suara. "Lagu ini cocok buat lo, judulnya Fine, tapi isinya Not Fine," kata Yuga sambil mendekatkan pengeras suara itu ke dekat Ghanu.

"Lo kalau enggak bisa nyanyi, mending jangan. Gue bisa budek lama-lama. Lagian lo tahu lagu itu dari mana? Diajarin Deros nih pasti," omel Reja. Sedari tadi Yuga asyik sendiri bernyanyi tidak jelas, bukannya menghibur Ghanu yang sedang galau.

"Enggak diajarin Deros. Kalau dia yang ngajarin, gue enggak bakal kayak orang kumur-kumur karena enggak tahu liriknya. Itu tuh gue lihat story-nya Liza," jelas Yuga. Ia pun mematikan pengeras suara itu karena Ghanu tampak tidak ada minat untuk bernyanyi.

"Dih, ngaku kayak orang kumur-kumur. Lagian lo katanya udah putus sama Liza, tapi kenapa masih merhatiin story-nya? Dasar bucin," cibir Reja.

"Serah gue dong," sahut Yuga acuh.

Ghanu menghela napas berat sambil sesekali meminum birnya. Untuk malam ini saja Ghanu ingin hilang kesadaran dan melupakan semuanya. Sekeras apapun Ghanu berusaha menghilangkan Gania dari pikirannya, perempuan itu tetap berputar-putar dan memenuhi isi kepalanya. "Gue mati aja kali ya," lirih Ghanu.

"Jangan ngaco lo! Jangan kayak anak ABG labil, bego! Kalau lo mati, tega lo biarin Wilder hidup tanpa ayahnya? Udah cukup dia ditinggal ibunya!" bentak Reja yang tampak emosi. Ia tidak suka jika Ghanu menyerah begitu saja.

"I wanna die," lirih Ghanu lagi. Ia kembali meneguk minumannya hingga habis. Kemudian, ia mengambil kembali kaleng bir yang masih disegel. Namun, kaleng bir itu terpental jauh akibat Reja yang tiba-tiba memukul dan mendorong Ghanu hingga Ghanu tersungkur.

"Hidup lo bukan punya lo doang! Pikirin orang yang sayang sama lo, bangsat!" teriak Reja. Ia hendak memukul Ghanu lagi agar laki-laki sadar dengan pemikiran pendeknya. Namun, ada Yuga yang langsung mencegah Reja yang emosinya meluap-luap.

"I'm tired," gumam Ghanu yang tidur telentang di lantai.

"Baru segini lo udah putus asa? Pikirin gimana putus asanya Gania waktu dia hamil dan lo enggak mau tanggung jawab! Tebus dosa-dosa lo dengan hidup lama, tolol! Ini karma karena lo udah nyakitin dia, jadi jalanin! Jangan jadi pengecut!" bentak Reja, lalu ia pun pergi meninggalkan Ghanu dan Yuga di ruangan itu.

"Reja bener, gue harus hidup menderita biar bisa nebus kesalahan gue sama Gania dan juga Wilder." Setelah mengatakan itu, Ghanu pun tidak sadarkan diri.

🐊🐊🐊

Mau bagaimanapun Ghanu menghindari Meidy, ia tetap saja bertemu cewek itu. Padahal sudah jelas-jelas ia mengatakan kalau mereka sudah putus dan menyuruh Meidy menjauh, tetapi cewek itu masih mengejar-ngejar. Sampai sekarang pun Meidy bahkan mengikutinya sampai ke toilet cowok.

"Gue bilang pergi!" bentak Ghanu sambil menatap Meidy marah. Meidy benar-benar tebal muka dan tidak tahu malu. Sudah berkali-kali ia mengusirnya, tetapi tetap saja cewek itu datang kembali. Seperti boomerang, saat sudah dilempar, tetapi ia datang kembali.

"Aku mau bilang sesuatu, Kak. Dengerin dulu," pinta Meidy dengan wajah sendunya.

"Satu menit," putus Ghanu sambil bersandar di tembok. Ia bahkan tidak menatap wajah Meidy sehingga membuat cewek itu sangat sedih.

"Aku hamil," kata Meidy pelan.

Ghanu langsung melotot karena terkejut. Ia menatap Meidy tidak percaya. Ia sadar kalau saat itu ia tidak melakukan hal yang sama dengan yang ia lakukan ke Gania. Tidak mungkin Meidy bisa hamil. "Tapi gue enggak keluarin di dalem, Meidy. Lo jangan ngarang cerita," desis Ghanu sambil mencengkeram pundak Meidy.

"Kak Ghanu mana inget. Meidy inget karena itu ronde terakhir. Jadi, Kak Ghanu mau tanggung jawab, 'kan?" bisik Meidy sambil tersenyum polos.

"Wow!" Seseorang berseru sambil bertepuk tangan sehingga membuat Ghanu dan Meidy sangat kaget. Mereka berdua menoleh dan menatap siapa orang yang tiba-tiba menyela pembicaraan mereka.

"Nasha," lirih Ghanu. Nasha pasti mendengar semua pembicaraannya dengan Meidy tadi.

"Selamat punya anak baru. Sebentar lagi kalian bakal ditendang dari kampus ini," kata Nasha sambil tersenyum miring.

"Ditendang? Meidy enggak mungkin ditendang dari kampus ini. Meidy bakal ambil cuti selama Meidy hamil," sahut Meidy.

"Oh iya? Gimana kalau perbuatan kalian menyebabkan nama kampus ini tercemar?" tanya Nasha. Ia pun terkekeh pelan, lalu pergi meninggalkan Ghanu dan Meidy yang masih berpikir apa yang akan membuat mereka dikeluarkan dari kampus. Selama dia mengambil cuti karena hamil, semuanya akan baik-baik saja, seperti Gania.

"Jadi, gimana, Kak? Kapan kita nikah?" tanya Meidy sambil tersenyum. Ia tidak ingin terlalu memikirkan apa yang Nasha bicarakan tadi.

"Kita enggak bakal nikah. Kamu gugurin aja sebelum ada orang yang tahu," ketus Ghanu, lalu masuk ke kamar mandi. Sementara Meidy langsung menjerit-jerit tidak terima karena Ghanu tidak mau tanggung jawab. Sifat berengsek Ghanu tidak mungkin bisa hilang karena sudah mendarah daging.

🐊🐊🐊

Tugas numpuk padahal, tapi enggak ada niat buat ngerjain 😢 ada yang sama?
🐊🐊🐊

Jumat, 12 Februari 2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro