Op. 5: French Kiss in The Morning [17+]

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

BIJAKLAH DALAM MEMILIH BACAAN!
CHAPTER KALI INI TERDAPAT SEDIKIT ADEGAN DEWASA.
JANGAN MEMAKSA UNTUK MEMBACA JIKA KALIAN MASIH DI BAWAH UMUR! KALIAN BISA MEN-SKIP ADEGAN TERSEBUT!

***

Hyun Ae berjalan di sepanjang koridor sekolah dengan kedua mata yang masih mengantuk. Ini semua karena ulah kakaknya semalam.

Tadi pagi, saat Hyun Ae bangun, Kyuhyun sudah tidak ada di sampingnya. Padahal Hyun Ae ingat dengan jelas jika semalam Kyuhyun menemaninya tidur. Saat Hyun Ae bertanya pada salah satu maid tentang keberadaan Kyuhyun, rupanya kakak kesayangannya itu sudah berangkat ke sekolah sebelum Hyun Ae bangun.

Hyun Ae hampir saja menangis. Hanya saja, telinganya menangkap suara yang tak asing baginya. Mengurungkan niatnya untuk menangis.

Suara itu berasal dari ruang musik.

Rasa penasarannya mengalahkan rasa sedihnya karena Kyuhyun tidak berangkat ke sekolah bersama Hyun Ae.

Dengan langkah tanpa suara, Hyun Ae berjalan mendekati pintu ruang musik yang sedikit terbuka. Celah itu dimanfaatkan Hyun Ae untuk sedikit mencuri dengar pembicaraan orang yang berada di dalam ruangan itu.

Dari tempatnya mengintip, Hyun Ae dapat melihat Seo Ra tengah duduk seraya jemari lentiknya menekan tuts-tuts grand piano di hadapannya dengan tempo lembut, namun mampu membuat siapa pun yang mendengarnya merasakan kesedihan di balik lagu yang Seo Ra mainkan. Namun, kedua netra Seo Ra terfokus pada manik cokelat Kyuhyun.

Pun sebaliknya.

Ra Eonni hebat! Jemarinya seakan sudah sangat hafal letak-letak tuts piano itu. Ah, aku lupa! Dia, ‘kan, sangat menyukai piano.

Di samping Seo Ra, Kyuhyun berdiri dengan kedua tangannya memainkan sebuah biola dengan nada yang indah.

Mereka berdua tengah berkolaborasi memainkan sebuah lagu...

...Love's Sorrow.

“Kyu, apa semua ini akan baik-baik saja? Sampai kapan kau akan menyembunyikannya dari Hyun Ae?”

Huh? Menyembunyikan? Memangnya apa yang mereka berdua sembunyikan dariku?

“Seo Ra ... Hyun Ae menjadi urusanku.”

Rasa curiga Hyun Ae semakin menjadi. Kedua tangannya mencengkeram erat ujung rok yang dipakainya.

Baik Seo Ra maupun Kyuhyun, keduanya sama-sama menghentikan permainan mereka saat mendengar suara isak tangis yang berasal dari pintu masuk.

Kyuhyun menyerahkan biola yang tadi dimainkannya pada Seo Ra. Kakinya melangkah mendekati pintu itu dan—

Krit!

“Sudah kuduga. Memang Hyun Ae.”

Hyun Ae merasa jantungnya hampir terjun bebas dari tempatnya. Tidak! Ia tertangkap basah tengah menguping dan dalam keadaan menangis.

Dengan cepat, ia mengusap kelopak matanya. Tetapi, gerakannya terhenti saat Kyuhyun mencengkeram pergelangan tangannya.

Manik cokelat Kyuhyun menatap Hyun Ae tajam. Nyali Hyun Ae ciut seketika.

“Sejauh mana yang kau dengar, Hyun Ae?” tanya Kyuhyun dingin.

O-Oppa, ja-jangan menatapku seperti itu.” Hyun Ae menunduk, tak berani menatap mata kakaknya. Saat ini kakaknya terlihat menyeramkan. Yaa ... walaupun setiap hari Kyuhyun memang terlihat menyeramkan.

“Hyun Ae, jawab pertanyaanku!”

Hyun Ae menggeleng. “A-aku ti-tidak mendengar apa pun.” Gadis mungil itu menggigit bibir bawahnya.

“Kaupikir, kau bisa membohongi Oppa, Hyun Ae?”

“A-aku ... hiks ... tidak ... hiks ... berbo—hong ... hiks.” Bulir-bulir liquid bening itu kembali menggenang dan jatuh melalui sudut mata Hyun Ae.

Seo Ra yang sejak tadi hanya menjadi penonton drama Cho bersaudara kini berjalan mendekati mereka karena menurutnya ... sikap Kyuhyun keterlaluan.

“Kyu! Kau tidak seharusnya seperti itu pada Hyun Ae.” Seo Ra langsung mendekap tubuh Hyun Ae.

“Lepas!” Hyun Ae dengan kasar melepas paksa dekapan Seo Ra.

“Hyun Ae.”

“Ka-kalian berdua ... hiks ... pembohong!” Hyun Ae berteriak dan langsung berlari menjauhi Seo Ra dan Kyuhyun.

Kyuhyun diam. Seo Ra melirik Kyuhyun. Saking gemasnya, Seo Ra menginjak kaki Kyuhyun.

Yak!” Kyuhyun menatap Seo Ra nyalang. “Kau—!!!”

Mwo?!” Seo Ra berkacak pinggang. “Kejar Hyun Ae sekarang!”

Kyuhyun mendengkus dan kembali memasang ekspresi sok cool. Walau kakinya masih berdenyut nyeri karena injakan Seo Ra tidak main-main.

“Tunggu apa lagi, Kyu?!”

“Kau berani memerintahku, Yoon Seo Ra?!” Kyuhyun kesal.

“Ya. Memangnya kenapa jika aku memerintahmu? Apa kekayaan keluargaku akan habis? Tidak, ‘kan?” Seo Ra menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Dagunya terangkat dan kedua ainnya menatap Kyuhyun. Seakan menantang lelaki di hadapannya.

Tatapan Kyuhyun semakin menggelap.

Sreet!

Tap!

Kedua netra Seo Ra membulat. Detik itu juga ... suhu tubuhnya mendadak dingin. Tangannya tiba-tiba berkeringat. Seo Ra melirik takut-takut benda runcing nan dingin yang menyentuh nadi di lehernya.

“K-Kyu—”

“Aku tidak menyuruhmu berbicara, Seo Ra.”

Glug!

Bahkan, hanya sekadar meneguk saliva saja, Seo Ra kesulitan. Gunting Kyuhyun menyentuh permukaan kulit leher Seo Ra.

“Dengar! Aku tidak akan segan untuk melukaimu. Di sini. Sekarang.” Indra penglihatan Kyuhyun menatap tajam manik-manik Seo Ra. Tangannya menggerakkan gunting di pipi Seo Ra seperti gerakan mengoleskan selai di atas roti.

Napas Seo Ra memburu. Detak jantungnya berdegup tak karuan. Kelopak mata gadis itu terpejam takut.

Siapa pun! Tolong aku!!

Heee ... Kau berharap ada yang menolongmu, ya?” Kini, Kyuhyun mengarahkan guntingnya untuk mengangkat dagu Seo Ra.

Plak!

Sriiing!

Gunting Kyuhyun menghantam lantai. Kyuhyun menyeringai saat mengetahui siapa pelaku yang membuat guntingnya jatuh ke lantai.

“Apa yang kaulakukan padanya?!”

Tan Han Kyung...

...dia dengan beraninya memukul pergelangan tangan Kyuhyun hingga membuat gunting kesayangan lelaki itu terjatuh.

Han Kyung berdiri di depan Seo Ra, berusaha melindungi gadisnya.

Gadisnya?

Eh.

“Tentu saja. Bersenang-senang dengan calon tunanganku.” Kyuhyun mendongak, menatap sinis kedua mata Han Kyung.

Seo Ra berlindung di balik punggung lebar Han Kyung. Tangan gadis itu mencengkeram kemeja bagian punggung Han Kyung. Lelaki berkacamata itu melirik sekilas ke arah Seo Ra dan ikut merasakan ketakutan yang dirasakan oleh gadis itu.

Fokus maniknya kembali tertuju pada Kyuhyun yang saat ini tengah menyeringai. Han Kyung mengembuskan napas lalu menggeser kacamatanya yang dapat dipastikan tidak merosot sedikit pun.

Hal itu dia lakukan untuk menetralisir rasa gugup dan cemas yang menyelimuti dirinya.

“Kyuhyun ... kau tidak seharusnya mengganggu milik orang lain.”

Applause for Han Kyung! Dia berani berbicara semacam itu pada seorang Cho Kyuhyun.

“Kau mengguruiku, Han Kyung?”

“Bu-bukan begitu....”

Ctak!

Han Kyung membenarkan kembali kacamatanya. “Kau sudah tahu bukan jika Seo Ra itu kekasihku?”

“Lalu, jika Seo Ra kekasihmu, apa yang akan kaulakukan?” Kyuhyun melirik guntingnya yang berada tak jauh dari kakinya lalu kembali menatap Han Kyung.

“Kyunnie!!! Hyunnie pingsan!”

Kyuhyun menoleh cepat ke arah Sungmin yang berlari ke arahnya. “Di mana dia sekarang?!”

“Di UKS!” Sungmin mencoba mengontrol napasnya yang tersengal-sengal karena akibat berlari seperti orang dikejar hantu.

Kyuhyun mengambil guntingnya, membuka semua kancing blazer-nya dan secepat kilat berlari menuju UKS yang berada di lantai dasar—karena saat ini dia berada di lantai dua—.

Persetan dengan Han Kyung dan Seo Ra! Karena prioritas utamanya adalah adik tersayangnya, Hyun Ae.

Seo Ra, Han Kyung, dan Sungmin hanya bisa kicep melihat kepergian Kyuhyun. Tanpa menunggu lama, tubuh Seo Ra merosot dan hampir saja bokongnya menyentuh lantai jika Han Kyung tidak sigap menahannya.

Seluruh tubuh Seo Ra bergetar. Gadis itu menangis pelan. “A-Aku takut, Kyung. Kupikir ... aku ... akan mati ... saat itu juga.” Dia menyembunyikan wajahnya di dada bidang Han Kyung.

“Sudah. Jangan menangis.” Han Kyung mengusap rambut Seo Ra dengan kaku. “Ayo kita jenguk Hyun Ae.”

***

[10 menit sebelum Hyun Ae pingsan]

Hyun Ae berlari dan terus berlari. Hingga ia berhenti di taman belakang sekolah. Dia duduk di sebuah kursi single di taman itu. Matanya memerah karena menangis.

Hiks ... mereka ... hiks ... jahat ... hiks. Seo Ra Eonni juga hiks ... menikung ... hiks....”

“Jangan menangis.”

Eh?

Hyun Ae—refleks—berhenti menangis. Rasanya aku mendengar seseorang berbicara.

Hyun Ae menoleh ke salah satu kursi single yang berada 50 sentimeter darinya. “HUWAAAAAAAAA!!!”

Gadis itu hampir saja terjungkal ... tidak, maksudnya terjatuh dari kursi saking terkejutnya melihat sesosok makhluk berkacamata tengah duduk dan menatapnya datar.

“Hai,” ucap lelaki itu.

Di-Dia bukan hantu, ‘kan? Hyun Ae kicep. “Se-sejak kapan kau duduk di situ?”

“Sejak tadi.”

“Tapi, aku tidak melihatmu duduk di situ.” Hyun Ae menatap horor lelaki dengan wajah datar di sampingnya.

“Padahal aku sudah mengikutimu sejak kau bertengkar dengan Kyuhyun dan Seo Ra,” ucap lelaki itu dengan nada datar.

Hyun Ae diam kemudian tertunduk lesu. “Jadi ... kau melihat semuanya, ya?”

Lelaki itu mengangguk, walau ia tahu Hyun Ae tidak melihatnya. Maksudnya, tidak melihat dia menganggukan kepalanya karena Hyun Ae menunduk.

“Cho Hyun Ae-ssi, kau hanya salah paham.”

Sontak, Hyun Ae mendongak. “Apa maksudmu?” Jeda dua detik. “Dan bagaimana kau tahu marga—”

“Siapa yang tidak tahu adik dari Cho Kyuhyun? Semua orang pasti tahu.”

Hyun Ae mengangguk paham. “Lalu ... siapa namamu?”

“Lee Donghae,” jawab Donghae dengan poker face andalannya.

“Kau satu angkatan denganku? Tapi, aku tidak ingat ada kau.” Hyun Ae bingung.

“Aku satu angkatan dengan Kyuhyun.”

“Eh?!” Hyun Ae menatap Donghae tak percaya. Dua detik kemudian, raut wajahnya terlihat menyesal. “Maaf, Sunbae.”

Donghae tidak menjawab. Ia sibuk memerhatikan setiap inci wajah Hyun Ae. “Boleh aku memanggilmu ‘Hyun Ae’—tanpa suffix ‘-ssi’—?”

Hyun Ae mengernyit tidak suka. “Kenapa?”

“Hanya ingin,” jawab Donghae. “Tapi, kalau kau tidak suka, tak masalah,” lanjutnya.

Hyun Ae berpikir untuk beberapa saat. “Baiklah.” Dia mengangguk senang.

Lelaki itu tersenyum tipis.

“Eh? Sunbae bisa tersenyum rupanya!” Hyun Ae berdiri dan menunjuk bibir Donghae.

“Tidak.”

“Bohong!”

“Aku tidak bohong.”

“Mengalahlah padaku!” Mata Hyun Ae berkaca-kaca.

“Baiklah.”

Hyun Ae duduk kembali. “Maksud Sunbae dengan ‘salah paham’ itu ... apa?”

“Kyuhyun dan Seo Ra tidak memiliki hubungan apa pun.”

Kedua alis Hyun Ae menukik tajam. “Kalau mereka berdua tidak memiliki hubungan apa pun, lalu kenapa Seo Ra Eonni berbicara, ‘...Sampai kapan kau akan menyembunyikannya dari Hyun Ae?’ pada Kyu Oppa?”

Donghae menggeleng. “Mianhae. Aku tidak tahu.”

Hyun Ae cemberut. “Donghae Sunbae pun berbohong. Sama seperti—”

“Karena Seo Ra sudah memiliki kekasih dan kekasihnya bukanlah Kyuhyun,” potong Donghae sebelum Hyun Ae menuntaskan kalimatnya.

“Apa?” Sebuah kejutan untuk Hyun Ae.

“Tidak ada siaran ulang,” tegas Donghae datar.

“Siapa?”

“Salah satu dari anggota tim inti klub basket.”

“Hm?” Hyun Ae memasang pose berpikir yang terlihat imut di mata Donghae. “Berarti kekasih Seo Ra Eonni satu tim dengan Kyu Oppa.”

Keheningan kembali menyelimuti Donghae dan Hyun Ae.

Mmm, Donghae Sunbae.”

“Ada apa?”

“Bisa beri clue lain?” Hyun Ae mengeluarkan aura imutnya.

Jika dilihat dengan teliti, terdapat semburat merah yang sangat tipis timbul di pipi Donghae. Beruntunglah Donghae karena Hyun Ae kurang peka hingga tak menyadari gurat kemerahan di wajahnya.

“Tidak.”

Ish!” Hyun Ae menyilangkan kedua tangannya dan menggembungkan pipinya.

Hyun Ae ngambek. Padahal sedikit lagi aku bisa tahu siapa kekasih Seo Ra Eonni jika benar dia tidak memiliki hubungan apa pun dengan Kyu Oppa.

Hyun Ae berdiri dan menghentakan kakinya kesal. Dia berjalan meninggalkan Donghae sendirian. Hingga di langkah ke sembilan, Hyun Ae merasa dunia seperti berputar. Kepalanya terasa berat. Tubuhnya limbung.

Di sisa kesadarannya, Hyun Ae dapat merasakan tangan kecil seseorang menopang tubuhnya agar tak jatuh ke tanah.

“Hyun Ae!”

***

RUANG UKS.

“HYUN AE!” Kyuhyun mendobrak pintu UKS dan berjalan ke ranjang di mana Hyun Ae terbaring.

Di samping Hyun Ae, ada Donghae yang sedang duduk. “Kyuhyun.”

Kyuhyun menatap Donghae, meminta penjelasan. “Apa yang terjadi, Hae? Kenapa Hyun Ae bisa pingsan?”

Donghae lantas menceritakan semua kronologinya dari awal sampai akhir. Tentu saja, dia melewatkan cerita tentang dirinya yang meminta memanggil Hyun Ae tanpa suffix ‘-ssi’.

“Dan Park Ssaem bilang penyebab utama Hyun Ae pingsan karena dia tidak sarapan.”

Manik cokelat Kyuhyun membulat sempurna. Tidak sarapan? Bagaimana bisa?! Apa maid-maid sialan itu tidak menyiapkan sarapan untuk Hyun Ae? Bukankah aku menyuruh mereka untuk menyiapkan semua keperluan Hyun Ae sebelum aku berangkat sekolah tadi? Ah! Aku harus memecat maid-maid tidak becus itu.

Tunggu!

“Kau ... memanggil Hyun Ae apa, Hae?”

Donghae menaikkan satu alisnya. “Hyun Ae?” Dia ragu.

Mata Kyuhyun menyipit tajam. “Siapa yang menyuruhmu memanggil Hyun Ae seperti itu?”

“Dia sendiri yang mengizinkanku memanggilnya seperti itu,” jawab Donghae, masih dengan poker face andalannya.

“Jauhi Hyun Ae!”

Donghae bergeming. Tanpa meng-iya-kan atau menolak perintah Kyuhyun, ia meninggalkan Kyuhyun dengan Hyun Ae yang masih pingsan.

“Aku tidak akan menjauhinya.” Donghae bermonolog ria saat dirinya sudah berjalan cukup jauh dari ruang UKS.

Kembali ke sisi Kyuhyun.

Kyuhyun menatap sendu wajah pucat Hyun Ae. Tangannya bergerak perlahan mengusap rambut cokelat tua Hyun Ae. Lelaki itu mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruang UKS. Memastikan jika hanya ada dirinya dan juga Hyun Ae di sana.

Kosong. Tidak ada siapa pun, batin Kyuhyun.

Kyuhyun mengecup kening Hyun Ae cukup lama. Kecupan itu beralih ke pipi kanan dan kiri Hyun Ae.

Lalu beralih mengecup hidung.

Kemudian turun mengecup dagu.

Naik kembali—

—mengecup bibir mungil Hyun Ae.

Satu menit berlalu.

Kyuhyun akhirnya menggerakan bibirnya untuk melumat bibir Hyun Ae yang terasa manis dan kenyal. Tangannya menarik tengkuk Hyun Ae agar memudahkannya untuk memperdalam ciuman—sepihak—mereka.

Kyuhyun menghentikan aktivitas-nya. Ia mengeluarkan sesuatu dari balik saku blazer-nya. Sebuah spuit 1 cc yang berisi Ketamine—salah satu jenis obat bius yang biasa dipakai untuk anestesi regional—.

Dengan perlahan, Kyuhyun menyuntikkan Ketamine ke pembuluh vena Hyun Ae. Obat ini membuat Hyun Ae tertidur lebih lama.

“Selesai.” Kyuhyun tersenyum puas.

Lelaki itu naik ke ranjang Hyun Ae dan menindih Hyun Ae yang tertidurpingsan—dengan damai.

Bibir Kyuhyun bergerak liar menyesapi bibir Hyun Ae. Kedua tangannya bergerak cepat membuka seluruh kancing seragam Hyun Ae. Setelah semua kancing terlepas semua, Kyuhyun menggerakan tangannya meremas gundukan kenyal Hyun Ae—setelah melepas bra yang dipakai adiknya—.

Ciuman Kyuhyun turun ke leher Hyun Ae. Lidahnya bergerak menjilati setiap inci leher adiknya itu.

Setelah puas dengan leher, Kyuhyun beralih menyesap daging kenyal di dada Hyun Ae. Menggigit puncaknya dengan gemas. Kyuhyun membuat beberapa tanda keunguan di sana.

Suhu ruangan seketika memanas karena Kyuhyun tak henti-hentinya melancarkan serangan sepihaknya. Dia berpikir tidak ada seorang pun yang melihat kejadian ini.

Namun, pemikirannya salah!

Di luar sana. Tepatnya di balik pintu ruang UKS, Han Kyung berdiri mematung dengan wajah merah padam. Ia bahkan beberapa kali menaikkan kacamatanya.

Di belakang Han Kyung, Seo Ra menggerutu kesal lantaran kekasihnya melarangnya untuk masuk.

“Seo Ra.” Han Kyung berbalik.

“Apa?” Seo Ra menatap Han Kyung sebal.

“Sebaiknya kita tidak usah menjenguk Hyun Ae.” Han Kyung menarik Seo Ra menjauh dari ruang UKS.

“Kenapa?”

“Ada Kyuhyun di sana.” —Aku tidak akan membiarkan Seo Ra menonton adegan laknat itu.

Seo Ra tidak berbicara lagi. Ia masih takut jika harus berhadapan dengan Kyuhyun setelah kejadian tadi.

“Entah kenapa ... aku merasa bagian bawahku sesak.” Han Kyung bermonolog ria dengan nada yang sangat lirih.

Seo Ra mengernyit, merasa jika Han Kyung mengatakan sesuatu. “Kau bilang apa?”

“Tidak.”

--------------------킅--------------------


WELCOME BACK, KYUBBY!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro