PART 2

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

PART 2

"Namanya Bintang...." Baskara masih meremas rambutnya di ambang keputusasaan. Semakin dia jauh dari anak baru itu, semakin kepalanya terasa sakit tak tertahankan. "Bintang. Bintang...."

Ketika istirahat, di kelas itu hanya akan dihuni oleh Baskara dan yang lain. Bukan Baskara yang mengusir siswa-siswi lain yang memang nyaman di kelas ketika istirahat, tetapi Yoga atas suruhan Pandu—yang bertindak seperti benalu pada Baskara selama ini.

Di antara 4 cowok yang mengekori Baskara selama ini, Pandu adalah berandalan yang menyadari betapa Baskara royal kepada siapa pun. Dia membawa target perundungannya setahun yang lalu, yaitu Yoga dan menjadikan Yoga sebagai bayangannya selama ini untuk memanfaatkan Baskara.

Dia adalah berandalan yang memanfaatkan peluang keroyalan Baskara dan menganggap bahwa yang kaya adalah raja dan melakukan apa pun untuk Baskara meskipun Baskara tak menginginkannya. Tiga bawahannya ikut memanfaatkan keadaan. Sebelum setahun yang lalu, Baskara hanyalah seorang siswa yang tatapannya selalu terlihat malas dan selalu sendiri ke mana pun dia pergi. Sampai akhirnya Pandu membawa 3 bawahannya dan 1 target perundungannya selama ini, lalu menempel ke mana pun Baskara pergi meski Baskara menganggap mereka antara ada dan tiada.

"Lo nggak denger rumornya?" Pandu berbisik kepada Yoga. "Dia tertarik sama anak baru. Tanyain apa yang dia mau, lalu minta imbalan yang besar."

Sudah menjadi rahasia umum bahwa Baskara bisa mengeluarkan uangnya tanpa pamrih seolah dia memang sengaja menghambur-hamburkan uang milik keluarganya yang tak pernah habis.

Baskara menutup wajahnya dengan jemari yang terbuka, lalu melihat Yoga yang duduk di kursi depan.

DEG. DEG. DEG. Yoga merasakan jantungnya berdegup kencang. Pandu memang tak lagi merundungnya—melukai fisik dan mentalnya sekaligus—, tetapi Pandu membuatnya bertindak seperti pemeras dan korbannya adalah sosok yang juga Yoga takuti.

Sikap Baskara yang tak segan mengeluarkan uang banyak untuk Yoga karena Yoga melakukan hal yang sepele maupun rumit untuk Baskara, justru membuat Yoga ketakutan karena semua itu bisa saja akan menjadi masalah di masa depan.

Diamnya Baskara selama ini, tanpa pamrih cowok itu, keroyalannya, semua itu membuat Yoga khawatir dan selalu beranggapan bahwa Baskara adalah tipikal yang akan bertindak diakhir dan sekarang sedang menikmati perilaku orang-orang yang memanfaatkan keadaan sebelum dia akan bertindak dan memutar kondisi 180 derajat.

Uang-uang itu juga tidak bisa dipakai oleh dirinya sendiri karena dia setor kepada Pandu.

"Lo lihatin apaan?" Baskara menopang pipinya dan pandangan yang tak lepas dari Yoga sampai membuat Yoga ketakutan. "Ada saran? Bagaimana caranya gue ketemu anak baru yang namanya Bintang tanpa ngebuat dia kabur dari gue?"

Pandu tersenyum penuh arti. Dia menendang kaki Yoga di bawah kursi, memberi tanda kepadanya untuk segera bergerak sesuai instruksi.

GLEK. Yoga bangkit dari kursinya, lalu duduk di kursi yang berhadapan dengan Baskara. "Sayembara. Lo bisa buat sayembara dengan iming-iming hadiah uang.... Eh'em, isinya bawa anak baru yang namanya Bintang itu ke hadapan lo."

"Hm. Ide bagus," gumam Baskara. "Gue males. Lo mau urus?"

Degupan jantung Yoga kembali normal. "Okey!"

"Tambahin syarat," kata Baskara sambil berdiri. "Yang boleh nyulik dia itu perempuan. Nggak boleh laki-laki."

Kelopak mata Yoga terangkat. Dia tidak pernah menyarankan penculikan. "O—oke...."

Pandu menggigit bibirnya, tersenyum sambil melipat kedua tangan dada. Pandangannya mengikuti ke mana Baskara pergi, lalu setelah Baskara melewatinya dia mengekor di belakang.

"Hm~" Pandu bergumam penuh arti.

Pandu mengartikan bahwa Baskara adalah tipikal orang yang tidak suka miliknya diganggu.

Pandu? Tipikal orang yang senang mengganggu milik orang lain.

Sepertinya seru.

Dia jadi penasaran siapa dan bagaimana wajah anak baru yang membuat Baskara kalang kabut.

***

Berita tentang Baskara yang memegang anak baru menyebar begitu cepat, terutama 5 sekawan yang terkenal dengan nama gengnya yang unik.

Barbieberry.

Ah, unik atau ... berlebihan?

"HELLOOO! Iiih, minggir. Sana! Sana! Hus." Suara Alexa menggema di sepanjang koridor. "Biarin kami lewat, please. Gue tebas leher kalian pakai kipas!"

Alexa menggerakkan kipas kayu berwarna pinknya sambil mencari kelas Bintang. "Ah, kita seangkatan. IPS 1 jauh banget. Nah, sampai."

Merliah, sang ketua geng, berdiri di ambang pintu kelas tempat Bintang berada. Tatapan angkuh cewek itu memandang Bintang yang sedang bicara dengan siswi-siswi lain kelas itu.

Ketika siswi-siswi itu menyadari kehadiran geng Barbieberry, mereka menjauh dan duduk di bangku masing-masing. Merliah berjalan sengak mendekati tempat Bintang yang duduk paling belakang.

Bintang menatap Merliah dan kawan-kawan dengan matanya yang mengantuk. Dia sudah mendengar tentang 5 cewek di depannya ini dari Tari dan Saras yang barusan menjauh dengan raut wajah ketakutan.

Merliah bertopang dagu di atas meja Bintang. Paha kanannya tertumpu di atas paha kiri. Tubuhnya condong ke samping.

Alexa, Hadley, Rosella dan juga Tori berdiri mengelilingi Bintang dengan ekspresi berbeda-beda.

"Halo? Nama gue Merliah." Tangan Merliah terulur pada Bintang. Bintang membalas uluran tangan itu sambil melihat label nama di dada kanan kemeja sekolahnya. Kebiasaan Bintang yang selalu melihat label nama siswa-siswi lain untuk melihat nama.

Siti Maemunah.

Pandangan Bintang beralih menatap mata Merliah. Wajah itu sudah berubah geram.

Merliah berdiri sambil bersedekap. "LO BERANI-BERANINYA LIHAT DADA GUE? IRI? KALAH GEDE?"

"Lo bikin Mer marah! Habis lo setelah ini!" Alexa bicara tepat di samping telinga Bintang. Bintang menjauh dengan wajah datar sambil mengusap telinganya karena suara Alexa yang melengking.

"Rasain-rasain!" seru Hadley sambil bertepuk tangan.

"Jangan terlalu keras. Kasian anak baru," ujar Tori.

Merliah menggoyang-goyangkan meja Bintang. "BISA JAWAB GUE NGGAK? HEH ANAK BARU. TULI, YA?"

Bintang memijat pelipisnya. Mereka tidak berhenti bicara. 5 cewek yang datang entah dari mana terus bicara di sekeliling Bintang. Bintang berdiri mengambil buku paket dan menghentakkannya di atas meja.

BRAK

Semuanya diam. Tak terkecuali 5 cewek Barbieberry itu.

"ADA URUSAN APA LO SAMA GUE, HAH?" tanya Bintang kepada Merliah.

Merliah sudah tidak di tempatnya. Sekarang cewek itu berada di jarak dua meter dari posisi semula, menciut seperti tikus yang sedang terpojok. Merliah kemudian berdeham dan mengangkat dagu tinggi-tinggi.

"Ja—jadi, jadi tuh kami mau lihat tampangnya cewek yang berhasil jadi perhatian Baskara. Kalau beneran cantik mau kami ajak jadi personil ke-6. TERNYATA BIASA AJA! PENAMPILANNYA KAYAK LAKI!"

"HUUU!" seru Rosella.

"Ayo, girls. Jangan berurusan sama dia lagi. PREMAN!" seru Merliah menggebu-gebu, lalu keluar dari kelas itu. "AWAS YA KALAU LO NAMPAKIN MUKA DI DEPAN KAMI!"

Tori berjalan paling belakang sembari memeletkan lidahnya pada Bintang.

"Apa-apaan, sih, mereka? Kekanakan banget. Heran."

***


thanks for reading!

love,

sirhayani

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro