Fakhrisina Amalia - Plot Twist Novel Remaja

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

BIG SUN WRITERS CLUB
KELAS UMUM
━━━━━━━━━━━━━━━━━

Tema: Plot Twist Dalam Novel Remaja.

🌻🌻🌻

Perkenalkan ya, saya Fakhrisina Amalia Rovieq, tapi nama penanya Fakhrisina Amalia, biasa dipanggil Iis. Saat ini berprofesi sebagai psikolog klinis dan penulis fiksi remaja (meskipun belum ada yg terbit lagi nih bukunya hehehe).
sebagai psikolog saya saat berpraktek secara mandiri baik offline maupun online. Kalo online bisa ditemui di KALM dan Halodoc. :)

Plot twist adalah salah satu teknik dalam menulis yang memberikan perubahan yang tidak disangka-sangka terhadap sebuah arah atau jalan plot yang sudah diekspektasikan oleh pembaca. Jadi, dinamakan plot twist jika terdapat unsur "kejutan" dalam perkembangan jalan cerita. Kalo nggak bersifat kejutan, berarti namanya bukan plot twist.

───────♡───────

Apakah setiap novel harus ada plot twist, Kak?

Nah ini yang harus selalu diperhatikan oleh kita yang menulis, ya. Tidak semua novel harus ada plot-twistnya. Tergantung kebutuhan. Jangan memaksakan plot-twist dalam sebuah cerita yang sebenernya nggak perlu dikasih plot-twist karena meskipun bersifat "kejutan", plot-twist haruslah bisa dipercaya dan masuk akal
kadang kita pengin cerita yang kita buat bagus sehingga memaksakan plot twist, padahal ukuran bagus/tidak sebuah cerita bukan hanya terletak pada ada/tidaknya plot twist.

───────♡───────

Mungkin dari novel Kak Iis bisa diberikan contoh, kapan harus ada plot twist.

Oke, yg ada plot twist-nya misalnya Persona. Kenapa dibutuhkan? Karena fungsinya untuk membelokkan realita kondisi si tokoh utama yang sebenernya nggak baik-baik saja. Kalau tanpa plot-twist, tidak akan ada unsur kejutan bahwa kondisi tokoh seperti itu, sementara unsur kejutan ini dibutuhkan untuk memberikan gambaran bahwa kondisi orang-orang dengan gangguan kejiwaan itu seperti tokoh utama.
Represi, meski punya beberapa hal yang "dibuka" di tengah-tenga cerita, saya rasa belum termasuk pada "plot-twist" karena kurang memberikan kejutan. Tapi memang tidak perlu, karena fokus Represi adalah kepada perkembangan tokoh utama, bukan kepada jalan ceritanya.

───────♡───────

Menarik Kak Iiz⁩. Boleh sharing, untuk membangun plot twist yang baik, adakah tahap-tahapnya?
Misalnya chapter 1 harus perkenalan masalah atau bagaimana? Lalu perlukah riset dan semacamnya.

Ada beberapa hal/tahap yang bisa dicoba untuk membangun plot-twist.

1.Posisikan diri dalam melihat cerita sebagai pembaca. Sebagai pembaca, plot twist seperti apa yang kamu harapkan dalam cerita kamu? Kalau menurutmu, pembaca bisa dengan mudah menebak plot twist yang kamu berikan, kemungkinan mereka memang bisa menebaknya.

2.Secara halus arahkan pembaca ke tujuan yang salah. Bisa dilakukan dengan cara: memberikan clue yang salah, atau bagian informasi yang salah, menghilangkan opsi hasil/tujuan yang diharapkan pembaca, atau menyembunyikan hints/clues yang sebenarnya dalam adegan yang membuat pembaca terlalu sibuk fokus sehingga tidak bisa melihatnya.

3.Menyeimbangkan detail yang cukup untuk memberikan plot twist yang realistis dan bisa dipercaya, tapi menyembunyikan beberapa detail supaya twistnya tidak tertebak dengan mudah.

4.Biarkan "karakter" kalian sendiri yang menentukan plot twist. Pembangunan karakter yang baik seringkali akan membuat karakter "bergerak" dengan sendirinya dan memberikan banyak plot twist yang tidak terduga.

5.Pastikan plot twist bisa dipercaya, penting, dan masuk akal. Jangan memaksakan setiap cerita yang ditulis harus memiliki plot twist. Tidak semua cerita harus punya plot twist.

6.Samarkan plot-twist utama dengan plot twist lain. Plot twist yang menyamarkan haruslah plot twist yang di luar ekspektasi, tapi tidak sebesar plot twist yang sesungguhnya.

7.Membuat plot twist di dalam subplot, atau menggunakan subplot sebagai distraksi dari cerita utama.

8.Membiasakan diri berpikir bahwa "tidak semua hal harus berjalan baik". ini berarti kita menyadari bahwa tidak semua cerita harus berjalan sesuai dengan alur dan karakter yang kita buat tidak harus selalu menjadi hero/protagonis yang menyelamatkan semua orang di akhir cerita.

9.Menjaga momentum setelah plot twist. Setelah plot twist, berikan narasi yang membuat pembaca tetap penasaran dengan kelanjutan kisah setelah rahasia besarnya terbongkar.

10.Ujicobakan plot-twist cerita kalian kepada "first reader".

Nah kalo terkait riset, ada plot twist atau tidak, saya merupakan penulis yang mementingkan riset. Riset itu penting sekali dalam sebuah tulisan, jadi jangan malas riset yaaaa.

───────♡───────

Selama Kak Iis⁩ menulis novel, adakah hambatan dalam merancang plot twist? Lalu bagaimana cara Kakak mengatasinya?

Hmm... saya penulis yang lebih sering menggunakan poin nomer 4 sih, Plot twist-nya muncul dari karakternya sendiri. Pernah denger "tokohnya bergerak sendiri dalam cerita?" nah itu sering terjadi pada saya.
Dan saya jarang merancang outline tertentu (tapi ini jangan ditiru yaaa karena kalo nggak punya ide bakal ngeblank lama banget), jadi saya selalu bergerak dengan karakter dulu.

✁ ╴╴╴╴╴╴╴╴╴╴╴╴╴╴╴╴╴
SESI TANYA JAWAB.

• Nama: Inez.
Bagaimana cara menata plot twist tanpa harus memperlambat alur?

↳ Hai Inez. Sebenernya saya nggak terlalu jago ya untuk menata plot twist (karena character driven itu tadi). Tapi, sebenernya cepat atau lambat alur bergantung pada narasi kita sih. Kita harus bisa menempatkan kapan harus showing kapan harus telling. Plot twist bisa jadi lambat/cepat tergantung gimana kita bernarasi di dalam cerita kita.
Pengalaman saya, plot twist tidak terlalu mempengaruhi pace cerita selama kita bisa membuat narasi yang tepat.

• Nama: M. Albar.
kira-kira Kakak ada tips and trik tentang merancang plot twist yang memanipulasi narasi sejak awal ?Albar baca di Google itu namanya tehnik 'Unreliable narrator'? Albar baru menulis tentang cerita mental illness, niatnya ingin memberikan kejutan pembaca atas sikap antagonis selama ini, jadinya sikap antagonis itu ada sebab-akibatnya gitu Kak. Cuman takut gak kelar-kelar atau pemborosan.

↳ Hmm... unreliable narator memang agak tricky karena kamu harus bisa bikin pembaca nggak bosen, terutama kalau kamu menggunakan sudut pandang pertama.

Tapi, kalau saya pribadi, biasanya kalau pas pertama banget menulis, saya nggak akan memikirkan hal-hal tu dulu. Jadi ada kemungkinan naskah awal memang jadi panjang banget. Setelah naskahnya selesai, endapkan selama 2 minggu, baru kamu baca lagi. Biasanya di situ kamu baru akan menemukan pemborosan-pemborosan yang nggak perlu dan bisa dibuang.
Saran saya jangan terlalu fokus pada teknik saat menulis awal. Karena berpotensi bikin naskah malah nggak selesai.
Ingat kita selalu bisa mengedit naskah kita, tapi kalo belum selesai, apa yg bisa diedit kan? :)

• Nama:
Mungkin pertanyaan saya agak melenceng dari tema 'plot twist' tapi semoga masih relevan untuk ilmu menulis.

Di novel Represi saya kamu sama pengkarakteran tokoh-tokohnya. Bisa kasih tips hal apa yang Iis lakukan agar tokoh cerita kita terasa hidup dan bisa menggerakkan hati pembaca?

↳ Karena saya menulisnya character driven, jadi saya menghabiskan lebih banyak waktu untuk mengulik karakter sebelum mulai menulis. Tentu hal yg harus dilakukan adalah membuat latar belakang karakter selain fisiknya. Misal keluarganya seperti apa? pola asuhnya seperti apa? apa cita-citanya?

Membuat karakter hidup berarti kita membuat mereka semanusia mungkin, jadi perbanyak mengamati orang lain dan latar belakang tiap orang. karena kepribadian yang berbeda akan menimbulkan reaksi yang berbeda juga dalam setiap alur cerita

• Nama: Vira.
Sejujurnya, Kak. Saya tertarik sekali dengan salah satu judul novel kakak yaitu Persona. Dimana istilah ini juga ada dalam ilmu psikologi. Kakak juga bilang kalau riset itu perlu.

Jadi bagaimana cara kakak mengemas plot twist dalam cerita Persona? (yang mungkin, kalau saya tidak salah menyampaikan makna istilah ini juga ya, Kak?)

Dan apa yang membedakan dari novel-novel yang lain? Apakah karakter juga akan lebih kuat serta hidup?

↳ Plot twist persona waktu itu muncul setelah saya banyak membaca dan menonton buku serta film soal mental illness. Terus saya mikir, kalau saya harus membuat sebuah tokoh yang mengalami kecenderungan gangguan jiwa (saya sebut kecenderungan karena diagnosis di dalam buku tidak saya tegakkan), saya harus bisa menunjukkan dulu kondisi si tokoh utama ini sebagai sosok yang baik-baik saja, padahal sebenernya tidak. Karena gangguan psikis seringkali tidak tampak mata, kan? Bahkan kita saja mungkin tidak sadar kalau jiwa kita sedang bermasalah/terganggu.

Nah dari sanalah plot twist ini muncul, bahwa akan ada satu momen di mana bahkan tokoh utama sendiri terkejut menyadari bahwa dia tidak seperti yang dia pikirkan dan orang lain lihat.

Saya rasa tidak ada perbedaan mencolok antara penggunaan plot twist atau tidak selain bedanya ya persona punya plot twist, yang lain tidak.

Pembangunan karakter tetap penting, karakter yg hidup tetap penting, ada plot twist ataupun tidak.

• Nama: Luna.
Contoh plost twist yang 'gagal' itu seperti apa, Kak? Lalu, sebaiknya, jika plot twist tersebut sudah 'gagal' apakah aku perlu melanjutkan plot tersebut atau bagaimana?

↳ Hmm... Plot twist gagal ya plot twist yang nggak bikin terkejut. TAPI, perlu diingat bahwa serapi apa pun kita merancang plot twist, tetep akan ada pembaca yang mungkin akan tahu plot-twistnya. Pembaca kan pinter-pinter. Hehe.

Jadi kalau menurut saya pribadi, nggak ada plot twist yang gagal. Yang ada hanyalah cerita yang tanpa plot twist. Lanjutkan saja. Selesaikan dulu. Kalau sudah selesai, nanti biasanya akan ada plot twist lagi kok pas revisi.

Contohnya persona. di akhir ada plot twist lagi, kan? nah itu plot twist-nya baru muncul setelah naskahnya selesai.

Karena waktu itu saya udah ngerti kalau bakal ada yang bisa nebak plot twist persona, ya udah saya bikin plot twist lagi aja hehe.

Nama: Evtria.

Aku sering nemu cerita yang plot twist nya kentang, Kak. Kayak out of nowhere gitu. Kayak gak ada clue sama sekali terus tiba-tiba aja begitu.

Ini kenapa bisa kayak begitu ya, Kak? Itu memang kesalahan dari penulis atau pembacanya yang gak mudeng?

↳ Nah mungkin begini kali ya yang maksudnya plot twist gagal tadi? Saya jujur belum pernah sih nemu yang begini.

Kalau ada sesuatu yang nggak cocok di pembaca sih kadang saya mikirnya oh karena nggak cocok aja. TAPI, sebagai penulis kita udah melakukan yg terbaik belom? udah riset? udah punya banyak referensi terkait tema yg kita tulis? udah bener2 revisi? atau jangan-jangan yang penting terbit aja?
Jauh sebelum plot twist dll, balik dulu deh sebagai penulis, kita udah menyiapkan diri kita untuk menulis dengan baik atau belum?
jadi jika ada yang kentang, atau tau-tau begitu, atau bahkan yang malah sering saya temui: Karakter yang nggak konsisten, saya rasa selain karena emang nggak cocok, penulis juga perlu refleksi lagi. dan bukan berarti nggak bisa jadi lebih baik.

• Nama: Biru.
Saya mau bertanya, untuk membuat plot twist ada teknik-teknik tertentu gak kak?
Dan juga ada solusi untuk membuat plot twist namun tidak menjadikan cerita kita terlihat membosankan?

↳ Hai Biru, kalo teknik yg paling umum yang saya pernah praktekin cuma dua: menggiring pembaca ke clue yang salah, sama menyembunyikan clue yang benar dengan sub plot/di dalam adegan yg intens dan bikin pembaca kelewat sama clue-nya.

Solusi untuk membuat plot twist namun tidak menjadikan cerita kita membosankan: balik lagi ke narasi.

Mau sebagus apa pun plot twistnya kalau narasinya nggak enak, tetep bakal membosankan. :)

🌻🌻🌻

Terimakasih banyak untuk Kak Fakhrisina Amalia untuk ilmu yang luar biasanya ini. •͈ᴗ•͈

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro