Jason Abdul - Self Editing yang Menarik

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

BIG SUN WRITERS CLUB

KELAS UMUM

━━━━━━━━━━━━━━━━━

Tema: Self Editing untuk Menarik Perhatian Editor.

🌻🌻🌻

• Profil singkat Kak Jason.

Saya Jason Abdul.

Sejak SMA punya impian kerja di penerbitan, jadi editor. Aneh, ya, ada orang yang mimpi jadi editor. Lulus kuliah saya nyari kerja dan akhirnya pekerjaan pertama saya adalah jadi editor in-house di penerbit Noura Publishing (Mizan Group). Saya juga penulis, novel dan cerpen. Baru menerbitkan satu buku dan beberapa cerpen di media.

───────♡───────

SELF-EDITING UNTUK MENARIK PERHATIAN EDITOR.

Saya akan mulai membahas tema kita kata per kata, tapi dari belakang.

Editor: siapa yang dimaksud editor?

Berdasarkan bocoran, teman-teman di sini sedang berjuang untuk menembus penerbit mayor. Kita tentukan saja target yang kita pancing perhatiannya adalah editor-in-house penerbit mayor. Setiap penerbit bisa punya nama berbeda untuk editor yang mencari dan menerima naskah. Bisa diberi nama "editor akuisisi", sekadar "editor", atau digabung dengan pekerjaan "copy editor". Malah di beberapa penerbit manajerlah yang bertugas menyaring naskah.

Sekarang editor yang mana? Tentu saja editor yang jadi target teman-teman. Penerbit A, misalnya. Selayaknya pedekate, orang yang kita deketin maunya dimengerti, kan? Kita amati dia sukanya apa sih? Cara cari tahunya? Sekurang-kurangnya follow media sosial penerbit incaran kamu dan perhatikan buku-buku apa saja yang mereka terbitkan. Lebih baik kalau beli dan baca bukunya, boleh juga foto dan posting lalu tag akun medsos penerbit. Itu bisa jadi salah satu cara menarik perhatian. Lebih baik lagi jika bukunya benar-benar dibaca agar bisa paham konten seperti apa yang mereka sukai untuk diterbitkan. Beberapa penerbit mayor hanya menerima naskah populer, mungkin naskah sastramu kurang cocok, tapi kamu juga bisa menulis cerita remaja, untungnya. Kenali genre yang biasa mereka terbitkan.

Follow juga editor-editor yang bekerja di penerbit tersebut. Sekarang editor dituntut untuk aktif di media sosial, karena mereka jadi bagian strategi promosi-marketing. Oh, jadi editor bukan cuma ngurusin tanda baca? Sudah tidak lagi. Daftar pekerjaan editor semakin bertambah (padahal seharusnya dengan adanya teknologi jadi lebih memudahkan, ya? Hahahaha).

Kita, secara tidak langsung, tahu kalau tugas editor itu banyak. Baca naskah masuk, baca naskah yang sudah diterima, meeting dengan tim redaksi, tim desain, meeting dengan manajer, meeting dengan penulis, illustrator... aduh, itu baru meeting. Belum lagi implementasi hasil meeting... Puyeng nggak tuh? Jadi, editor bakal berterima kasih sekali jika naskah yang masuk sudah "bersih" dan enak dibaca. Mereka punya trik sih ketika membaca naskah yang masuk ke inbox email redaksi.

Editor menilai penulis dari isi surat elektronik yang mereka terima. Maksudnya: apakah penulisnya profesional? Sekurang-kurangnya ada pengantar dengan salam pembuka, isi berupa tujuan mengirim email, ucapan terima kasih, dan salam penutup. Tidak ada typo maupun kesalahan tata bahasa di isi surat tersebut. Naskah dilampirkan sesuai format yang mereka infokan di media sosial/website resmi mereka. Dokumen lengkap berupa: naskah, sinopsis lengkap, dan info diri penulis.

Editor hanya baca naskah di beberapa halaman pertama saja. Mungkin hanya halaman pertama, bahkan paragraf pertama, atau mungkin kalimat pertama. Kita tidak tahu mood editor waktu membuka naskah kita. Nah, beri perhatian lebih di sana untuk self-editing. Pastikan tidak ada typo di halaman krusial tersebut. Apakah di halaman selanjutnya boleh typo? Ya, jangan juga. Walaupun jika dibaca beberapa kali pun pasti ada saja yang terlewat. Itu sering terjadi di naskah cerpen, apa kabar novel? Typo sebenarnya dimaklumi untuk draft awal, tapi jangan sampai membuat editor sakit kepala apalagi sampai membuat dia berhenti membaca karena terganggu oleh typo yang terlalu banyak.

Hal bagus untuk tahu "selingkung" penerbit incaranmu agar sesuai dengan kebiasaan mereka terhadap format-format tertentu. Contohnya elipsis alias titik tiga. Apakah sebelumnya ada spasi atau tidak? Setelahnya diberi spasi juga? Apakah setiap akhir bab diberi tanda * atau []. Ini bisa menarik perhatian editor, karena memberi sinyal bahwa kamu adalah pembaca buku-buku mereka juga, sampai-sampai mengikuti gaya mereka.

Saya membaca kata "self-editing" dengan dua makna.

Menyunting naskah secara mandiri.
Menyunting "self" alias diri penulis.

Untuk menyunting naskah, saya yakin teman-teman di sini sudah sering belajar dan sudah paham naskah yang bagus itu seperti apa. (Kalau pun belum kita bisa bahas nanti ya).

Bagaimana dengan "menyunting diri"?
Kita bisa mulai di media sosial masing-masing. Istilah kerennya personal branding.
Kita tunjukkan bahwa kita siap menjadi penulis secara profesional. Kita produksi konten-konten, berupa foto/video atau apa pun yang bisa menarik bagi penerbit. Kebiasaan saya waktu membuka inbox naskah masuk adalah mengecek media sosial si penulis. Tidak bisa dipungkiri, penulis harus jadi promotor terdepan bagi karyanya. Nyatanya penerbit tidak bisa bergerak sendiri tanpa bantuan dari sang penulis. Jadi, penerbit memastikan apakah secara online, naskah ini punya masa depan atau tidak?

✁ ╴╴╴╴╴╴╴╴╴╴╴╴╴╴╴╴╴
SESI TANYA JAWAB.

Nama : Farid Usman
Pertanyaan :
1. Bagaimana menurut Kakak tentang tugas editor di platform online yang hanya menyaring naskah untuk terbit? Apa semacam strategi pemasaran atau bagaimana, Kak?

2. Berapa kali sewajarnya melakukan cross-check atau self editing cerita yang ditulis sebelum dipublikasikan secara umum? Apa tiga kali kah atau berapa kali?

🌻 Halo Farid Usman,

1. Tren sejak 6-7 tahun lalu, ya. Penerbit mengambil naskah dari platfrom online dengan kriteria sudah diklik jutaan kali. Yup, itu strategi pemasaran bagi penerbit. Kalau kita bisa mencapai jumlah klik jutaan itu bagus sekali. Akan sangat memudahkan untuk diterima penerbit. Namun, itu hanya langkah awal juga. Penerbit tetap butuh naskah yang berkualitas. Penerbit mayor yang bagus pasti tetap menjaga kualitas produk mereka. Kalau kamu bisa mencapai jumlah klik jutaan + naskah yang bagus, pasti langsung disayang editor.

2. Saya tidak bisa memberi jawaban pasti, sesuaikan dengan kebutuhan kamu. Tiga kali angka yang bagus. Beri jeda minimal seminggu-seminggu untuk membaca. Katanya "pengeraman" bisa membuat kita berjarak dengan tulisan kita, yang membuat mata kita mampu melihat keganjilan yang sebelumnya tidak tampak.

• Nama : Yiyin Andriana
Pertanyaan :
Dalam pengiriman naskah, kan harus menyertakan Sinopsis. Sinopsis seperti apa yang disukai editor? Apakah yang sangat detail atau yang singkat padat jelas cukup satu halaman?

🌻 Halo Yiyin Andriana,

Sinopsis lengkap itu memberikan alur cerita/plot yang bisa dibaca editor dalam waktu singkat. Bisanya 1-2 halaman sudah cukup. Detail tidak perlu, tapi bantu editor untuk paham ceritamu soal apa, siapa yang terlibat dalam konflik, apa-apa yang terjadi, kelokan-kelokannya, bagaimana klimaksnya, dan bagaimana resolusi akhir.

• Nama : Sindy
Pertanyaan :
Malam Kak, saya mau tanya perihal genre romance dan teenfiction yang sudah ramai sekali di pasar Indonesia. Nah bagaimana caranya agar genre lain bisa seterkenal mereka? Apakah setiap editor hanya mau menerima genre itu saja karena tergantung pasar di Indonesia?

🌻 Halo Sindy,

Kalau guru menulisku bilang: Jadilah penulis yang bagus sehingga kamu tidak perlu mengikuti tren. Itu seperti kata-kata Steve Martin, seorang komedian: "So good they can't ignore you."

Ada penerbit yang menerbitkan buku dengan beragam genre. Bless them. Setiap genre diampu oleh editor tertentu. Kenali mereka dari media sosial, cari tahu apa yang mereka sukai. Seperti kita, editor juga maunya naskah yang mereka suka. Sayangnya, penerbitan adalah bisnis dan bisnis seperti perahu di sungai, mengikuti arus.

Aku sarankan, kamu tetap menulis genre yang kamu sukai. Setialah. Jadilah hebat di genre tersebut, walaupun bukan romance dan teenfiction. Namun, jika kamu mau menulis romance dan teenfiction untuk kesempatan lebih besar, itu juga bagus. Jangan membatasi diri.

• Nama : Bella
Pertanyaan :
Selamat malam Kak ⁨Jason⁩ izinkan saya bertanya, selain typo, apalagi yang harus diedit oleh penulis agar naskahnya lolos? Terima kasih.

🌻 Halo Bella,

Sebenarnya typo hanya bagian terkecil dari self-editing. Plot hole, itu yang perlu diperhatikan.
Namun, bahasan ini terlalu teknis. Kita bisa bahas di lain waktu. Hal yang jarang kita bahas adalah "Apa yang mau disampaikan oleh naskah?" Kita sudah sering membaca bahwa premis itu penting. Masalahnya, premis hanya sekadar apa yang terjadi di cerita.
Sebaiknya kita bisa membawa topik yang penting sebagai bahan "pitching" ke penerbit. Kita bisa beranjak dari isu-isu sosial. Ini membuat naskah kita berbeda, mencolok, seperti memakai baju merah menyala di antara orang berpakaian kelabu. Saya suka membaca romance, apalagi teenfiction. Namun, saya juga menginginkan dari cerita ringan itu saya mendapatkan pencerahan. Tampaknya inilah yang membuat cerita-cerita drama Korea menarik, kan? Mereka menyinggung topik-topik yang sebenarnya berat, tetapi disajikan dengan menarik.

• Nama : Rifa Aulia
Pertanyaan :
Malam, Kak. Izin bertanya, kalau kita sudah menulis cerita di media sosial lain (contoh aplikasi) tetapi belum banyak yang baca dan sudah lama dipublikasikan. Apa itu termasuk perhitungan dari para penerbit atau tidak, ya? Terima kasih sebelumnya.

🌻 Halo Rifa Aulia,

Apakah kamu sudah sering mempromosikan ceritamu di platform tersebut? Atau memang platform tersebut kurang populer? Seperti berjualan, berjualanlah di pasar yang ramai. Jika sudah berada di tempat yang tepat, jangan jualan barang yang sama persis. Kita memang sama-sama jualan bakso, tapi rasanya tentu berbeda. Pelanggan pasti kembali ke penjualan yang itu-itu juga jika rasanya enak, padahal ada penjual yang lain, kan?

Tetap berusaha dengan mengirimkan naskahmu ke penerbit incaranmu. Kualitas naskah tetap menjadi pertimbangan utama. Namun, menurut siapa naskah ini berkualitas atau tidak? Tentu saja menurut sang editor yang kamu incar itu.

🌻🌻🌻

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro