🥗7. Cewek Selalu Benar

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Katanya, segala sesuatu terjadi berdasarkan alasan. Tapi rasa-rasanya ada yang tak pernah diperjuangkan, padahal untuk kepentingan bersama. Iya, peraturan di mana cewek selalu benar.

-Arcas-

Nebula sendiri pun tak paham dengan apa yang harus ia lakukan sekarang. Terduduk di kursi kayu panjang yang menyatu dengan dinding ruang OSIS, lantas mengerucutkan bibir dan mengembuskan napas berkali-kali sambil menunggu Halona dan Asya yang tak kunjung datang.

"Gue udah kayak orang bego anjir, bengong nungguin Kak Arcas rapat." Matanya tampak memicing seraya memikirkan ide yang bisa lakukan untuk mengurangi kebosanan di sini.  Menatap kuku-kuku ovalnya, lalu merogoh tas merah mudanya dan mengambil sebotol kutek berwarna nude, dan mengaplikasikannya pada kukunya yang terlihat polos.

"Hm ... cangtip banget, sih, ini," ucapnya seraya meletakkan telapak tangan di depan retinanya. Bibir yang awalnya tampak mengerucut kesal pun akhirnya berubah menjadi seulas senyum merekah yang sudah terbentuk di bibir Nebula.

"Udah lama, deh, nggak kutekan kayak gini. Kapan, ya, ada yang endorse merk Nailberry? Padahal murah, cuman hampir empat ratus ribu aja." Gadis itu mendengus.

Tunggu ... ngomong-ngomong soal barang branded, ia jadi teringat pada saingannya di SMA sebelah yang terkenal sebagai selebgram penjual barang endorse. Haruskah ia cek akun lawannya itu dan mencari tahu soal barang apa saja yang dijual? Siapa tahu para akun online shop kapok mengirimkan barang karena tidak dihargai. Dihibahkan ke Nebula juga ia ikhlas, lumayan bisa ia sumbangkan ke orang yang membutuhkan atau mungkin keperluan pribadi.

"Ih, tapi gengsi banget, njir. Masa gue stalking cewek nyebelin itu?" Memang ... harus Nebula akui kalau mereka pernah bersahabat. Tapi sejak insiden salah satu barang endorse branded-nya dijual, pertemanan mereka pun usai. Siapa coba yang tidak marah kalau dibayar untuk me-review produk kelas kakap berlogo apel, eh, malah dipromosikan ke publik dan dijual? Dasar selebgram tidak tahu malu!

Kalau saja bukan karena ayah yang melarang gadis itu untuk membuat Prinses viral—nama sengaja tidak disamarkan—biar dihujat—bahkan Nebula juga diancam atas penyitaan ponsel, tak, 'kan, ikhlas dirinya membiarkan gadis aneh itu hidup tenang!

"Astagfirullah, bisa-bisanya gue flashback!"

"Aih! Gara-gara Prinses!" seru Nebula tak terima. Kuas cat kuku yang awalnya masih berada dalam posisi aman seketika melarikan diri dan meninggalkan jejak di pinggir kuku.

"Nebula!"

Astaga, lagi dan lagi cobaan hidup datang. Botol kaca berisikan cat kuku yang Nebula pakai sedari tadi tiba-tiba saja terjatuh dan mendarat di atas lantai dengan tidak selamat. Bagian ujungnya retak, bahkan isi di dalamnya pun mengalir deras dari tempat pelindungnya.

"KAK ARCAS!" Baiklah, kali ini napasnya tak lagi bisa ia buat bergerak dengan teratur. Segera melangkah ke hadapan Arcas dengan tatapan penuh dendam, lantas mendaratkan sebuah pukulan kencang di area dada lelaki itu. Biar! Ini adalah bentuk dari tanggung jawab seseorang atas perusakkan hak milik orang lain.

"...." Kepada siapa pun yang sedang membaca cerita ini, Arcas akan meminta kalian untuk menjadi saksi walau sekujur rasa perih dan panas sudah bisa ia rasakan di balik kemeja putihnya—untuk berkata bahwa cewek selalu benar dan bebas melakukan apa pun. Bagi siapa yang melanggar, maka balik lagi ke peraturan nomor satu. Terima kasih.

Lelaki itu masih terdiam, bahkan kelopak matanya pun masih enggan 'tuk berkedip. Membuat Nebula yang awalnya masih sibuk meratapi nasib pecahan botol kaca itu merasa diperhatikan hingga kembali menatap Arcas yang tidak main-main lagi.

"Gue nggak takut! Mau bales? Silakan!" sahut Nebula. Loh, di sini memang nyalinya tidak menciut apalagi sampai sesak napas, yang salah siapa?

"Dalam pembuatan proposal ada yang namanya peraturan menyusun kalimat dengan rapi, sedangkan kalau lo mau tau, atau mungkin belom pernah baca peraturan sekolah ...."

Arcas menghela napasnya sebentar, baru kemudian menunjuk kemeja putih  yang sudah bergelantungan bersama jas biru tuanya di atas rok cokelat muda polos milik Nebula. "Pemakaian seragam selama di sekolah harus rapi dan tidak boleh dikeluarkan. Selain itu, di sekolah tidak diperbolehkan untuk menggunakan alat rias secara berlebihan."

"Berlebihan darimananya anjir? Gue cuman pake kutek, kalung, anting, sama gelang. Oh, iya, lupa, cowok nggak pernah bisa ngerti apa yang dibutuhin ceweknya." Segaris senyum sinis sontak terlukis dari bibir Nebula. Ya ... kali ini ia menang dan harus selalu begitu!

Sabar ... iya, Arcas harus sabar hingga lelaki itu hanya bisa terdiam di tempat tanpa melakukan pergerakan apa pun. Jujur, ia sendiri pun tak paham mengapa Tuhan bisa menciptakan makhluk aneh seperti Nebula yang tidak memiliki manfaat untuk sekitar.

"Oh, gue tau ... lo diem karena takut gue viralin, 'kan?" Oh, iya, sampai lupa kalau ponsel Nebula sudah balik. Dengan bangga pula gadis itu mengangkat ponselnya ke udara. Sengaja membuat Arcas semakin panas dan sesegera mungkin memecat gadis itu dari jabatan Babu OSIS.

Tawa Nebula seketika pecah saat menyaksikan Arcas yang sama sekali tak berkutik walau hanya sementara. Dasar lelaki pecundang! Memangnya dia tak tahu kalau Arcas ini penakut? Hanya saja hal itu sengaja ditutupi demi menjaga wibawa sebagai Ketua OSIS terjahat sepanjang periode.

"KAK!" Kedua bola mata Nebula sontak terbelalak lebar saat apa yang ia pamerkan tadi malah menghilang dari pandangannya. Ya Tuhan, tolonglah jangan biarkan siapa pun berbuat sesuka hati—terutama Arcas yang tak pernah membiarkan Nebula hidup dengan bahagia.

Dengan santai pula Arcas menyimpan benda pipih itu di balik sakunya sambil berkata, "Hp lo gue balikkin habis rapat selesai. Sekarang lo ke kantin dan beli air mineral buat anak-anak."

Bentar, ini Nebula tidak salah dengar, 'kan? Memangnya Arcas pikir, ia siapa bisa menyuruh-nyuruh? Bukankah di perjanjian kemarin itu hanya menemani Arcas sampai selesai rapat dan boleh pulang? Loh, terus peraturan ini siapa yang ciptakan?

"Apaan lo nyuruh-nyuruh? Emang gue siapa?!"

"Terserah lo, kalau hpnya nggak mau cepet dibalikkin ya terserah."

Ih, dasar titisan dinosaurus kuning! Memangnya Nebula ini pembantu?! Hah? Ya Tuhan, tolong bukakan mata hati Arcas agar lelaki itu sadar kalau cewek yang tengah menghentakkan kaki ke lantai dengan wajah yang penuh dendam itu merupakan seorang selebgram kelas kakap!

"Arcas!" Seolah tak mendengar, lelaki itu pun dengan santainya berjalan memasuki ruang OSIS tanpa menoleh sedikit pun. Anggap saja alarm di pagi hari yang tak bisa dimatikan saat sang pemilik masih ingin terlelap.

"Heh, dinosaurus ungu!" Bukannya menoleh, Arcas justru semakin mempercepat langkahnya menuju ruang rapat. Biar saja, gadis gila memang tak perlu diladeni.

#Bruk!

"Anjing!" umpat Nebula saat pintu yang ditutup oleh Arcas menyentuh keningnya. Memang, ya, selain tak memiliki hati, cowok itu juga senang menyakiti perempuan! Lihat saja, para Bul-Bul akan beraksi sebentar lagi andai ponselnya balik.

"Woi, hp gue!" Nebula tidak menyerah. Menggedor pintu ruang OSIS seraya menunjukkan wajahnya di balik kaca persegi panjang secara terus menerus walau berujung ditertawakan oleh seisi ruangan.

"Biar aja orang gila," ucap Arcas tanpa menoleh yang langsung disambut oleh gelak tawa dari dalam sana.

"Woi, dinosaurus pink, gue bisa denger anjir!" Napas Nebula masih memburu, bahkan beberapa tetes keringat pun sudah membasahi seluruh wajahnya. Mengayunkan kaki ke arah pintu ruang rapat sekencang mungkin—berharap agar pintu terbuka—namun yang terjadi justru sebaliknya.

"Anjir, bangsat, tai!" Ia segera mundur beberapa langkah dan kembali terduduk di atas kursi kayu yang sempat ia tempati. Mengusap jari-jarinya selembut mungkin sembari menoleh ke arah ruang OSIS sambil berkomat-kamit.

Andai bisa melemparkan bom atom, sudah ia lakukan sejak tadi. Memangnya mereka pikir Nebula ini lemah? Oh, tentu saja tidak. Jangan pernah kalian berpikiran seperti itu jikalau tak mau dibuat viral suatu saat nanti.

"Heh, nggak ada hormat-hormatnya kalian sama selebgram!" Ah, sumpah, rasanya ia menyesal sudah masuk di sekolah kota metropolitan yang tak pernah mempedulikan siapa status mereka di sekolah, selebgram atau anak pejabat sekalipun! Memang, mereka bilang, sama-sama manusia yang makan nasi dan tak perlu mendapat perlakuan khusus.

"Asya! Ona!" teriak Nebula sambil menatap arloji. Waktu terus berjalan, tapi kedua manusia itu tak juga kembali. Apa mungkin mereka segera pulang?!

"Berisik lo! Diem di sana!" sahut Arcas seraya membuka sedikit pintu ruang rapat.

Baiklah ini adalah kesempatan bagi Nebula untuk bangkit dan mengejar barang miliknya. Memicingkan mata seraya melangkah cepat menuju ruang OSIS walau berujung terlambat. Iya, lagi dan lagi Arcas menutup pintu tanpa mempedulikan siapa yang sedang berdiri di dekat sana. Untung saja tidak benjol lagi!

Hai, semoga terhibur yaaa sama bab ini—terutama buat kamu—iya kamu yang lagi pusing sama sbmptn, lagi overthinking, insecure. Aku cuman pengen kamu bahagia🥰

Kita berjuang sama-sama yuk buat buang segala kebiasaan buruk itu?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro