I

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Suasana pagi ini seharusnya begitu tenang dan damai, tapi tidak dengan keluarga Farosha. Pagi-pagi sudah diributkan oleh anak gadis keduanya yang baru saja duduk di bangku kelas 2 SMA. Teriakannya menggema sampai ke ujung rumah yang bergaya ala rumah Jepang. Dari mulai ia mengeluh karena terlambat bangun sampai sepatu yang akan dipakai entah ada dimana.

"Mba, sepatuku yang kamu pinjam mana?"

"De-chan, tas kakak yang kamu pinjam mana?"

"Ibu, kok dasi aku gak ada sih?"

"Yah~ sepedaku please siapin."

"De-chin, tolong ambilin handphone kakak. Makasih."

"Semuanya aku berangkat ya? Assalamualaikum."

Inilah pagi seorang Mashel. Anak kedua dari empat bersaudara keluarga Farosha. Gadis yang terkenal tomboy dan sangat suka Jepang ini terlambat datang ke sekolah karena buku baru yang ia belum habis baca. Buku tentang detektif adalah buku favoritnya, terutama Sherlock Holmes.

"Kakak, bekal kamu ketinggalan!" teriak sang ibu saat Mashel baru saja membuka pintu pagar rumahnya. "Ups! Arigatou bu," ucapnya sambil menghampiri sang ibu lalu mencium pipinya. "Besok gak pakai acara terlambat lagi." Terdengar nada kesal dari sang ibu kepada Mashel. Namun, yang dimarahi hanya terkekeh sambil menampilkan gummy smilenya. "Ayey Captain!" ucap Mashel bersemangat. "Ittekimashu. Assalamualaikum." Jawaban 'Waalaikumsalam' dari sang ibu terdengar lembut di telinganya.

'Semoga gak terlambat,' batin Mashel. Ia merasa malas jika harus berurusan dengan OSIS di hari pertama. Apalagi bertemu dengan rival terkuat Mashel. Si calon ketua OSIS. Baginya itu adalah beban karena ia bisa seharian di lapangan atau di ruang BK. Hal itu pula yang akan membuatnya jadi terlihat negatif di mata teman-temannya.

Mashel sebenarnya termasuk anak yang supel dan cukup tenar di bidang olahraga. Tapi lama kelamaan ia tahu teman-teman yang dekat dengannya hanya ingin memanfaatkan ketenarannya. Jadilah ia lebih senang menyendiri.

Tapi takdir berkata lain, ia akan menemukan sesuatu yang berbeda dimulai dari hari ini. Dimulai dari ban sepeda yang bocor, ia melanjutkan setengah perjalanan ke sekolahnya dengan berlari dan akhirnya mau tak mau ia harus berurusan dengan OSIS, sang rival.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro