Bab 11

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Selamat Membaca

"Bagaimana perkembangan proyek Rehabilitasi Rumah Sakit Telogorejo?" tanya Bayu, setelah melihat Juna sudah menikmati makanannya lebih dulu.

"Ya seperti itu," jawab Juna terdengar seperti tidak senang membahas pekerjaan.

Juna bukannya tidak senang membahas proyek di atas meja makan, karena biasanya ketika Juna harus bertemu dengan calon client-nya, Juna akan membahas rencana - rencana miliknya. Hanya saja, sebelum Juna bertemu dengan Bayu, kakak tirinya itu mengatakan ingin bertemu karena merindukan Juna.

Jadi, dari hal itu sudah dijelaskan bukan, kalau Bayu datang bukan sebagai pemilik dari Orlando Group, atau bisa dikatakan sebagai Pemimpin Perusahaan Induk. Di mana, artinya Juna adalah bawahan dari Bayu. Tapi, berbeda dengan sekarang, karena mereka sedang posisi sebagai kakak dan adik saja.

"Aku tanya, karena adik kesayangan kita merindukan kamu, Juna. Sudah sangat lama kamu di Semarang, apa kamu tidak mau kembali ke Jakarta?" ucap Bayu.

"Princess? Dia sudah menikah, Kak," ingat Juna dengan status adik kembarnya.

"Bukan Yunna, tapi Yurra. Dia ingin menyusul kamu, kalau sampai bulan ini kamu memilih tinggal di Semarang," jelas Bayu.

Kristal yang merasa kalau percakapan ini tergolong pribadi, dia pun memilih untuk menikmati milkshake strawberry, dan mencoba untuk mengabaikan informasi yang sedang mereka bicarakan.

Lagi pula, orang mana yang ingin mengetahui masalah milik orang lain? Sedangkan Kristal saja sudah pusing dengan nasib hidupnya, yang harus menjadi mahasiswa yatim piatu dan pengangguran pula.

"Lagi? Kak, tidak bisakah kakak membawa dia ke Dubai?" protes Juna.

"Itu sulit, Juna. Dan lagi pula, sepertinya, mengenalkan kekasihmu pada Yurra adalah solusi dari masalah kalian," ucap Bayu, yang kali ini menatap ke arah Kristal.

Juna yang melihat kakaknya memandang Kristal, pria itu pun ikut melihat wanita yang ada di sebelahnya. Meski Kristal sedang berada bersama mereka, tapi pikiran wanita itu seperti berada di alam lain. Karena Kristal tampak sangat sibuk menikmati milkshake di depannya.

Sampai beberapa menit, akhirnya Kristal menyadari kalau percakapan antara dua orang berkantong tebal itu telah berhenti. Kristal pun mengambil tisu, dan mengusap bibirnya dari cream yang sempat dia makan.

"Iya, Pak?" tanya Kristal meminta penjelasan.

"Tidak ada apa - apa, Kristal. Kami hanya penasaran, bagaimana rasa strawberry," ucap Bayu.

"Manis tapi sedikit asam?" balas Kristal.

Jawaban Kristal mampu membuat Juna dan Bayu tersenyum satu sama lain. Dua pria itu seolah menyukai jawaban Kristal yang jujur dan begitu detail. Karena dari hal kecil itu saja, bisa memberi tanda bahwa Kristal adalah orang yang blak - blakan.

"Kalau begitu kalian bisa melanjutkan makan kalian. Aku harus pergi dulu," ucap Bayu.

"Hanya itu?" tanya Juna.

"Apanya?" balas Bayu dengan pertanyaan.

"Kak Bayu datang ke Semarang, cuma mau bahas itu? Kenapa nggak pakai telpon aja?" tanya Juna yang keheranan dengan tindakan Bayu.

"Kalau pakai telpon, aku tidak bisa membawa Hanna liburan ke Semarang," ucap Bayu.

Setelah itu, Bayu kemudian meninggalkan Juna dan Kristal. Kristal pun bisa merasakan suasana di antara mereka, seperti mengalami perubahan dari canggung menjadi bertambah canggung.

"Apa ada yang salah?" tanya Kristal.

"Mau melanjutkan ke proyek, atau ingin melihat di kantor dulu?" tawar Juna.

Detik itu juga, Kristal menatap Juna dengan pancaran berbinar, seperti mendapatkan hak istimewa sebagai mahasiswa magang. Kristal kemudian segera mengikat rambut panjangnya tinggi - tinggi, memperlihatkan leher jenjang yang memiliki bekas gigitan, tapi ditutupi dengan plester berwarna coklat.

"Ke proyek, Pak. Aku penasaran sama kinerja orang - orang di dunia lapangan," ucap Kristal sangat antusias.

***

Itulah kenapa sekarang Kristal memakai rompi berwarna hijau, dan helm proyek berwarna putih. Kristal menatap gedung tinggi, yang sedang dalam tahap pembangunan. Ada kolom dan balok yang masih memakai bekesting, memberi tanda bahwa beton itu belum sepenuhnya kering.

Kemudian, di depan Kristal, terlihat Juna yang tadi selalu bersikap ramah pada Kristal. Sekarang pria itu seperti menjelma sebagai bos dingin, yang memberi tatapan tajam. Kristal bisa merasakan, kalau Juna bukan hanya pria yang memikirkan ranjang belaka.

"Pertahankan kinerja kalian, pastikan nilai termin bisa masuk di akhir bulan ini," perintah Juna.

Termin? Kristal segera mencatat, maksud dari kata termin yang diucapkan oleh Juna. General Manager proyek rehabilitasi rumah sakit Telogorejo, tampak mengangguk dan langsung menyanggupi perintah dari Juna.

"Baik, Pak Juna," jawab orang itu.

"Kalau begitu, lanjutkan pengawasan Anda," perintah Juna lagi.

"Baik, Pak Juna."

Setelah itu, barulah Juna dan Kristal kembali menuruni tangga proyek. Selama penurunan, sesekali Kristal bisa melihat proses perakitan besi yang dipasang pada kolom. Padahal, biasanya Kristal hanya akan melihat hal itu melalui gambar saja.

"Pak, kalau perakitan besi seperti itu, biasanya pakai besi dengan ukuran apa?" tanya Kristal.

"Hm, pertanyaan kamu seperti mahasiswa baru saja. Tapi baiklah, akan aku jawab."

Hah? Kristal baru kali ini mendengar orang yang menyebutnya sebagai mahasiswa baru. Padahal, Kristal sudah berada di semester 6, itu artinya Kristal sudah memiliki banyak materi yang sudah dia dapat dari kampus. Tapi, hanya karena pertanyaan itu, kenapa Kristal dianggap sebagai mahasiswa baru?

"Di dunia kerja, kamu tidak harus menghafal seluruh materi kuliah kamu. Karena setiap proyek, sudah memiliki kualifikasi setiap material bahan bangunan."

Kualifikasi?

Kristal mengangguk, tapi tetap mendengarkan ucapan Juna.

"Kamu hanya perlu menghafal isi kualifikasi itu, dan memastikan barang yang kamu gunakan sesuai dengan permintaan. Dan pertanyaan dari kamu, bisa kamu temukan di kantor," ucap Juna.

Itu artinya, Juna tidak mengetahuinya kan? Atau Kristal yang salah tanggap?

Kristal ingin kembali bertanya lagi, tapi tiba - tiba saja pijakan pada kakinya terasa berbeda, hingga Kristal hampir jatuh ke depan. Juna yang melihat itu, tangannya segera menangkap tubuh Kristal.

Kristal bisa merasakan tubuhnya dipeluk erat oleh Juna, bahkan helm Kristal sampai jatuh ke lantai paling dasar. Tubuh Kristal membeku, bukan karena merasa gugup atas pelukan Juna. Tapi karena, Kristal merasa kalau tadi stok nyawanya hampir saja berkurang satu.

"Ini di proyek! Meskipun kita sudah memakai rompi, sepatu safety, dan helm. Tapi jika kamu teledor seperti tadi, kalau tidak mati, pasti patah tulang. Apa kamu pikir itu berbahaya?!" bentak Juna yang tidak bisa menutupi gejolak amarahnya.

Kristal hanya terdiam, sambil menundukkan kepalanya. Dia tidak marah dengan seluruh ucapan Juna yang menggunakan nada tinggi, karena memang ucapan dari pria itu adalah hal benar.

"Maaf," lirih Kristal.

Juna menutup matanya sejenak, sebelum kemudian dia menatap kembali ke arah wanita yang masih dalam dekapannya. Tangannya sedikit memberi jarak pada tubuh mereka, membuat tangannya lebih mudah menarik dagu Kristal ke arahnya.

"Bahkan kata 'maaf' belum tentu menyelamatkan kamu, jadi tolong jangan teledor lagi, istriku," pinta Juna.

Bersambung.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro