Bab 18

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Melihat semua orang sudah keluar, Kristal pun berniat untuk ikut keluar juga. Namun tiba – tiba saja tangan Kristal langsung ditarik paksa. Dan begitu sadar, ternyata Kristal berada di ruang rapat lagi. 

"Mau ke mana kamu?" 

 "Saya mau pulang mbak," ucap Kristal menjawab pertanyaan dari Mbak Dwi. 

"Beresin semua bekas minuman di sini, baru setelah itu kamu bisa pulang," perintah Mbak Dwi.

 Kristal melihat ke arah meja kosong, dan memang ada sampah gelas plastik. Karena tidak ingin urusan ini menjadi panjang, tanpa membantah perintah Mbak Dwi, Kristal kemudian langsung membalikkan tubuhnya. 

Namun, saat tangan Kristal akan mengambil gelas bekas minuman orang. Secara tiba – tiba gelas itu direbut oleh Mbak Dwi, dan disiram pada Kristal. 

 "Mbak!!!" teriak Kristal. 

"Kenapa? Marah? Dengar ya, lonte macam kamu itu pantas menerima hal ini!" 

"Lo—lonte?" ucap Kristal terbata, karena dia tidak paham dengan maksud ucapan Mbak Dwi.

 "Apa sebutan wanita yang menggoda bos-nya? Kalo bukan Lonte?"

 "...." 

Kristal paham sekarang, pasti kejadian tadi sore berhasil dilihat oleh Mbak Dwi. Karena tadi sore kata Pak Arif, Mbak Dwi menyusul ke lantai 5 untuk menemui Kristal. Tapi anehnya, di lantai 5, Kristal tidak bertemu Mbak Dwi. Justru Kristal hampir saja melakukan hal yang tidak senonoh di tempat kerja. Padahal, seharusnya Kristal tidak boleh melakukan hal itu. 

"Dengar, Lonte. Kalo sampai aku melihat kamu bersama Pak bos lagi. Jangan harap magang kamu aman di sini," ancam Mbak Dwi. 

Demi uang yang sedang dicari oleh Kristal. Ternyata hidup menjadi orang dewasa lebih sulit, dibanding dirinya yang selalu menyelesaikan tugas kuliah dari dosennya. Mungkin karena kelelahan akibat kurang tidur, dan banyaknya pekerjaan. 

Tanpa disuruh, air mata berhasil keluar dari mata indahnya. Sambil membereskan seluruh gelas plastik itu, Kristal menangisi keadaannya. 

"Emang siapa juga yang mau ketemu sama Pak Juna?" protes Kristal. 

Namun, sang waktu sepertinya masih ingin mempermainkan Kristal. Hingga setelah mengatakan itu, pintu ruangan dibuka dari luar. Kristal yang mendapat firasat, segera bersembunyi di bawah meja.

 Tapi, memang Kristal tidak akan pernah bisa bersembunyi dari Pak Bos. Wanita itu langsung ketahuan oleh pria itu. Mau tidak mau, Kristal pun memilih berdiri dari persembunyiannya. 

"Bapak belum pulang?" balas Kristal yang tidak tau harus mengatakan apa. 

"Tinggalkan sampah itu. Dan ikut saya sekarang," perintah Juna. 

"Tapi Pak?" 

"Saya tidak menerima bantahan, Kristal," tekan Juna yang seperti menahan amarah pada Kristal. 

*** 

Kristal memang bukan orang punya, yang biasanya hanya memakai pakaian dari toko orange yang sedang promo. Tapi, bukan berarti Kristal tidak tau, tentang toko pakaian yang sedang dia datangi. 

"Selamat malam, Tuan dan Nona," sapa pelayan Toko. 

"Apa di sini ada koleksi terbaru?" tanya Pak Juna. 

"Tentu, kami memiliki koleksi terbaru dari Chanel. Ada beberapa pilihan yang mungkin Anda sukai. Apakah ada gaya atau warna yang ingin Anda cari?" tanya pelayan itu. 

Yapp. Chanel, sebuah merek ternama dari Paris yang memiliki koleksi dari mulai perhiasan, sepatu, pakaian, hingga make up. Kristal terkejut, Pak Juna, pria yang pernah memberikan dia uang lima ratus juta. Kini membawa dia ke toko ini? 

"Tunjukkan pada istriku, biarkan dia yang memilih," perintah Juna pada pelayan toko itu. 

Belum hilang rasa terkejut karena diajak ke toko mewah ini. Sekarang ucapan Juna berhasil membuat jantung Kristal hampir copot. Sejak kapan Kristal menjadi istrinya Juna? 

"Baik, Tuan. Mari Nyonya," ajak pelayan itu pada Kristal. 

Kristal di ajak ke depan koleksi pakaian yang seperti itu adalah koleksi terbaru. Melihat itu, tanpa melihat harga yang tercantum. Kristal langsung menyentuh pakaian yang berhasil menarik minatnya. 

"Kak, saya tertarik dengan blus putih yang elegan dan gaun hitam yang klasik. Bisa kakak tujukkan beberapa pilihan?" pinta Kristal. 

"Tentu, saya akan mencari beberapa pilihan untuk Anda."

 Tidak butuh waktu lama, pakaian yang dilihat Kristal mulai mendekat. Dia kemudian mengambil pakaian yang menurutnya sesuai dengan tubuhnya. 

 "Berikut adalah beberapa pilihan blus putih yang elegan. Kami memiliki model dengan detail renda atau tampilan lebih simpel. Apakah ada yang Anda sukai?" 

"Saya suka yang dengan detail renda. Bisakah saya mencoba ukuran itu?" 

"Tentu, saya akan mencarikan untuk Anda. Sekarang, berikut adalah beberapa pilihan gaun hitam yang klasik. Kami memiliki model yang simpel namun elegan, serta yang memiliki detail berlian untuk tampilan yang lebih mewah. Ada yang menarik minat Anda?" 

Kristal bingung, dia ingin membeli gaun karena dia masih hutang gaun yang dirusak oleh Juna. Tapi, dia bingung dengan gaun mana yang harus dia pilih. Di depan Kristal, semua gaun tampak begitu indah. 

"Berikan gaun hitam yang memiliki detail berlian. Dan gaun putih gading yang ada di ujung saja," tunjuk Juna. 

"Pak?" tanya Kristal. 

"Gaun putih kamu rusak karena malam pertama kita kan?" 

Detik itu juga, tangan Kristal segera menutup mulut Juna. Wajah Kristal tampak merah padam, menahan rasa malu karena Juna begitu blak – blakan. Sedangkan pelayan yang mendengarnya, ikut tersenyum. 

"Baik, silakan lihat dengan cermat. Gaun ini terbuat dari kain berkualitas tinggi dan detail berliannya sangat cantik. Apakah Anda ingin mencobanya?" tanya pelayan itu. 

"Kamu ingin mencobanya sendiri? Atau aku harus membantu kamu?" tawar Juna. 

"Saya akan memakai sendiri!" kesal Kristal pada Juna. 

Juna yang melihat itu, dia tersenyum dengan tingkah manis Kristal. Wanitanya memang selalu menggemaskan, ditambah dengan ekspresi kesalnya. Kristal keluar dengan memakai gaun hitam yang elegan. Sungguh, meski Kristal pernah menjadi wanita satu malam. Namun, di mata Juna, Kristal justru terlihat sebagai pengantin baru miliknya. 

 "Bagaimana?" tanya Kristal. 

Wanita menggemaskan, yang baru saja memasuki dunia kalangan atas. Meski Juna lebih senang orang tidak melihat kekayaan miliknya. Tapi nyatanya, dengan uang, dia bisa bertemu dengan Kristal. 

"Cantik," ucap Juna. 

"Iya. Aku juga suka gaunnya, sangat cantik dan elegan," balas Kristal. 

Juna kemudian berjalan mendekati Kristal, tangannya menyentuh bahu rapuh Kristal. Kemudian tubuh Kristal berputar menghadap ke arah cermin. Di depan sana, bisa terlihat gaun itu begitu indah. 

"Lihatlah," ucap Juna. 

"Kenapa?" "Kamu sangat cantik, istriku. Sampai gaun itu menangis karena kalah indah dengan tubuhmu," puji Juna. 

"Pak?!" protes Kristal yang tidak suka Juna mengatakan hal itu di depan umum. 

"Kenapa? Aku mengatakan sejujurnya. Kamu memang cantik sayang. Makanya, ... hanya aku yang boleh menyentuh kamu," bisik Juna. 

Kristal menatap ke lain arah, dia tidak ingin melihat wajah Juna meski itu di depan cermin sekalipun. Kemudian Juna memanfaatkan hal itu, dengan menarik wajah Kristal ke arahnya. 

Cup. Satu kecupan saja, tapi berhasil membuat Kristal mematung. Kristal yakin, Juna pasti akan melanjutkan kecupan itu menjadi lumatan yang saling menuntut. Sama seperti saat di proyek tadi. Tapi, ternyata... 

"Saya ambil seluruh pakaian yang tadi sentuh istriku. Dan sesuaikan ukuran pakaian itu dengan tubuhnya," ucap Juna pada pelayan. 

"Baik, Tuan. Kami akan menyiapkan semuanya," ucap pelayan itu. 

Seluruh pelayan yang ada di toko itu pun, tampak mulai sibuk mencari ukuran yang sesuai dengan pakaian yang disentuh oleh Kristal. 

 "Hah? Kamu serius? Nggak takut uang kamu habis?" 

"Kenapa? Kalo kamu tidak enak karena aku membelikan kamu pakaian. Kamu bisa memberikan aku pelayan seperti malam pertama kita," tawar Juna. 

"Nggak. Aku yakin, aku bukan wanita pertama yang kamu perlakukan seperti ini. Jadi jangan harap, aku akan merasa tidak enak," balas Kristal yang terdengar seperti wanita cemburu.

 "Kamu cemburu?"    

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro