Mencairnya Pangeran Salju 2

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Sasuke, hey Sasuke bangunlah jangan membuatku takut." Tubuh itu tetap tak bergerak. Sekali lagi rasa sunyi membutakan hatinya. Air matanya jatuh, meangis sesenggukan dan menjatuhkan tubuhnya pada laki-laki itu, memeluknya erat dan berkata tepat pada telinganya.

"Kumohon, jangan pergi...... Teme.... Teme.... Sasuke... SASUKEEEEEEEEEEEEEEEEEEE........,"

.

Mencairnya Pangeran Salju

(Part 2)

No copas ya teman-teman.

Naruto miliknya Mas Masahi. Saya cuma pinjam tokoh aja.

.

"AWW... brinsik tau! Aduh telingaku...." Saskue mengelus telinganya yang berdenging oleh ulah Naruto.

"Temeeeeee! Kau membuatku takut. Jangan matiiii!"

Naruto yang masih dalam posisi memeluk Sasuke, lebih mengeratkan pelukanya. Mensyukuri kondisi Sasuke yang ternyata baik-baik saja.

"Siapa yang ingin mati. Aku hanya kedinginan, dan tertidur." Sasuke kaget dengan apa yang tengah dilakukan Naruto, mencoba melepaskan pelukan Naruto dengan sisa tenaganya, dan berhasil saat Naruto menghentikan tangisnya dan memutuskan untuk duduk di sebelahnya.

"Lain kali periksa nadi pada tangan atau leherku. Atau kau bisa cek Jantungku, apakah masih berdetak. Nafas, kau tidak mengecek aku masih bernafas atau tidak. Jangan memutuskan kematian seseorang semudah itu bodoh. Dan kalau kau berteriak seperti itu, kau bisa membuatku jantungan dan benar-benar mati. Kalau kau ingin membangaunkan seseorang yang pingsan, lakukan seperti ini," Sasuke melakukan cubitan besar pada ruas jari antara ibu jari dan jari kelunjuk dengan cukup keras hingga membuat Naruto terlonjak kesakitan.

"Awww,"

"Itu memang tujuanya," Kata Sasuke menurunkan emosinya. "Tehnik kejut untuk menyadarkan seseoarang yang pingsan. Ingat itu!" kemudian kembali menyandarkan kepalanya pada papan kayu datar bertumpu besi yang sedari tadi ia naiki.

Naruto tiba-tiba menempakan tanganya pada kening Sasuke, sehingga membuat Sasuke yang hendak melanjutkan tidurnya harus terlonjak kaget dan memandang Naruto yang masih fokus mengecek tempraturnya.

"Ok, maafkan aku. Tapi kau demam." Kata Naruto langsung melepas jaket bunga-bunga yang beberapa saat yang lalu dianggap menyeramkan oleh Sasuke.

"Pakai ini," Naruto menyelimutkan jaketnya pada tubuh Sasuke dengan hati-hati.

Hangat....

Rasa hangat yang Sasuke rasakan, bukan rasa hangat yang ia dapat dari jaket yang baru saja membungkus tubuhnya. Tapi dari perlakuan yang Naruto berikan padanya. Kehangatan yang menyamai rasa nyaman pelukan seorang ibu pada anaknya, kehangatan yang tibul oleh rasa belas kasih tanpa pamrih. Ketulusan yang memabukan.

'Wanita ini,'

"Kau juga butuh jaketmu," Kata Sasuke menolak, tapi tidak berdaya untuk bergerak, bahkan untuk melepas jaket yang telah menempel pada tubuhnya.

"Tidak, pakai saja. Seperti yang kau katakan. Melakukan aktivitas fisik membuatku tetap hangat. Lagi pula aku memakai dua lapis jaket tebal sejak awal," Naruto berdiri dan beranjak dari samping Sasuke, kemudian memutuskan untuk melanjutkan perjalanan mereka."Jadi bertahanlah, aku akan segera menemukan bantuan," Sejenak Naruto memandang kedua tanganya yang melepuh, merah, dan berdarah. Luka yang ia peroleh dari gesekan kulit dengan tali untuk menarik kereta salju beberapa saat yang lalau. Cukup sakit untuk mengulanginya sekali lagi. Akhirnya ia mendapat inisiatif untuk menalikan tali penarik pada lengan atas punggungnya, sehingga terlihat seperti tas punggung.

'Jadi anjing pun, akan aku lakukan. Asal kami dapat keluar dari sini.' batin Naruto.

Tanpa Naruto ketahui, sepasang mata tengah mengawasi gerakan lamabatnya saat menarik kereta. Sasuke memandang punggung Naruto yang kini terlilit sebuah tali penarik, yang menghubungkan Naruto dengan kereta salju yang tengah ia naiki. Tapi hal itu hanya terjadi sesaat, sebelum ia memutuskan berbaring pada posisi semula.

Tiba-tiba sebuah keajaiban terjadi. Naruto melihat sesosok wanita berkimono merah yang berdiri di tengah jalan yang mereka lewati. Tidak menyia-nyiakan kesempatan, Naruto segera mempercepat langkah untuk menemuinya. Akhirnya, ia menemukan sebuah kehidupan di tempat ini.

"NONA, Nona... Syukurlah, hah~.... Aku menemukan seseorang. Hah~,"Kata Naruto terengah-engah saat mengatakannya.

Kini posisi mereka cukup dekat, hingga Naruto mampu mendefinisikan ciri fisik wanita tersebut. Wanita berambut coklat gelap disanggul, mata coklat senada warna rambut, hidung mancung, dan kulit seputih salju bahkan terkesan pucat. Tapi yang paling membuat Naruto heran adalah pakainan wanita ini hanya berupa kimono merah bercorak bunga yang tipis, biasa dikenakan pada perayaan festival musim panas.

'Apa dia tidak kedinginan,' pikir Naruto.

Setelah menata nafasnya, akhirnya Naruto menyatakan maksudnya pada wanita itu.

"Bisakah kau membantuku. Aku tersesat, dan temanku sakit. Kami ingin mencari jalan pulang. Apa kau tau perkampungan terdekat?" tanya Naruto.

Wanita tersebut hanya mengedipkan matanya pelan. Menatap Naruto, selanjutnya beralih pada kereta salju yang menampung Sasuke, kemudian kembali pada Naruto lagi. Hingga respon yang Naruto dapatkan hanya berupa gelengan kepala perlahan beberapa kali dari sang wanita, bahkan tanpa sepatah katapun.

"Ta-tapi bisakah kau membawa-- kami ke tempatmu?" Naruto memelas dan memohon pada sang wanita. Tubuhnya mulai merasa dingin, oleh suhu yang semakin naik dalam datanganya malam.

Sekali lagi, sang wanita hanya menggeleng pelan pada Naruto, yang membuat Naruto lebih frustasi lagi.

"Oh kumohon. Kami sangat membutuhkan tempat berlindung. Temanku kedinginan, dan hari mulai gelap." Naruto hampir mengais frustasi, sebelum melihat reaksi sang wanita yang ternyata mengangguk padanya.

'Sasuke... kita selamat'

Perjalanan menuju tempat yang ingin ditunjukan sang wanita ternyata cukup jauh dan menanjak. Membuat Naruto yang membawa beban berat di pundaknya, harus mengeluh berkali-kali oleh lintasan yang kurang bersahabat untuk dilewati kereta salju. Apakah sang wanita yang kini menjadi petunjuk jalan mereka menujukan jalan yang benar atau tidak, Naruto tidak tahu. Yang ia tahu, setidaknya kini mereka punya tujuan.

Matahari telah menghilang, digantikan oleh bulan penuh yang kini memancar dalam kegelapan malam. Tidak ada sayup-sayup binatang malam yang biasa terdengar di hutan pada umumnya. Hanya ada gemerisik suara daun cemara yang saling bergesekan. Cukup untuk membuat bulu kudu merinding oleh angin dingin yang berhebus berkali-kali. Atau angin hangat yang tiba-tiba menerpa Naruto dengan lembut, yang Naruto sendiri tidak tahu bagaimana bisa ada angin hangat pada tengah daerah bersalju. Tapi bukalah sebuah pertanyan yang mendasar bila dibandingkan pertanyaan yang akan ditanyakan Naruto berikut ini.

"Apakah masih jauh?" Kata Naruto pada sang wanita.

Sang wanita berhenti tiba-tiba. Naruto yang tidak siap oleh tindakan sang wanita, harus menghentikan laju kereta salju menggunakan kakinya. Sang wanita, melihat sejenak ke arah Naruto, kemudian menujuk sesuatu di depan mereka dengan jari telunjuknya.

Sebuah bangunan kayu kecil terlihat oleh Naruto, yang hanya berjarak 100 m dari posisi mereka. Betapa bahagianya dirinya, mendapati sebuah rumah singgah di tengah hutan. Hingga rasa putus asa yang sempat mendera hatinya, mendadak sirna.

"Oh kita selamat Sasuke, ada rumah singgah. Kita bisa berteduh di sana, dan besok kita bisa mencari pertolongan. Terima kasih Nona. Tapi boleh aku tahu siapa namamu?"Naruto yang terlalu senang dengan kabar bahagia yang baru saja ia lihat, sejenak melupakan keberadaan wanita yang berjasa mengantarkannya dan Sasuke. Hingga ketika ia menoleh kembali pada wanita tersebut, tidak tersisa apapun dalam pengelihatannya.

Wanita itu menghilang.

"Heh? Dimana Nona itu? Sasuke apa kau melihat Nona yang tadi menunjukan jalan pada kita?" Tanya Naruto pada Sasuke.

"Aku hanya mendengarmu berbicara sendiri dari tadi." Kata Sasuke singkat tanpa mengangkat kepala atau membuka matanya sama sekali.

"Kau gila! Masak kau tidak melihatnya?"

"Aku tidak kuat membuka mataku Dobe! Aku pusing," Kata Sasuke sambil menghela nafas.

Naruto mencari-cari kembali keberadaan sang wanita dengan lebih seksama, ketika ia mendapati bahwa tidak ada jejak kaki selain jejak miliknya dan kereta salju yang sedang dinaiki Sasuke. Jadi kemana hilangnya jejak kaki wanita yang baru saja mengantarnya. Atau apakah kaki wanita itu bahkan tidak menapak tanah?

"Eeeem, kita anggap dia sudah pulang kerumahnya. Ok.." Naruto menyimpulkan asal.

Lalu angin hangat itu kembali, berhembus pelan, menerpa tengkuk Naruto, yang langsung membuatnya terpatung di tempat. Angin yang sama, menerpa pephonan sekitar mereka, hingga menjadikan bayangan dedaunan yang terbentuk dari cahaya rembulan, membentuk sosok besar hitam menakutkan. Tepat didepan Naruto.

"WAAAAAAA"

TBC....

Hallo.... aku Up date yang ini dulu ya...

Jujur, aku sedang mencari pembaca+follower. Dan itu sangat tidak mudah dalam Wattpad... Sangat sulit malah. Projek yang tengah aku lakukan:

1. Mencairnya Pangeran Salju = Chap terakhir

2. Apapun Dirimu = tahap editing (cahap 1 udah di upload, silahkan baca)

3. The Folder (Hacker Attact!) = tinggal publish

Ada yang tertarik sama dunia Hacker? Kalau ada coment ya.. soalnya aku lagi pingin cari follower dulu sebelum up load yang itu.

Aku kasih spoilernya....

2019

6 orang Hecker yang dikurung dalam sebauh ruangan 6 x 6 meter. Dengan hanya dibekali satu smartphone dan hard disk. Apa mereka akan mampu meloloskan diri?

----------------------------------------------------------------------------------

"Kenapa tidak mencoba antivirus milik Fitro?" kata Mapy si tampan berambut duri.

"Em, Fitro (siapa)? Oh iya Fitro. Kau pengembang antivirus. Aku lupa," Heydra menggosok hidungnya yang tidak gatal.

"Kalian bisa menggunakan antivirusku," kata Fitro atusias.

"Begini Fitro, kami paham kau ingin menolong. Tapi saat ini kami membutuhkan antivirus yang sangat-sangat pro kali ini. Kau bahkan belum dapat membedakan peretas dan penyadap. Jadi kami sedikit meragukanmu," Pandora mengatakanya dengan sangat hati-hati untuk tidak terlalu melukai Fitro.

"Iya tidak apa-apa. Kita bisa menggunakan produk yang lain," kata Fitro memaklumi.

"Tunggu dulu, apa kalian tidak memperhatikan posisi kita saat ini, Kalian tahu kenapa namaku Mapy? Karena aku ahli membaca peta dan siasat meloloskan diri. Kemudian Pacinko yang seorang peretas, Heydra penyusup, Pandora connector, dan Tio collector. Masing-masing punya kelebihan khusus. Lalu Fitro, dia seorang pengembang anti virus. Dan itu pasti adalah keahliannya," kata-kata yang baru saja dilontarkan oleh Mapy membuat mereka tersadar. Bahwa orang-orang yang ada dalam ruangan ini adalah orang-orang pilihan. Bahwa masing-masing dari mereka adalah para ahli bidang IT. Yang sengaja dijadikan satu dalam ruangan untuk maksud dan tujuan tertentu. Hingga mereka yang telah merencanakan semua hal ini mendapat sesuatu.

----------------------------------------------------------------------------------------------

Kalau tertarik, silahkan follow ya....

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro