2. Salah Paham

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Wajah Bisma babak belur karena dipukuli para warga, dan sekarang dia malah diseret kantor polisi, bahkan wanita itu diminta ikut sebagai saksi. Padahal sebelumnya mereka pernah bertemu di Paris tanpa sengaja, ya mungkin Alma lupa, tapi Bisma masih teringat dan berharap bertemu kembali, eh tahu seperti ini pertemuan mereka.

"Pak, saya bukan pencopet seperti yang mereka bilang." Bisma terus membela dirinya, dia bukan pencopet seperti wanita yang duduk di sampingnya tuduhkan ini. Sedikit kesal tapi dia menahan dirinya, apalagi sekarang dia ada di kantor polisi, adanya malah bisa menambah masalah.

"Bohong Pak, saya yakin dia pencopet." Ucapan Alma berhasil membuat Bisma tak lagi diam, enak saja menuduhnya.

" Hey Nona, menuduh tanpa bukti itu jatuhnya fitnah, dan kamu bisa terkena pasal Pasal 310 KUHP, yaitu pencemaran nama baik." Alma kaget mendengar penuturan Bisma, sepertinya tau sekali tentang hukum. Ah, cuma kebetulan mungkin, tampang aja ganteng pasti dia copetnya.

"Bisa tunjukan identitas anda," pinta polisi itu. Bisma langsung mengeluarkan kartu identitasnya, menghindari masalah jadi dapat masalah. Menjengkelkan.

"Bisma Bantara Sanjaya, pekerjaan anda?" tanya polisi itu membuat Bisma menghela napas panjang, kalau biasa di kantor polisi dia menemani kliennya, dan sekarang justru diinterogasi seolah dia penjahat.

"Jaksa Pengacara Negara," jawab Bisma datar sambil melirik Alma yang gaya selangit kayak benar aja, ah untung aja cantik, jarang loh Bisma kagum dengan kecantikan seorang wanita.

'What? Pengacara? Yang benar saja.'Alma menolehkan kepalanya dengan susah payah, dia melihat raut muka Bisma yang tampak kesal. Jadi pria ini pengacara dan dia salah sasaran berurusan dengannya. Ah kenapa nasibnya buruk sekali hari ini. Sungguh kurang beruntung.

"Pak Bisma? Anda ini pengacara dari Paris, kan. Saya pernah baca artikel tentang anda." Dan polisi itu baru menyadari jika Bisma ini pengacara terkenal yang lagi booming di Paris, dan bodohnya malah dapat tuduhan copet, muka udah bonyok pula.

Dan ternyata polisi itu baru mendapat kabar ada kesalahan, pencopet yang sebenarnya sudah diamankan. "Saya atas nama kepolisian meminta maaf jika ada kesalahpahaman di sini, pencopet sebenarnya sudah tertangkap," jelas polisi itu membuat Bisma merasa lega, tapi dia pastikan wanita ini harus mendapatkan pelajaran karena sudah mempermalukannya seperti ini.

Karena takut tertimpa masalah, Alma kabur sebelum pria ini memarahinya dan bisa saja pria ini menuntutnya, habis riwayat jika papinya Agung mengetahui hal ini.

"Eit, mau ke mana? Urusan kita belum selesai." Bisma menarik rambut Alma dengan pelan, enak saja main pergi setelah menganggapnya sebagai copet, mukanya sampai jadi korban.

Padahal Alma sudah berhasil kabur keluar kantor polisi lho, eh taunya ketahuan juga, sekarang justru dia yang udah kayak maling. "Hehe … Pak siapa tadi? Bisma ya, perkenalkan saya Alma." Sempat banget Alma cengengesan.

"Jangan coba-coba kabur! Kamu itu udah mencemarkan nama baik saya, kamu nggak mau saya tuntut." Wanita seperti Alma harus dikasih pelajaran, biar jangan main bertindak tanpa bukti. Bisma menarik Alma masuk dalam mobil wanita ini, tentu saja Bisma juga ikut masuk.

"Aku kan nggak tau, cuma dengar dari warga sekitar." Alma masih bisa bela diri, padahal jelas dia bersalah. Alma memalingkan wajahya, dia masih mempertahankan gengsinya yang gede, hitungannya dia minta maaf dong.

"Kamu itu nggak ngerasa bersalah ya, nggak takut masuk penjara?" Alma memutar bola matanya, jelas saja nggak takut, kalau dia masuk penjara kan ada papinya yang bebaskan, cuma masalahnya Alma yakin Agung sudah mengetahui perkara ini, bisa-bisa penjagaan Alma diperketat.

"Terus? Kamu maunya apa? Ganti rugi?" Ya kali semua bisa dibayar gitu aja, nggak semua harus dibayar pakai uang. Dan sayangnya dia berhadapan dengan orang yang salah.

"Kamu harus tanggung jawab, mau saya yang hukum atau polisi?" ucap Bisma mendelik Alma dengan tatapan seringai sinis.

"Kamu mengancamku! Dengar ya, aku nggak takut." Sok-sok berani padahal takut, bestie.

"Sama sekali tidak, saya cuma minta pertanggung jawaban kamu," ujar Bisma terlihat tenang dan santai, dia mau lihat seberapa tangguh wanita di hadapannya.

Alma melihat kesana kemari, dia berharap para bodyguard ada sekitaran sini, siapa tau Alma bisa teriak meminta bantuan, tapi ini salah dia juga sih nggak boleh ada yang mengawalnya. Sial lagi malah bertemu pengacara kedok copet ini, eh bukan copet ternyata.

"Keluar dari mobil aku!" Bisma mengeluarkan sesuatu dari saku jasnya, lalu memberikan ke Alma.

"Saya tunggu kamu besok di apartemen jam sepuluh pagi. Telat lima menit, saya akan menuntut kamu atas pencemaran nama baik." Ucapan Bisma mampu membuat Alma tertegun, lalu pria ini keluar dari mobil sambil tersenyum puas seolah-olah memenangkan sesuatu yang besar.

*

Alma pulang dengan hati dongkol, dia menghempaskan tubuhnya di ranjang. Lalu mengeluarkan benda kecil, apalagi kalau bukan kartu nama Bisma. Dia memperhatikan nama tertera di situ 'Bisma Bantara Sanjaya' dia jadi penasaran sehebat apa sih Bisma-Bisma ini.

Kemudian Alma langsung searching tentang Bisma, ternyata Bisma tergolong orang biasa, tapi sekarang dia menjadi pengacara sukses dan terkenal. Hebat juga.

"Masa dia harus tanggung jawab sih." Alma mendengus malas memikirkannya, dia menelungkup wajahnya sejenak seolah-olah tengah menghadapi masalah besar.

Tok … tok … tok ….

"Non Alma, saya masuk ya."

"Masuk Bu Dinar, nggak dikunci kok," sahut wanita ini dengan lirih, dia sangat menghormati Bu Dinar yang sudah setengah baya umur lantaran telah merawat dia sejak kecil hingga sekarang. Alma kan ibu sudah meninggal sejak kecil, dia hanya hidup bersama papinya, meski begitu Alma sempat merasakan kasih sayang walau rasanya singkat.

"Non Alma, Bu Dinar masakan dessert choco mix blueberry." Bu Dinar membawakan dessert itu ke hadapan Alma membuat lidahnya tergiur.

"Wah, makasih banget lho Bu, kebetulan mood aku kurang baik hari ini." Tanpa Alma mengadu, Bu Dinar juga bisa tau dari raut wajahnya tengah emosi, marah, kesal, bercampur aduk lah pokoknya.

"Ada apa, Non? Coba cerita sama Bu Dinar." Alma yang lagi menyantap dessertnya pun langsung berlari ke pintu, melihat keadaan kanan kiri, biar aman gitu, mana tau ada yang guping. Di rumah semegah ini mata-mata banyak lho.

"Tadi aku ketemu orang, Bu, terus aku pikir dia copet. Parahnya dia bukan copet, tapi pengacara." Dengan berat hati Alma menceritakan itu, dia bersandar frustasi di atas ranjangnya. Lha, kesalnya Bu Dinar malah terkekeh.

"Hehe … pasti Non Alma malu, udah minta maaf belum?" Boro-boro Alma minta maaf, dia malah menantang pria itu. Entah bagaimana jika beneran Bisma melaporkan dia ke kantor polisi.

"Nggak ada deh cerita aku minta maaf, orang aku nggak salah, salah dia dong, ngapain dia masuk ke mobil aku." Alma menggerutu sejadi-jadinya, sebenarnya memang dia yang salah tapi keangkuhan Alma lebih tinggi dari apapun.

"Alma, apa-apaan kamu ini!" Alma menelan salivanya mendengar suara teriakan dari balik pintu.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro